Halaman

Senin, 18 November 2013

diktat



1. PENDAHULUAN

1. Pengertian Fotografi        
            Siapakah di dunia ini yang bisa mengatur seorang maharaja atau presiden yang paling berwibawa dan berkuasa sekalipun? Jawabannya bisa hampir bisa dikatakan hampir tidak ada, selain tukang cukur dan fotografer. Demikian anekdot mengenai fotografi.
Kita mungkin sering mendengar istilah Fotografi dalam kehidupan ini namun demikian mungkin hanya segelintir orang yang mampu mengetahui, memahami, dan menguasai keterampilan salah satu bidang ilmu ini. Istilah fotografi berasal dari dua buah kata yang berbeda, foto dan grafi. Foto artinya cahaya dan grafi artinya melukis atau menggambarkan, dengan demikian jika dipahami menurut istilah kata tersebut, pngertian fotografi adalah melukis atau menggambar dengan cahaya.
Pengertian fotografi sebenarnya tidak hanya terbatas dari definisi kata perkata saja, tetapi dalam cakupan yang lebih luas lagi dapat diartikan sebagai suatu proses pengambilan gambar dengan media kamera, penciptaan gaya, teknik, dan kemudian mengubahnya menjadi sebuah gambar. Gambar yang dihasilkan dari proses fotografi merupakan gambar mati yang terbentuk dari proses penyinaran. Fotografi yang kita kenal sekarang ini tidak langsung sempurna dalam kelahirannya, akan tetapi melalui proses percobaan-percobaan yang begitu panjang dalam pengembangannya.

2. Sejarah dan Perkembangan Fotografi
Fotografi yang dikenal sekarang ini mempunyai  sejarah perjalanan yang sangat panjang. Bermula pada abad 12 SM dari keheranan seorang pedagang Arab, Ibnu al Haitam yang menyaksikan gambar unta terbalik di dalam kemahnya melalui sebuah lobang kecil. Penemuan mana kemudian dilanjutkan dan dikembangkan oleh seorang terkenal Leo Nardi da Vinci melalui ciptaannya yang dinamakan kamera Obscura. Pelukis di jaman itu menggunakan kamera Obscura untuk membuat siluet dari model-modelnya. Maklum, film belum dikenal manusia pada masa itu.




Gambar kamera Obscura







Sumber: Majalah Foto Media No. 1 Tahun III, Juni 1995

Era kamera obscura ini makin berkembang di masa Johanes Kepler (1571-1630). Bahkan, pada abad ke-19, beberapa kamera obscura berukuran besar mulai dibangun, antara lain Royal Mile, Eidenberg, The Great Union Camera at Douglas, Isle of Man, The Clifton Observatory at Bristol, England, The Camera Obscuraatt Port Meiron, North Wales, The Giant Camera at Cliff House, San Fransisco, The Camera Obscura at Santa Monica, dan California. Selain diarahkan untuk pembelajaran, pembangunan kamera obscura besar ini difungsikan pula sebagai alat hiburan.
Pada perkembangan berikutnya dilakukanlah percobaan-percobaan oleh para ilmuan. Diantaranya: tahun 1782 seorang yang bernama Thomas Wegwood yang berasal dari Inggris, membuat suatu cara pemindahan gambar yang terdapat pada plat kaca dengan bantuan cahaya ke atas kertas yang dibuat peka terlebih dahulu. Gambar yang dihasilkan tidak stabil, yaitu bila terkena sinar akan hilang. Penemuan ini tidak diperbanyak.
Perkembangan berikutnya di tahun 1822, Josep Nicep Hore Niepce yang juga berasal dari Inggris, mengadakan percobaan yang cukup lama dan akhirnya menemukan metode terbaru, yakni melumarkan larutan aspal dalam minyak lavender keatas plat timah hitam dan putih.. Dengan penyinaran yang lamanya sampai berjam-jam, didapat gambar yang berbentuk positif.
Tahun 1939 revolusi dunia fotografi terjadi lagi. Kali ini lebih bisa dikatakan berhasil, sebab penemuannya sendiri, yakni Louis Jaques Mande Deguere berhasil membuat permanen hasil potretannya. Dengan keberhasilannya tersebut, dia mendapat penghargaan dari penguasa saat itu, Raja Louis Philipe.
Sekitar tahun 1855, masih berkebangsaan Inggris, William Henry Fox Tablot berhasil membuat potret rumahnya dengan kamera buatannya sendiri yang diberi nama “Pinhole Kamera”. Tidak hanya itu saja keberhasilan Fox Tablot, sejarah telah mencatat bahwa dirinyalah orang yang mula-mula berhasil menggunakan obat penimbul untuk menimbulkan bayangan permanen hasil pemotretan.
Revolusi dunia fotografi terus berkembang. Puncaknya adalah seorang bernama George Eastman, berasal dari Amerika. Pada tahun 1879 berhasil membuat plat-plat peka cahaya dalam jumlah yang banyak sekaligus, yang mula-mula hanya dibuat dalam jumlah yang sangat terbatas. Di tahun 1888 Eastman telah berhasil menjual kamera boxnya. Puncak debut Eastman adalah tahun 1891, dia berhasil memasarkan gulungan film yang bisa dipasang pada kamera dalam kondisi terang cahaya.
Sementara itu perkembangan teknologi kamera sebagai kamera penerus cahaya berjalan seiring dengan perkembangan teknologi kimia peka cahaya sebagai bahan dasar membuat emulsi film. Salah seorang pembuat kamera yang sangat terkenal adalah Ernst Leitz dari Wetzlar (Jerman) yang menciptakan kamera yang berukuran 135 mm pertama pada tahun 1920 yang tetap bertahan hingga saat ini. Selanjutnya dengan berkembangnya teknologi arus lemah di era 70an , kamera yang semua “Full Mechanic” berangsur menjadi “Full Electronic”. Semua perhitungan pencahayaan hingga penggulungan film berlangsung secara elektronik. Segala sesuatu menjadi lebih cepat, lebih mudah dan lebih pasti mutu hasilnya.
Tetapi sementara itu dari sisi yang lain muncul sebuah teknologi baru yang dikenal dengan nama kamera digital. Teknologi digital kemudian berkembang dengan sangat cepat melahap semua segmen teknologi  yang ada dalam kehidupan manusia modern termasuk bidang fotografi. Secara revolusioner, bahan peka cahaya yang semula berupa unsur-unsur kimia dalam bentuk film itu kini peranannya diambil alih oleh sel-sel peka cahaya yang meneruskan citra digital yang dihasilkan oleh permukaannya ke dalam sebuah memory penyimpanan digital yang setiap diinginkan siap menampilkan image yang disimpannya, melalui sebuah layar monitor yang terdapat pada setiap kamera digital.
Pembuatan gambar kini tidak tergantung pada film lagi. Demikian juga hasilnya “instant” sangat mengancam kehadiran film dan kelangsungan lab-lab foto tradisional yang ada. Sebagai gantinya, muncul lab digital yang lebih canggih dan akrab lingkungan karena bebas bahan kimia. Lebih dari itu teknologi digital selain mempermudah proses penyimpanan gambar, turut pula mempercepat pengiriman image dari satu tempat ke tempat lain hanya melalui sebuah telepon genggam yang dioperasikan dari sebuah tempat yang jauh dari kehidupan modern, berkat jasa satelit telekomunikasi yang mampu menghubungkan semua bagian dunia ini dengan memanfaatkan Teknologi Informasi di dalamnya yang populer dengan nama Internet.
Menurut Marvyn J. Rosen (1993), fotografi digital memilki beberapa keunggulan.
·               Hasil pemotretan dapat dilihat lebih cepat. Dengan dukungan peralatan elektronik, karya foto dapat digunakan untuk pameran (display), penerbitan, dan pengiriman foto jarak jauh (melalui e-mail) dalam waktu yang relatif singkat.
·               Relatif lebih murah karena tidak menggunakan film (bebas biaya cetak).
·               Mudah dalam pengoperasian.
·               Lebih mudah diproses. Dukungan komputerisasi dapat memberikan efek khusus, seperti penyesuaian kontras foto dan koreksi warna.
·               Hasil yang permanen (tahan lama). Foto digital tidak akan mengalami perubahan, baik warna maupun ketajaman gambarnya. Berbeda dengan karya foto konvensional yang dapat berubah warna (rusak) jika melewati masa kadaluarsa.
·               Ramah lingkungan. Fotografi digital tidak menggunakan bahan kimia yang dapat merusak lingkungan.
Ditinjau dari aspek teknis dan sistem, fotografi digital masih memilki beberapa kekurangan. Pada aspek teknis, masalah resolusi atau kehalusan gambar hasil foto digital belum setara dengan hasil foto konvensional. Walaupun dapat diatasi, kamera dengan resolusi tinggi harganya sangat mahal. Pada aspek sistem, diperlukannya peralatan penunjang seperti, mesin pencetak (printer), modern, dan telepon. Kondisi tersebut belum tentu dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat.

 

 





 

 

 




 

2. KAMERA FOTO



            Kamera adalah alat untuk merekam gambar pada permukaan film. Sebagai alat perekam optis, kamera mampu merekam apa yang terlihat oleh lensa. Dalam hal ini, lensa kamera bertindak sebagai mata. Kemampuan kamera untuk merekam sesuatu yang terlihat dapat disamakan dengan mekanisme perekaman pada tape recorder.

1.                  JENIS-JENIS KAMERA

Saat ini, berbagai jenis kamera dapat dijumpai di pasaran. Jenis-jenis kamera tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan sistem pengamatan, format, dan sistem bidiknya.

1)      Pengelompokan kamera berdasarkan sistem pengamatan


a.   Kamera non refleks
Kamera non refleks adalah kamera yang tidak menggunakan cermin putar untuk memantullkan objek gambar pada bidang pengamatannya. Contoh kamera non refleks adalah Kamera Polaroid/Instant (Kamera langsung jadi) dan kamera kompak/pocket.

b.  Kamera refleks
Kamera refleks adalah kamera yang menggunakan cermin putar untuk memantulkan objek gambar pada bidang pengamatannya. Yang termasuk kamera refleks adalah jenis kamera SLR (single lens refleks) atau RLT (refleks lensa kembar) dan kamera TLR (twins lens refleks) atau RLK (refleks lensa kembar). Kamera SLR memilki fasilitas yang cukup lengkap, bobotnya tidak terlalu berat sehingga mudah dibawa kemana-mana. Kamera ini merupakan kamera yang biasa digunakan oleh fotografer amatir dan profesional.

2)  Pengelompokan kamera berdasarkan formatnya

Film terdiri dari film negatif dan positif. Kedua jenis film tersebut mempunyai ukuran yang berbeda-beda atau dinamakan format film. Format film disesuaikan dengan jenis kamera yang digunakan. Pengelompokan kamera berdasarkan format filmnya diuraikan berikut ini.
a. Kamera format 35 mm (small format camera)
Kemera ini menggunakan format film 35 mm. Kelebihannya adalah enak dipegang, fleksibel, dan ringan. Kekurangannya adalah pada hasil pembesaran foto. Foto yang masih bisa dicetak dengan hasil yang baik, biasanya hanya seukuran majalah.

b. Kamera format medium (medium format camera)
Kamera ini menggunakan format film 120 mm. Umumnya digunakan untuk memotret objek orang, potrait,  atau foto model.

c.  Kamera format besar (large format camera)
Kamera format besar biasanya disebut view camera. Kamera ini menggunakan film 4x5 inci atau 8x10 inci. Umumnya, digunakan untuk pemotretan studio dan memilki bukaan diafragma yang kecil (f/45, f/90). Akibatnya, kamera ini mampu menambah ruang tajam gambar sehingga detil gambar semakin baik.
3)    Pengelompokan kamera berdasarkan sistem bidiknya
Pengelompokan kamera berdasarkan sistem bidiknya diuraikan berikut ini.

a. View camera
Pada view camera, pembidiknya dilakukan secara horizontal dan langsung pada lensa utama kamera. Proyeksi gambar terbalik dari obyek benda yang dibidik. Umumnya, kamera ini digunakan untuk pemotretan still life di studio karena dapat menyempurnakan perspektif dan menambah ruang tajam. Dengan cara ini, detil benda dapat ditampilkan secara sempurna.
  1. Single lens reflect (refleks lensa tunggal)











Sistem bidik view camera

Pembidikan kamera ini dilakukan secara  horizontal dan berpandangan langsung dengan lensa utama. Lensa berfungsi untuk meneruskan bayangan obyek ke pembidik dan meneruskan bayangan obyek ke film. Apabila tombol pelepas ditekan, cermin akan terangkat ke atas sehingga tidak menghalangi objek ke dalam film. Lensa kamera ini dapat dibuka dan diganti dengan lensa lain. Kamera ini sangat populer dan cara kerjanya pun sangat praktis.

c. Twin lens reflect (refleks lensa kembar)
Pembidikan kamera ini dilakukan secara vertikal pada bagian atas lensa dan tidak langsung ke lensa utama (lensa bagian bawah). Lensa bagian atas berfungsi untuk menangkap obyek yang dipantulkan oleh cermin ke pembidik, sedangkan lensa bagian bawah berfungsi menangkap obyek untuk diteruskan ke film. Kedua lensa bergerak bersama-sama sampai obyek yang akan dipotret tampak menyatu. Kamera jenis ini sudah jarang digunakan.











Sistem bidik twins lens reflect

d. View finder camera (range finder camera)
Pembidik kamera ini dilakukan secara horizontal dan tidak langsung pada lensa utama, tetapi melalui jendela bidik ke objek yang akan dipotret. Penentu jarak (fokus) dibantu oleh sebuah lensa kecil yang berada di samping pengamat bidikan sehingga menimbulkan bayangan. Jika gelang pengatur jarak (ring fokus) diputar, bayangan akan bergerak sampai bersatu dengan objek yang akan dipotret. Lensa utama kamera ini tidak bisa ditukar atau dilepas.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     











Sistem Bidik view finder camera

2.   MENGENAL KAMERA FORMAT BESAR
Kamera format besar mungkin tidak begitu memasyarakat seperti layaknya kamera SLR 35 mm. Banyak orang jauh lebih familiar dengan kamera SLR 35 mm, yang perkembangannya terasa sangat progresif dan inovatif.
            Catat saja perkembangan kamera SLR 35 m yang kini sudah serba elektronik dan canggih. Mulai dari yang sekedar otofokus, sampai yang menggunakan teknologi digital, seperti Nikon-Fujix E2 atau Canon-Kodak DCS 5 misalnya.
            Satu hal yang mungkin membuat orang tetap menggunakan kamera format besar adalah: Presisi. Demi presisi ini banyak fotografer merasa perlu keluar sedikit lebih untuk menggunakan kamera format besar.
            Meski penggunaannya tidaklah mudah, tetapi di tangan yang terlatih,  hasil penggunaan kamera format besar jauh lebih baik dari kamera biasa. Foto arsitektur misalnya, bias diambil sebagai contoh yang paling sederhana untuk memperlihatkan kelebihan kamera format besar.

1)   Kelebihan kamera format besar:
·         Mampu memotret bangunan yang jangkung sehingga tampak utuh, jika menggunakan kamera SLR 35 mm akan terlihat mau roboh.
·         Bidang lensa kamera format besar memilki tempat yang terpisah dengan filmnya. Bidang film dan bidang lensa tersebut dihubungkan dengan belalai yang lentur, sehingga koreksi antara film dan lensa bias dengan leluasa diatur.
·         Kamera format besar bias menurunkan letak bidang film menjadi lebih rendah dari bidang lensa.
·         Kamera format besar lebih akurat menghasilkan gambar disbanding kamera SLR 35 mm.

2)   Kelemahan kamera Format besar:
·         Tidak bias digunakan untuk pemotretan yang spontan, karena bentuk kamera yang besar.
·         Hanya bisa digunakan dalam studio foto.

3)  Bentuk Kamera Format Besar
            Bentuk kamera format besar tidak banyak berubah sampai sekarang. Artinya, sebuah kamera format besar tersusun dari dua buah panel yang satu sama lain dihubungkan dengan belalai fleksibel (bellows).








Bentuk kamera format besar

Pada panel bagian depan biasanya diletakan lensa, rana, dan diafragma. Sedangkan panel bagian belakang dipakai untuk menempatkan ground glass sebagai focusing screen. Saat pengambilan gambar, ground glass tersebut dilepaskan dari tempatnya, untuk digantikan dengan magasin film lembaran (sheet film holder).
Penel bagian depan biasanya disebut sebagai bidang lensa (Lens board) dan panel belakang biasa disebut bidang film (film board). Kedua panel tersebut dihubungkan dengan belalai yang fleksibel, untuk membatasi cahaya yang masuk. Secara keseluruhan bagian-bagian itu biasanya diletakan di atas sebuah rel memanjang atau poros berbentuk pipa.
Pada model-model awal, biasanya rana dan diafragma menyatu pada lensa. Sehingga rana dan diafragma harus dibuka, agar cahaya yang jatuh di ground glass cukup memadai, sehingga pemfokusan menjadi mudah dilakukan.
Setelah pemfokusan selesai kemudian pencahayaan diukur, dan pemotretan dilakukan dengan menutup rana serta diafragma sesuai cahaya yang dibutuhkan. Setelah rana dan diafragma ditutup sesuai ukuran pencahayaan, baru dimasukan magasin film untuk melakukan pemotretan.
Dengan lensa yang memilki rana menyatu, setiap kali pemfokusan dan pengukuran cahaya diulangi, maka praktis rana harus dibuka kembali, agar cahaya yang masuk ground glass cukup terang. Tapi kini kamera bias dilengkapi rana khusus yang bias membuka tutup secara otomatis saat dipergunakan. Rana ini adalah teknologi yang dikembangkan Sinar, dan biasa disebut dengan istilah Copal shutter.
Kebutuhan lensa pada kamera juga berbeda dengan kamera SLR 35 mm. Untuk kamera format besar ada satu factor penting yang menunjukan mutu sebuah lensa. Factor itu biasa disebut dengan istilah angles of fild. Istilah ini menunjukan luas cakupan sebuah lensa, untuk bias memberikan ruang terhadap pergerakan kamera. Semakin tinggi angles of field sebuah lensa, membuat ruang gerak kamera akan semakin leluas dilakukan.
Lensa dengan angles of field yang besar, umumnya dipakai untuk pemotretan arsitektur atau indutri. Dimana kamera memerlukan ruang gerak yang luas, untuk melakukan koreksi perspektif maupun distorsi.
Ada juga lensa dengan angles of field yang kecil, untuk keperluan pemotretan jarak dekat (makro). Lensa dengan angles of field yang kecil ini biasanya memilki ketajaman yang sangat tinggi.

4)  Gerakan Kamera
Lensa dan film pada kamera format besar dipisahkan oleh belalai yang lentur. Karena itulah lensa dan film pada kamera format besar, sangat memungkinkan untuk digerakan ke beberapa arah. Gerakan tersebut biasa dilakukan ke beberapa arah. Gerakan tersebut biasa dilakukan untuk mengendalikan ruang tajam, distorsi, komposisi, dan factor-faktor lain yang akan mempengaruhi tampilan gambar.
Gerakan kamera dalam pemotretan format besar ini biasa dikenal dengan istilah swing, tilt, shift serta rise and fall. Istilah swing digunakan untuk menyebut gerakan bidang lensa atau film, yang diputar pada porosnya ke kiri dan ke kanan. Gerakan ini akan membuat bidang film atau lensa tersebut seolah miring ke kiri atau ke kanan.



















Skema gerakan kamera format besar

Kemudian tilt adalah gerakan menekuk ke atas atau ke bawah, sehingga posisi bidang lensa dan film menjadi mendongak atau menukik. Sedangkan shift adalah istilah untuk menyebutkan gerakan bidang lensa atau film yang bergesar ke kiri atau ke kanan. Gerakan rise and fall juga dilakukan dengan menggeser bidang lensa atau film ke atas dan ke bawah. Istilah rise untuk menggeser ke atas, dan fall untuk menggeser ke bawah.
Semua gerakan beserta seluruh kombinasinya tersebut selalu diterapkan saat melakukan pemotretan. Tahapan yang biasa dilakukan dalam pengaturan kamera format besar tersebut biasa diringkas sebagai berikut:
1.      Yang pertama dilakukan biasanya menggeser bidang film dan lensa menjauh atau mendekat satu sama lain, untuk mendapatkan fokus sementara dari sebuah objek.
2.      Selanjutnya lakukan gerakan shift, rise dan fall untuk mengatur komposisi gambar yang nantinya bakal tampil di bidang film.
3.      Kemudian baru dilakukan gerakan lainnya yaitu tilt dan swing pada bidang film, untuk melakukan koreksi terhadap distorsi atau perspektif.
4.      Setelah bidang selesai diatur untuk mengkoreksi distorsi. Selanjutnya tilt dan swing dilakukan juga pada lensa, untuk mengatur ketajaman tampilan gambar.
5.      Dari penerapan semua gerakan-gerakan di atas, maka pemfokusan harus dilakukan kembali, karena dari pemfokusan yang pertama mungkin sudah banyak terjadi perubahan. Sehingga jika diperlukan pemfokusan biasa diulang kembali, dan selanjutnya ditentukan ruang tajamnya (dept of field).

6)  Ruang Tajam
            Pengaturan ruang tajam pada kamera SLR 35 mm atau medium, biasanya dilakukan dengan menentukan bukaan diafragma lensa (aperture). Untuk menentukan ruang tajam yang dipilih, pemakai kamera SLR 35 mm dan medium, biasa dibantu oleh skala ruang tajam yang pada lensa, atau tombol depth of field check pada kamera.
            Pada kamera format besar, fasilitas seperti itu tidak ada. Karena kameranya tidak memilki tombol dept of field check, sementara lensanya juga tidak dilengkapi dengan skala ruang tajam. Namun demikian ruang tajam pada penggunaan kamera format besar ini, sepenuhnya ada di bawah kendali fotografer. Artinya si fotografer sendiri biasa menentukan berapa besar ruang tajam yang akan tampil dalam fotonya.
            Cara untuk melakukan ruang tajam ini, biasa dengan melakukan gerakan swing pada bidang film, bidang lensa, atau kedua-duanya. Biasanya untuk mengatur ruang tajam dilakukan gerakan swing pada lensa saja. Karena menggerakan bidang film akan berpengaruh pada perspektif gambar yang dihasilkan.

3. KAMERA SLR

 

1)  Bagian-bagian kamera SLR

Bagian-bagian pada setiap kamera SLR memilki bentuk yang berbeda, tetapi fungsi dan kegunaannya tetap sama. Berikut ini diuraikan bagian-bagian yang terdapat pada kamera SLR.
















Bagian-bagian pada kamera SLR manual
1.      Tuas pengokang film (film advance lever), untuk menyiapkan kamera pada posisi siap bidik, sekaligus memajukan film ke bingkai berikutnya.
2.      Tuas bidikan ganda (multiple exposure lever), untuk memasang kamera pada posisi siap bidik tanpa memajukan film ke bingkai berikutnya. Alat ini digunakan untuk melakukan pemotretan pada bingkai yang sama lebih dari satu kali. Umumnya, alat ini dipakai bersamaan dengan pengokang film.
3.      Gelang kecepatan rana (shutter speed ring), gelang penunjuk kecepatan. Jika gelang kecepatan menunjukan angka 60, artinya kecepatan tirai rana untuk meloloskan cahaya adalah 1/60 detik.
4.      Gelang kecepatan film, ASA/ISO (film speed ring), gelang penunjuk angka ISO film.
5.      Sepatu lampu kilat (hot shoes contact), tempat untuk memasang lampu kilat pada kamera.
6.      Terminal sinkronisasi lampu kilat (sync cord terminal), soket untuk memasang kabel tambahan yang dihubungkan dengan lampu kilat.
7.      Gelang kompensasi pencahayaan (exposure compensation ring), untuk mengatur jumlah pencahayaan yang lebih banyak atau sedikit dari jumlah yang ditunjukan oleh gelang kecepatan.
8.      Tuas penggulung balik (film rewind crank), untuk menggulung film kembali ke dalam selongsongnya.
9.      Kunci pelepas lensa (lens release button), tombol untuk memasang atau melepaskan lensa.
10.  Tuas pengontrol ruang tajam (dept-of-field preview lever), untuk mengetahui ruang tajam yang dapat direkam oleh kamera.
11.  Penangguh waktu (self timer), tuas yang digunakan jika pemotret ingin ikut berpose.
12.  Tombol pelepas rana (shutter release button), untuk menjepretkan kamera (memotret).
13.  Jendela penghitung (frame counter), untuk melihat jumlah bingkai film yang sudah terpakai.
14.  Gelang fokus (focusing ring), untuk mengatur fokus.
15.  Gelang diafragma (aperture ring), untuk mengatur pemilihan bukaan diafragma.










 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2). MODEL-MODEL KAMERA SLR/RLT

Kamera Single Lens Reflex memiliki beberapa model berdasarkan fasilitas dan cara pengendalian kameranya.  Model-model tersebut diantaranya adalah :
  1. Kamera SLR Manual.  Kamera SLR model ini adalah kamera yang bekerja secara full mekanik.  Pengoperasian kamera model ini tidak bergantung pada penggunaan daya baterai.  Baterai yang ada pada kamera ini digunakan sebagai daya untuk beroperasinya pengukur cahaya kamera.  Apabila baterai yang ada pada kamera ini habis, maka yang tidak berfungsi hanyalah pengukur cahaya tersebut, sedangkan kamera masih bisa kita gunakan untuk memotret.  Sistem yang ada pada kamera ini sangat sesuai bagi orang-orang yang senang menjelajah medan rawan seperti mendaki gunung, berlayar, berkemah pada dataran tinggi, menjelajah hutan dan goa.  Contoh Kamera yang termasuk dalam model kamera manual ini diantaranya adalah Kamera Nikon FM2, Leica R6, Pentax K 1000 dan masih banyak lagi yang lainnya.  Adapun mode pengukuran yang dipakai pada kamera model ini adalah Manual (M), artinya kita mengatur secara manual, baik pada bukaan diafragma maupun speed rana.
Kamera SLR  Manual Merk Nikon FM2
 
                                
Kamera SLR  Manual Merk Leica R6
 

  1. .Kamera SLR Otomatik. Kamera model ini merupakan kamera elektronik, sehingga semua fungsi kerja kamera sangat tergantung pada daya baterai yang digunakan, dengan kata lain apabila daya baterainya habis maka kamera tersebut tidak bisa kita gunakan untuk memotret.  Kamera SLR otomatik memiliki mode pencahayaan otomatik, akan tetapi pada tiap merk kamera belum tentu memiliki fasilitas otomatik yang sama.  Secara umum, ada dua mode pencahayaan otomatik yang penting yaitu mode Otomatik Prioritas Diafragma atau Aperture Priority(A) dan Otomatik Prioritas Rana atau Shutter Priority (S). Selain itu ada juga mode pencahayaan Manual (M).  Pada mode A, pengaturan pencahayaan dilakukan dengan mengatur bukaan diafragma yang kita inginkan, sedangkan kecepatan rana diatur sesuai dengan petunjuk pengukur cahaya (light meter) kamera.  Pada mode S, pengaturan pencahayaan dilakukan dengan memilih kecepatan rana yang kita inginkan, kemudian diafragma diatur menurut petunjuk pengukur cahaya kamera.  Pada Mode M, pengaturan pencahayaan dilakukan oleh kita, dengan cara melakukan kombinasi pengaturan antara bukaan diafragma dan kecepatan rana.  Setiap kali kita mengatur bukaan diafragma dan kecepatan rana, maka petunjuk pengukur cahaya akan menunjukkan apakah kombinasi yang telah kita atur tadi sudah tepat atau belum.  Apabila belum tepat maka kita perlu mengatur kembali kombinasi bukaan diafragma dan speed hingga pengukur cahaya menunjukkan hasil yang tepat.                                     Kamera SLR otomatik biasanya memiliki pengukur cahaya dengan menggunakan metode  pembacaan rata-rata dengan pemberatan di tengah (Centre Weighted Average Metering), yaitu metode dimana kamera akan mengukur secara rata-rata seluruh kecerahan yang ditangkap pandangan kamera.  Selain itu ada juga kamera model ini yang menggunakan metode pengukur Spot (Spot Metering), yaitu metode pengukuran dimana kamera membaca kecerahan pada area yang lebih sempit (seluas 2%-5%), di tengah ruang pandang kamera.  Contoh  merk kamera yang masuk ke dalam model ini adalah Nikon FA.  

Contoh Kamera SLR Otomatik Merk Nikon FA
 
                                 

  1. Kamera SLR Program.  Kamera model ini tidak jauh beda dengan kamera model Otomatik, yaitu merupakan kamera elektronik yang semua fungsi kerjanya bergantung pada daya baterai yang digunakan.  Pada model kamera ini yang sedikit membedakan dengan model Otomatik adalah pada mode pencahayaannya.  Kamera SLR Program memiliki mode pencahayaan  Otomatik dan Program, yang membuat kerja perekaman gambar foto terasa lebih mudah, daripada mengendalikan kamera secara manual.  Fasilitas Otomatik dan Program pada tiap-tiap merk terkadang berbeda-beda.  Secara umum model kamera SLR Program menyediakan beberapa mode pengendalian pencahayaan, diantaranya adalah : Pencahayaan Program (Program/P), Otomatis Prioritas Diafragma (Aperture Priority/P), Otomatis Prioritas Rana (Shutter Priority/S) dan Manual (M).  Kamera SLR Program, terutama model baru biasanya memiliki pengukur dengan metode : multi segmen, yaitu sistem pengukuran yang membagi bidang pandangan kamera menjadi beberapa segmen (biasanya menjadi 5 atau 8, bahkan lebih).  Data pengukuran dari masing-masing segmen tersebut dipadukan dan dievaluasi oleh Prosessor kamera menjadi nilai pencahayaan tunggal.  Pada beberapa model/merk kamera lain terdapat juga pengukuran secara Selective Metering dan Spot Metering.  Salah satu contoh merk kamera yang masuk ke dalam model ini adalah kamera Minolta 7000.

Contoh Kamera SLR Program merk Minolta 7000
 


  1. Kamera SLR Multi Program.  Dampak perkembangan dari teknologi kamera dan penggunaan komputer mikro dalam kamera melahirkan kamera generasi baru, yaitu kamera Multi-Program.  Adanya fasilitas program memungkinkan perekaman gambar  pada media film secara otomatis sesuai dengan kecerahan pemandangan.  Hal itu bisa menghindarkan fotografer dari berbagai kesulitan yang mungkin akan menghambat proses pemotretan.  Dengan kamera Multi Program seorang fotografer  memiliki pilihan pengendalian program yang lebih banyak, yang dapat membantu menghasilkan foto-foto dengan tampilan dan sajian yang lebih kreatif.  Kamera Multi Program telah dilengkapi dengan fasilitas  Otofokus (Auto Focus) yaitu pengaturan fokus secara otomatis.  Pada umumnya kamera-kamera model ini memiliki berbagai fasilitas pengendalian pencahayaan yang terdiri atas :
a)      Mode Program Khusus (Spesial Program).  Program ini dirancang untuk keperluan khusus, sehingga mempermudah fotografer untuk memperoleh foto yang diinginkan tanpa harus direpotkan oleh berbagai masalah teknis dari setiap bidang fotografi.  Beberapa Program khusus yang disediakan pada kamera model Multi Program, diantaranya seperti : Portrait Program (fasilitas untuk pemotretan orang / pembuatan foto portrait), Landscape Program (fasilitas untuk pemotretan Lanskap / pemandangan), Close-Up Program (Fasilitas untuk pembuatan foto Close-Up), Sport Program (fasilitas untuk pemotretan olah raga) dan masih ada yang lainnya seiring dengan munculnya tipe-tipe baru pada kamera tersebut.
b)      Mode Program.  Beberapa fasilitas pencahayaan program yang tersedia pada kamera model ini (masing-masing merk kamera menyediakan fasilitas program yang berlainan) adalah : Program(P), adalah program pencahayaan  yang bekerja dengan pilihan diafragma dan kecepatan rana yang seimbang; High-Speed Program (PH/HP), yaitu program pencahayaan yang bekerja dengan prioritas penggunaan kecepatan rana tinggi; Inteligent Program, yaitu program yang membaca kondisi cahaya, data-data lensa, film, bahkan fokus pandangan kamera, serta mengatur kamera untuk bekerja pada kombinasi pencahayaan yang paling efektif untuk mendapatkan hasil foto yang terbaik.
c)      Mode Otomatik.  Ada dua macam fasilitas pencahayaan otomatik yang salah satu, atau keduanya tersedia pada kamera, yaitu Otomatik Prioritas Diafragma (Aperture Priority) dan Otomatik Prioritas Rana (Shutter Priority).
d)     Mode Manual, yaitu pengendalian pencahayaan, dimana pengaturan diafragma dan kecepatan rana, sepenuhnya dilakukan oleh fotografer.  Berbagai fasilitas pencahayaan seperti ini disediakan agar para fotografer bisa mengembangkan teknik dan kreatifitasnya, termasuk penggunaan pengendalian manual jika suatu saat ketika dia mau menentukan sendiri pencahayaan yang dikehendakinya.
Untuk mendukung kemampuan kerjanya, kamera Multi-Program biasanya dilengkapi dengan 3 model pengukuran, yaitu Pengukuran Multi Segmen, Pengukur Selektif dan Pengukur Spot, yang telah terpasang pada kamera sebagai perlengkapan standar.  Dengan demikian fotografer memiliki fasilitas pengukur yang lengkap untuk mengatasi berbagai situasi cahaya.  Salah satu contoh merk kamera model Multi-Program ini adalah Kamera Nikon F5, Leica R8 dan masih banyak lagi merk yang lainnya.


                
Leica R8
 
Nikon F5
 
                       



GAMBAR BAGIAN KAMERA MULTI-PROGRAM
(File BAG.K.MULTI-PROG.)

 

 
























 


 

3)   Cara kerja kamera SLR

Cara kerja kamera jenis SLR diawali dengan masuknya cahaya melalui lensa. cahaya akan dipantulkan oleh kaca pembidik ke atas melalui layar, lalu dipantulkan kembali secara tegak lurus ke luar melalui jendela pembidik. Fokus tidaknya obyek akan terlihat pada layar. Pada saat rana ditekan, secara otomatis cermin pembidik terangkat. Bersamaan dengan proses tersebut, tirai rana terbuka sesuai dengan kecepatan yang diatur pada gelang kecepatan. Dibelakang tirai rana inilah film dibentangkan sehingga cahaya yang masuk akan mengenai film. Setelah tirai rana menutup kembali, cermin pembalik turun seperti keadaan semula.

4. Lensa
Merupakan suatu alat untuk merubah benda atau objek yang akan dipotret menjadi bayangan yang bersifat diperkecil, terbalik, nyata. Ada beberapa jenis lensa yang biasa digunakan dalam membuat gambar foto dan kesemuanya itu memiliki kegunaan dan spesifikasi yang berbeda, sehingga kita dituntut untuk menguasai kegunaannya. Melalui panel-panel pada lensa kamera, fokus-tidaknya obyek dan bukaan diafragma dapat diatur sesuai dengan kebutuhannya.








Panel-panel lensa kamera


Pada dasarnya, lensa dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu lensa fix, lensa vario focal (zoom), dan lensa spesial.
1)  Lensa fix
            Lensa fix adalah lensa yang memilki panjang fokus (titik api) tunggal sehingga sudut pandangnya tetap. Berikut beberapa jenis lensa fix
·        Lensa super wide, panjang fokus 17 mm atau 22 mm.
·        Lensa wide, panjang fokus 24 mm.
·        Lensa normal, panjang fokus 35 mm.
·        Lensa tele, panjang fokus 70 mm
·        Lensa super tele, panjang fokus di atas 70 mm.









Lensa Tele 77 mm




2)  Lensa vario focal (zoom)
            Lensa zoom adalah lensa dengan panjang fokus yang berubah-ubah/ dapat bergeser sehingga sudut pandangnya (angle of view) dapat diubah-ubah. Berikut beberapa jenis lensa zoom.
·         Lensa dengan panjang fokus 17-35 mm.
·         Lensa dengan panjang fokus 21-35 mm.
·         Lensa dengan panjang fokus 70-210 mm.











Gambar lensa zoom 28-105mm (makalah ahmad)







Produk Tamron bisa digunakan untuk Kamera Canon AF, Minolta AF, Nikon AF-D

3) Lensa Spesial
            Biasanya lensa spesial digunakan untuk kepentingan khusus. Berikut beberapa lensa spesial:
·         Lensa fish eye (angle of view 1800).
·         Lensa perspective corection, untuk mengoreksi perspektif objek foto arsitektur.
·         Lensa tele cermin (miror lens), lensa dengan titik api yang panjang, tetapi memilki bobot yang ringan.
·         Lensa soft fokus, untuk memperoleh efek yang lembut pada pemotretan potrait.










Sudut pandang berbagai jenis lensa

4.1.  Penggunaan lensa
a.       Lensa normal (Normal lens), Lensa ini dapat memotret untuk jarak dekat. Biasanya lensa ini sudah tersedia dengan kamera.
b.      Lensa Fish Eye (Lensa Mata Ikan), Biasanya lensa ini digunakan untuk pengambilan gambar pemandangan dan situasi.
c.       Lensa Sudut Lebar (Wide Angle Lens), Lensa jenis ini menghasilkan gambar dengan spesifikasi sebagai berikut:
·         Meluaskan pandangan, artinya bayangan benda atau objek yang masuk terproyeksikan menjadi lebih besar dari bayangan yang dibentuk lensa normal. Hal tersebut dikarenakan dengan jarak fokus yang relatif pendek.
·         Memiliki ruang ketajaman lebih lebar dari lensa normal. Ruang ketajaman dipengaruhi oleh panjang dan pendeknya titik fokus, jadi semakin pendek titik fokus yang dimiliki oleh suatu lensa, maka semakin lebar ruangan ketajaman yang dihasilkannya.
·         Mampu memberikan efek khusus dalam pemotretan, yaitu mampu mengubah garis vertikal dan horizontal menjadi lengkung. Hal ini disebabkan karena memiliki susunan yang didominasi oleh lensa cembung yang ukurannya bervariasi.
  Jika dilihat dari ketiga point tersebut maka keistimewaan lensa ini diantaranya yaitu dapat meluaskan pandangan dengan menjauhkan objek dan memilih ruang ketajaman yang dalam sehingga kita tidak perlu setiap saat memfokus suatu objek yang selalu bergerak.
Spesifikasi lensa Wide Angle terbagi menjadi :
Lensa ini biasanya dipakai untuk pengambilan foto bersama, misalnya foto keluarga besar. Namun tidak menutup kemungkinan, lensa inipun dapat digunakan untuk semua kebutuhan.

d.      Lensa Tele, yaitu sebuah lensa yang didesain khusus untuk memotret objek-objek yang letaknya sangat jauh atau tidak dalam jangkauan lensa biasa. Lensa ini memililki titik fokus yang panjang dan bervariasi.
Lensa tele dipakai untuk memperbesar obyek yang akan difoto. Selain itu, lensa ini dapat digunakan untuk memperoleh ruang tajam yang pendek. Khusus untuk pemotretan potrait, penggunaan lensa tele akan menghasilkan gambar perspektif wajah mendekati aslinya.

e.       Lensa Makro
Lensa ini digunakan untuk memotret benda yang kecil (seperti semut). Lensa makro ini ada juga yang digabung dengan lensa tele.














Gambar lensa Produk Tamron AF28-300mm f/3,5, 5-6LD Aspherial (IF) harga tahun 1999 sekitar RP.3.350.000
Gambar jangkauan bukaan lensa






                 
     

4.2. Cacat Lensa
            Lensa sebagai alat yang sangat vital dalam dunia fotografi, jika terdapat cacat pada lensa maka hasil jepretan kamera akan terganggu. Cacat yang fatal terdapat pada optik. Cacat optik yang terdapat pada lensa dapat disebutkan sebagai berikut ini:
1.      Cacat Kromatik
Seperti yang telah diketahui bahwa tiap-tiap cahaya warna mempunyai indeks bias tertentu, indek bias cahaya biru lebih besar daripada indeks bias cahaya merah. Perbedaan indeks bias ini mengakibatkan titik fokus sebuah lensa berbeda-beda. Ciri sebuah lensa cacat kromatik dapat dilihat pada gambar yang dihasilkannya dimana pada bagian pinggir gambar terdapat batas berwarna.
2.      Cacat Sperik
Ciri lensa yang terkena cacat sperik ini  adalah cahaya yang melalui bagian tengah dan pinggir lensa mempunyai titik fokus yang berbeda.
3.      Koma
Obyek yang berupa titik, ternyata dibelakang lensa tidak tentu berupa sebuah titik, kebanyakan berupa sebuah koma. Cacat koma ini menjadi jelas kelihatan bila obyek berada jauh dari sebuah lensa.


4.      Astigmatisma
Lensa yang mempunyai cacat astigmatisma tidak akan mampu menempatkan gambar dari garis-garis vertical dan horizontal pada satu bidang pada waktu yang sama.
5.      Bidang lengkung
      Lensa ternyata sulit untuk membentuk gambar yang tajam pada satu bidang datar, akibatnya kalau gambar tersebut diproyeksikan pada satu bidang datar maka terdapat bagian-bagian gambar yang nampak kabur dan bagian-bagian lainnya tampak tajam.
6.      Kilauan
      Sebagian cahaya yang masuk lensa tidak diteruskan oleh lensa tersebut tetapi dipantulkan oleh bidang permukaan lensa, cahaya yang terpantul ini dapat mencapai dinding tabung lensa,terpencar olehnya dan akhirnya juga akan sampai pada bidang film berupa cahaya difus atau terpencar. Hal ini akan mengurangi kontras gambar.

4.3. Pemeliharaan Lensa
            Beberapa bahaya yang sering mengancam mutu lensa adalah adanya debu-debu dan kotoran-kotoran lain yang menempel pada permukaan lensa, menipisnya lapisan inti refleksi dan kemungkinan tumbuhnya jamur pada permukaan lensa atau pada lapisan anti refleksi. Debu-debu dan kotoran-kotoran lain yang menempel pada permukaan lensa, dalam batas-batas tertentu dapat menurunkan mutu gambar. Kalau kotoran-kotoran tersebut hanya pada permukaan lensa luar hal tersebut dengan mudah dapat dibersihkan dengan menggunakan sejenis kertas khusus (lens cleaning paper) dan larutan khusus (lens cleaning solution) cara pembersihannya sebaiknya dilakukan hati-hati karena ada bahaya penipisan dari lapisan inti refleksi.
            Bahaya lain yang seringkali ditakuti adalah kemungkinan tumbuhnya cendawan pada permukaan lensa, cendawan tidak akan tumbuh didalam keadaan udara yang kering yaitu udara yang kelembabanya sangat rendah. Sebagian besar dari kepulauan Indonesia mempunyai kelembaban udara yang tinggi, dibeberapa tempat sampai 80%-90% jadi merupakan iklim yang baik buat tumbuhnya cendawan, oleh karena itu untuk mencegah tumbuhnya cendawan pada permukaan lensa, maka salah satu  cara yang dapat dilakukan adalah menempatkan lensa dalam suatu ruangan yang kelembabannya dapat diatur.

5. KONTROL PENTING KAMERA SLR

            Pada dasarnya, seluruh alat kontrol kamera penting pada proses pemotretan. Akan tetapi, fokus, kecepatan rana (shutter), dan diafragma merupakan alat kontrol yang paling digunakan. Kecepatan rana dan bukaan diafragma mempengaruhi pencahayaan film, sedangkan katajaman gambar akan dipengaruhi oleh fokus tidaknya pembidikan sasaran.

1) Diafragma
Diafragma merupakan bagian terpenting dan berperan vital dalam mendistribusi cahaya ke emulsi film dalam kamera. Diafragma tersusun dari beberapa kepingan logam tipis yang bisa diatur bukaannya sesuai dengan kehendak kita, dengan syarat kita harus memperhatikan situasi cahaya yang ada saat kita memotret. Dibawah ini merupakan skala diafragma yang biasanya ada pada beberapa jenis kamera.

32 – 22 – 16 – 11 – 8 -- 5,6 – 4 -- 3,5 -- 2,8 – 2 - 1,4




















Besarnya Bukaan diafragma pada gelang diafragma

Skala diafragma diatas dari kiri ke kanan nilainya semakin besar dengan kata lain apabila angka skala menunjukan nilai besar maka bukaan diafragmanya kecil dan apabila angka skala kecil maka bukaan diafragmanya besar. Bukaan-bukaan diafragma tersebut merupakan pedoman yang dapat kita pakai didalam menentukan seberapa banyaknya cahaya yang dibutuhkan untuk membakar film disuatu kondisi tertentu, apakah itu pada kondisi terang ataupun mendung.
Besarnya bukaan diafragma dinyatakan dengan bilangan f stop. Bilangan f stop adalah perbandingan antara panjang fokus dengan diameter bukaan diafragma. Jadi, makin besar bilangan f stopnya, makin kecil bukaan diafragmanya.

2)  Kecepatan rana (shutter)
            Kecepatan rana atau shutter adalah kecepatan tirai rana untuk membuka dan menutup kembali. Seberapa cepat tirai rana yang membuka dan menutup kembali akan mempengaruhi jumlah cahaya yang lolos untuk mempercahayai film. Artinya, makin cepat kecepatan tirai rana untuk membuka dan menutup kembali, makin sedikit cahaya yang akan mencahayai film.
            Rana terdiri dari dua jenis, yaitu rana pusat dan rana celah.
-          Rana pusat
      Tirai rana pusat menutup dengan memusat. Posisinya terletak pada lensa kamera, berdampingan dengan diafragma. Saat ini, kamera yang menggunakan rana pusat sudah jarang ditemukan.
-          Rana celah
      Rana celah terdiri dari dua jenis, yaitu rana celah vertikal dan horizontal. Rana celah vertical menutup secara vertical, sedangkan rana celah horizontal menutup secara horizontal. Posisinya terletak pada kamera.





















Jenis-jenis rana

4. AKSESORIS KAMERA
Merupakan suatu perlengkapan kamera yang memilki fungsi untuk memaksimalkan kerja kamera. Berikut beberapa kamera asesoris yang dapat kita pergunakan, diantaranya.
a.      Rubber Lense
Biasanya disebut tudung lensa. yang berfungsi untuk melindungi lensa kamera dari kontak langsung dengan sinar matahari dan menghindari silau terhadap lensa. Rubber Lense terbuat dari karet tipis yang berbentuk gelang dengan yang melebar. Pemakaiannya ditempatkan diujung gelang lensa.







Bentuk Rubber Lense
b.      Tripot dan Monopot
Merupakan sandaran kamera berkaki tiga (tripot) dan tunggal (monopot). Fungsi kedua benda ini adalah untuk mencegah goyangnya kamera pada saat kita memotret dengan menggunakan kecepatan rendah dan  sebagai penyangga untuk mengurangi beban berat pada saat kita memotret dengan menggunakan lensa tele.























Gambar tripod



c.       Filter Lensa,
 Merupakan lensa khusus yang mampu memberi efek tertentu.  Efek yang digunakan dapat berupa warna, gambar bentuk, penyajian komposisi, dan lain-lain.  Bahan penyusun filter-filter tersebut adalah kristal-kristal lensa yang berbentuk ribuan prisma penta.
d.      Filter Penyeimbang Cahaya
      Filter penyeimbang cahaya (light balancing filter) ilaha jenis filter yang dirancang khusus untuk film-film warna. Fungsi filter ini ialah untuk membetulkan atau memberi koreksi kecil suhu warna cahaya yang digunakan sehingga sesuai dengan film yang akan digunakan. Ada dua macam filter cahaya yaitu: (1) Filter yang berfungsi untuk menurunkan suhu warna cahaya berwarna kecoklat-coklatan. Contoh: Filter seri Kodak Wratten 81, Filter seri Gevaert CTO. (2) Filter yang berfungsi menaikan suhu warna cahaya berwarna kebiru-biruan. Contoh: Filter seri Kodak Wratten 82, Filter seri Gavaen CTB.
e.       Filter Konversi Warna
      Filter konver kerjanya sama dengan filter penyeimbang cahaya. Bedanya ialah bahwa filter konversi warna bekerjanya jauh lebih radikal dibandingkan dengan filter penyeimbang cahaya sehingga mampu merubah suhu warna cahaya dengan derajat yang lebih besar. Ada dua macam filter konver warna yaitu: (1) Filter yang berfungsi untuk menaikan suhu warna cahaya. Contoh: filter seri kodak Wratten 80. (2) Filter yang berfungsi untuk menurunkan suhu warna cahaya. Contoh: Filter seri Kodak Wraten 85
f.       Filter Film Hitam Putih
      Filter untuk film hitam putih ada dua jenis yaitu (1)Filter koreksi yaitu filter yang memungkinkan film merekam warna-warna obyek dengan tingkat terang seperti apa yang dapat dilihat diluar mata. Contoh: Filter warna kuning, Filter warna kuning hijau. (2) Filter kontras yaitu jenis filter yang mempunyai kemampuan membuat lebih kontras obyek-obyek berwarna pada film hitam putih. Contoh: Filter hijau, filter orange, filter merah.
g.      Filter Netral dan Cromo
      Filter netral (neutural density=ND) ialah jenis filter yang rapat optiknya terhadap semua jenis cahaya (merah, hijau, dan biru) adalah sama. Warna filter ini ialah abu-abu. Kegunaan utama filter netral ini ialah untuk mengurangi intensitas cahaya yang selalu tinggi untuk film yang bersangkutan. Sedang yang dinamakan filter “cromo” ialah jenis filter yang dirancang untuk membuat gambar yang dramatis. Filter ini terbagi menjadi beberapa bagian berwarna dimana batas antara bagian-bagiannya tidak tegas.
h.      Filter Cahaya Langit
      Sky light filter atau cahaya langit adalah jenis filter yang bersifat dapat menyerap cahaya langit. Filter ini dapat menyerap sebagian besar cahaya ultra violet sehingga dapat menurunkan suhu warna cahaya yang bersangkutan. Keuntungan lain dengan menggunakan filter tersebut terus menerus adalah dapat bertindak sebagai pelindung lensa terhadap kotoran-kotoran ataupun sentuhan-sentuhan mekanik. Seperti halnya dengan filter-filter cahaya lain, maka ia diproduksi dalam berbagai ukuran diameter disesuaikan dengan ukuran lensa.
i.        Filter Polarisasi
      Filter polarisasi adalah filter cahaya dalam kedudukan tertentu dapat menyerap cahaya yang terpolarisasi. Yang dimaksud dengan cahaya terpolarisasi karena pontulan oleh suatu benda bening. Kegunaan filter-filter polarisasi adalah menyerap cahaya yang terpolarisasi dan membiarkan cahaya yang tidak terpolarisasi. Untuk memperoleh penyerapan yang besar mungkin maka filter yang bersangkutan diputar-putar sampai kedudukan tertentu dimana cahaya terpantul kelihatan paling lemah jadi pada dasarnya filter polarisasi tersebut dapat menyerap cahaya-cahaya terpantul oleh bening.
j.        Blitz Kamera/flash
Merupakan perlengkapan memotret yang memiliki fungsi penting pada waktu-waktu tertentu untuk menghasilkan pemotretan yang baik. Blitz kamera biasanya digunakan pada saat keadaan cahaya kurang, misalnya pada malam hari, dalam ruangan, gua dan lain-lain.










Berikut ini merupakan beberapa jenis lampu kamera:
k.      Bulb Flash
Merupakan kamera lighting yang berbentuk bola lampu listrik dan di disain khusus untuk mendapatkan efek pencahayaan yang merata sempurna.
l.        Electonic Flash
Merupakan lampu kilat dibuat secara elektronis komputerisasi, biasanya dilengkapi beberapa panel pilihan seperti ASA, Speed, Date-Month program.
m.    Studio Lighting
yaitu lampu flash yang didisain khusus untuk tata lampu didalam studio. Posisi penggunaan dan penempatannya bisa dengan menggunakan Tripod atau Monopod atau bisa langsung dipegang oleh asisten pemotret. Tata lampu dalam studio harus benar-benar diperhatikan, baik penempatan (tata letak) ataupun intensitas cahayanya.

Beberapa produk filter yang diproduksi oleh perusahaan Nikon





















m. Kabel release
Kebel ini berfungsi untuk memotret dengan kecepatan lambat terutama “B”. Kabel ini dibasang dii tombol pelepas rana. Pemotretan dilakukan dengan menggunakan tripot atau diatas benda yang tidak terjadi goyangan.















Gambar kabel release



n.      Flashmeter
Flasmeter digunakan untuk mengukur cahaya ketika akan melakukan pemotretan. Flasmeter ini terpisah dengan kamera, walaupun pada kamera juga terdapat flashmeter.













Flashmeter Produksi Polaris

5. KAMERA DIGITAL

            Kamera Digital merupakan kamera yang penggunaannya  tidak memerlukan film sebagai media perekam gambar, fungsi media tersebut telah diganti dengan sebuah chip yang berteknologi tinggi. Selain itu segala kegiatan yang berkaitan dengan pemrosesan sebuah gambar tidak lagi menggunakan kamar gelap dan berbagai zat kimia untuk mencuci dan mencetak foto.

A. Bagian Utama Kamera Digital

























Gambar halaman 28 – 29 buku B.Inggris

 





1.            Lensa. Lensa pada kamera digital hampir sama dengan lensa yang ada pada kamera format 35 mm atau juga pada kamera kompak, yang membedakan lensa ini dengan lensa yang ada kamera pada kompak adalah panjang fokusnya sangat pendek. Perbandingan panjang fokal lensa kamera digital dengan lensa yang ada pada kamera kompak seperti berikut ini : Panjang fokal lensa 6 mm pada kamera digital hampir sama dengan panjang fokal sebesar 42 mm pada lensa kamera kompak.
2.            Flash. Flash yang terdapat pada kamera digital merupakan flash yang telah terpasang atau menyatu dengan body kamera (built in flash), seperti yang dapat kita temui pada kamera kompak atau pocket. Flash yang menyatu dengan body biasanya daya pencarnya rendah, sehingga flash yang ada pada kamera ini hanya memungkinkan digunakan pada subye yang berjarak beberapa kaki dari kamera, yaitu sekitar 5 kaki. Penggunaan flash ini biasanya digunakan pada kondisi yang kurang cahaya dan pada kondisi back light.
3.            Metering dan Sensor Fokus. Bagian ini berfungsi untuk membantu menghasilkan ketajaman dan penyinaran yang layak pada sebuah gambar.
4.            Self Timer Lamp. Lampu pengatur waktu yang akan menyala jika kita menginginkan pengambil gambar secara otomatis.
5.            LCD Monitor. Bagian belakang pada body kamera yang berupa monitor, dimana berfungsi untuk menampilkan gambar ‘hidup’. Bentuk monitor ini seperti layaknya sebuah layar TV mini. Dengan adanya bagian ini kita dapat melihat bagaimana moment – moment atau subjek yang ada di hadapan kita, sebelum kita memotret subjek tersebut. Kita juga dapat menggunakan monitor ini untuk melihat kembali gambar – gambar yang telah kita potret, atau juga jika kita ingin menghapus gambar – gambar yang tidak kita inginkan dengan tujuan untuk meluangkan memori – memori yang ada pada sebuah chip.
6.            Optical View Finder. View finder yang ada pada kamera digital hampir sama bentuknya dengan yang ada pada kamera kompak. Pada view finder optik ini terdapat satu atau dua lampu tambahan di dalamnya yang berfungsi untuk menunjukan tanda penggunaan flash dan pemfokusan subjek.
7.            Mode Dial. Tombol sistem yang memungkinkan kita untuk mengaktifkan kamera, dari mulai pengambilan gambar (sistem ‘record’ mode) hingga menampilkan gambar – gambar yang ada dalam memori kamera (‘play’ mode).
8.            Zoom Control. Tombol yang berfungsi untuk merubah panjang fokal lensa zoom, dari wide angle (W) ke telephoto (T).
9.            Connection Socket. Lubang tempat kabel yang berfungsi untuk menghubungkan kamera dengan komputer. Hal ini dilakukan  jika kita akan memindahkan gambar dari memori kamera ke dalam komputer.
10.        Mains Socket. Kamera digital, khususnya yang dilengkapi dengan LCD Monitor menghabiskan tenaga baterai dengan cepat. Dengan adanya bagian ini memungkinkan kita untuk menggunakan kamera dengan sumber adaptor, terutama apabila kita menggunakannya di dalam ruangan.

B. Tipe Kamera Digital

            Kemera digital diproduksi dalam berbagai bentuk dan ukuran. Kamera-kamera tersebut dapat dikelompokan ke dalam beberapa kelompok berdasarkan resolusi gambar yang dihasilkan/ditangkap oleh sebuah kamera diantaranya:
·        Low resolution camera (kamera resolusi rendah)
Kamera yang menghasilkan resolusi rendah, yaitu sekitar 320 x 240 pixel. Resolusi yang dihasilkan oleh kamera ini memungkinkan kita untuk membuat gambar yang dapat dipergunakan pada internet.
·        Medium resolution camera
Kamera yang menghasilkan resolusi gambar antara 640 x480 pixel (lebih dikenal dengan VGA-Video Graphics Array Camera) hingga 800 x 600 pixel (super VGA cameras) dan 1024 x 768 pixels (XGA-Exterded GA Cameras).
      Kamera jenis ini cocok untuk menghasilkan cetakan gambar berukuran post card.
·        High resolution cameras (kamera beresolusi tinggi)
      Kamera yang menghasilkan resolusi gambar tinggi yaitu sekurang-kurangnya 1 juta pixels. Satuan yang biasa dipakai pada kamera ini yaitu mega pixels. Kamera jenis ini menghasilkan gambar yang bisa dicetak hingga ukuran 8 x 10 inchi dengan tampilan gambar dan warna yang berkualitas tinggi.
·        Kamera Refleks Lensa Tunggal resolusi tinggi (high resolution single lens reflex cameras)
Kamera ini menggunakan cermin putar untuk memantulkan objek gambar pada bidang pengamatannya. Kamera ini sudah diciptakan dalam bentuk digital. Kamera jenis ini memungkinkan untuk membingkai subjek secara teliti/tepat.

C. Perekaman Gambar

 Kita ketahui bahwa kamera digital tidak menggunakan film sebagai media perekam gambar, fungsi film di sini telah digantikan oleh sebuah kartu memori yang berbentuk seperti disket. Sampai saat ini ada 3 macam kartu (film digital) yang digunakan oleh kamera digital yang beredar di pasaran, yaitu :
1.      Kartu PCMCIA (Personal Computer Memory Card Association), atau juga dikenal sebagai kartu ATA (Advanced Technology Attachment). Kartu ini berukuran 2,1x 3,3 inci dengan tebal bervariasi, yan paling tebal saat ini hingga 0,5 inci. Kartu PC ini ideal untuk perekaman gambar dengan resolusi tinggi. Berdasarkan ketebalannya, kartu kartu PCMCIA dibagi menjadi tiga tipe. Tipe I, umum digunakan untuk menyimpan memori, tipe II digunakan untuk fax / modem dan tipe III digunakan untuk semua rotating hard drive. Kamera digital yang memiliki slot untuk kartu PC tipe III bisa menerima semua tipe. Sebaliknya kartu PC tipe I tidak bisa menerima tipe II dan tipe III.
2.      Kartu CF (Compact Flash). Kartu ini dikembangkan pertama kalinya oleh Sandisk, yang berukuran 1,7 x 1,4 inci dengan ketebalan maksimum 0,13 inci. Kartu ini didesain sedemikian rupa sehingga memori, peranti lunak maupun kontrol mikronya ada pada kartu. Compact Flash distandarisasi sehingga dapat digunakan oleh kamera digital lama maupun baru, meskipun memori pada kartu bertambah besar. Keunggulan lainnya kartu ini adalah mampu menyimpan data secara permanen hingga 10 tahun, contohnya adalah kartu Compact Flash 128MB yang dikeluarkan oleh Delkin.
3.      Kartu SM (Smart Media). Kartu yang merupakan temuan dari Toshiba ini memiliki ukuran 1,8 x 1,5 inci, dengan ketebalan maksimum 0,03 inci. Kartu ini cara kerjanya bergantung pada kontrol mikro dan peranti lunak yang dipasangkan pada kamera. Kelebihan kartu ini adalah bentuknya yang mungil dan harganya lebih murah dibandingkan kartu Compact Flash. Kartu ini juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah mudah terkena gangguan listrik, rentan terhadap kelembaban karena konektornya tidak terlindungi dan kapasitas memorinya terbatas yaitu pada batas maksimal 32MB.








Gambar hal. 31 buku b.inggris


Pada kamera digital, interval waktu antara menekan tombol bidik dan proses perekaman gambar memakan waktu sekitar 2 detik. Interval waktu ini kadang – kadang cukup mengganggu, jika kita akan membidik cepat atau membidik secara kontinyu. Ada dua hal yang mempengaruhi cepat tidaknya proses perekaman gambar ini, yaitu kecepatan dari prosesor kamera dan kecepatan menulis sebuah film digital (waktu yang dibutuhkan untuk menyimpan imaji pada film digital). Sejalan dengan perkembangan resolusi kamera dan memori, kecepatan menulis dari film digital juga meningkat.
Seperti layaknya sebuah film negatif ataupun positif yang memiliki nilai kepekaan yang dinilai dengan ISO, CCD juga memiliki nilai kepekaan yang lebih dikenal dengan sensitifitas CCD (CCD Sensitivity).

C. Resolusi Gambar
            Resolusi gambar adalah suatu istilah untuk menentukan atau menunjukkan detail dan ketajaman sebuah gambar. Resolusi pada kamera digital  dihasilkan atau ditentukan dengan angka horizontal atau lebar pixels (picture element = definisi dari dimensi gambar) dikalikan dengan angka vertikal atau tinggi, sebagai contoh : resolusi dari dimensi sebuah gambar berukuran 1024 x 768 pixels berarti sekitar 786.000 pixels. Semakin banyak pixels yang menyusun suatu gambar, maka semakin tinggi resolusinya.


D. Interpolasi (Interpolation)
            Interpolasi adalah pembesaran atau pengecilan data digital yang mempengaruhi kualitas gambar. Hal ini ditandai dengan perubahan ukuran file dan dimensi pixels. Jika kita melakukan interpolasi pada sebuah gambar, maka gambar tersebut akan mengalami degradasi kualitas yang ditandai dengan adanya sedikit pengaburan. Apabila kita harus melakukan hal tersebut, maka setelah itu kita harus melakukan proses penajaman gambar dengan filter unsharp masking.

E. Kompresi Gambar ( Image Compression)
            Kompresi gambar adalah suatu cara untuk mengurangi kapasitas suatu file pada sebuah gambar. Hal ini dilakukan untuk memungkinkan kita menyimpan lebih banyak gambar.

F. Format Gambar (Image Formats)
            Gambar digital dapat disimpan menggunakan ukuran satuan file dari suatu format gambar, yaitu TIFF (Tagged Image File Format) dan JPEG (Joint Photographic Experts Group). Ukuran TIFF memiliki kapasitas yang lebih besar dibandingkan dengan ukuran JPEG.

G. Transfer Gambar / Data

            Keuntungan dari penggunaan kamera digital adalah keterhubungan dengan komputer yang relatif lebih mudah. Ada dua cara untuk melakukan pemindahan data ke komputer. Cara pertama dengan menggunakan kabel penghubung ke komputer dengan kamera digital dan yang kedua dengan memakai semacam adaptor untuk kartu – kartu film yang dihubungkan ke disk drive komputer, jika kita ingin membaca data atau melihat gambar. Bentuk adaptor mirip dengan disket yang biasa kita gunakan untuk menyimpan memori, salah satu contoh adaptor adalah flashpath. 



5. TATA CARA MEMEGANG DAN MEMBIDIK KAMERA
Memegang kamera saat memotret tampaknya memang sepele sehingga sering luput dari perhatian. Banyak sekali pemotret, bahkan ada pula kalangan fotografer profesional, yang tidak memegang kamera dengan benar.
            Ada beberapa kerugian jika tidak memegang kamera dengan benar. Kerugian tersebut antara lain adalah tidak lincah dalam memfocus atau bergoyangnya kamera saat menjepretkan rana.
            Pada prinsipnya, kamera dirancang untuk dijepretkan dengan telunjuk tangan kanan, bukan dengan jari lain atau bahkan dengan tangan kiri. Maka untuk pemotret dengan tangan kidal, hal ini sedikit banyak mungkin tidak nyaman, namun harus dilawan dengan kebiasaan.
            Konsentrasi tangan kanan pada penentuan saat untuk menjepretkan tombol pelepas rana, tanagan kiri mempunyai tugas untuk menahan berat kamera sambil memfokus. Untuk kamera saku yang ringan dan berfasilitas otofokus, pemotretan bisa dilakukan dengan satu tangan saja. Dan kamera saku yang beredar memang umumnya dirancang untuk bisa dioperasikan dengan satu tangan.
Berikut tata cara memegang kamera.

Gambar I










Ini adalah pose memegang kamera yang baik dan kukuh. Tangan kanan dengan jari telunjuknya selalu siap menjepretkan pelepas rana, sementara tangan kiri menyangga berat kamera sambil jari-jarinya selalu siap merubah titik fokus. Pemotret membidik dengan mata kiri, sehingga otomatis mata kanan tertutup badan kamera.









.



Cara memegang yang ini adalah variasi                                                        ini juga variasi dari foto 1
Dari posisi dalam foto 1 namun dengan                                                        namun dengan lensa tele.
Kamera berposisi vertical                                                                                  posisi tangan kiri yg
                                                                                                                                Menyangga lensa
Membuat keseimbangan
Yg baik di samping tetap
Lincah dlm memfokus dan
Selalu siap menjepretkan
Pelepas rana.











Posisi tangan kiri yang menyangga lensa membuat keseimbangan yang baik di samping tetap lincah dalam memfokus dan selilu siap menjepretkan pelepas rana.









                                                                               

Ini adalah cara memegang kamera saku                                       Menekan tombol pelepas
Otofokus yg ringan. Cukup dg                                                          rana dg ibu jari membuat
Sebuah tangan, kita sudah bisa memotret                                     pegangan pd kamera kurang
Dg baik dan stabil.                                                                              Pas& pemotret juga kurang
                                                                                                                Mendapatkan
                                                                                                                Kelincahan. 















Pemotretan yang memfokus dengan tangan kanan. Cara ini membuat pemotret harus bekerja dua kali setiap memotret, yaitu memfokus dulu, lalu tangan kanan mundur untuk mejepretkan pelepas rana.



















Kalau  kita membidik dg mata kanan, kalau belum ter-
biasa memotret dg kedua mata terbuka, mata kiri harus
dipicingkan. Pada beberapa keadaan, memicingkan mata tidaklah mudah, juga membuat kita agak terlambat dlm memotret adegan cepat.


6. PEMELIHARAAN KAMERA dan LENSA
            Ada istilah “merawat lebih baik daripada memperbaiki”. Memang merawat atau memelihara suatu barang sangat penting agar barang yang kita meliki tetap baik digunakan sehingga tidak mengganggu kreatiifitas kita. Begitu juga dengan kamera. Kamera akhir-akhir ini harganya terus melambung termasuk suku cadangnya. Alangkah baiknya jika kita bisa memelihara kamera sehingga tidak terjadi kerusakan. Sebelum terlanjur membuat kesalahan, perhatikanlah petunjuk-petunjuk dan larangan-larangan mengenai pemeliharaan kamera dan lensa seprti diuraikan dibawah ini:
1.      Jangan sekali-kali mencoba memperbaiki kemera sendiri jika anda tidak ahli, lebih baik serahkan perbaikannya pada orang yang telah ahli mengenai kamera.
2.      Simpanlah kamera dalam tas kamera. Tas dapat menghindari benturan langsung pada kamera.
3.      Selama mencari obyek tutuplah lensa dengan penutup yang telah tersedia. Hal ini untuk menghindari debu dan pasir yang menempel pada lensa. Jika tidak hati-hati membersihkannya, butir pasir atau debu dapat menggores lensa. lebih baik lagi jika lensa ditambah filter bening.
4.      Hindari lensa dari air. Setetes air yang menempel pada permukaan lensa akan meninggalkan bekas putih sesudah kering dan akan jelas pada foto nantinya. Bersihkanlah lensa jika ada bekas putih tersebut.
5.      Hindarkan lensa dari jari yang berminyak. Bekas minyak akan tergambar di foto. Bila minyak itu lama dibiarkan melekat pada lensa, lama kelamaan merusak permukaannya.
6.      Cara membersihkan lensa. Tiup semua debu yang menempel di permukaan lensa. atau sapu dengan kwas halus. Sesudah itu lap dengan lembut. Jangan dengan sapu tangan. Untuk membersihakan pakai tisue lensa yang tersedia di toko kamera.
7.      Lensa bisa bulukan jika kamera terlalu lama tidak dipakai, apalagi kamera disimpan ditempat yang lembab. Untuk menghindari letakan sebungkus silika jel di dalam tas kamera yang berfungsi untuk menyerap air.
8.      Jauhkan kamera dari udara panas. Jangan letakan diruang bagasi mobil atau tempat menyimpan barang dekat kemudi, atau di atas sandaran tempat duduk belakang.




















3. FILM



            Film yang digunakan sekarang ini pertama kali ditemukan pada tahun 1604. Pada saat itu, Anglo Sala seorang ilmuan Italia melakukan percobaan terhadap campuran perak yang dicahayai dengan sinar matahari. Ilmuan ini menemukan adanya perubahan warna dengan bereaksinya campuran perak dan sinar matahari.
            Lebih dari seabad kemudian, John Henrich Schulze, seorang profesor ilmu kedokteran University of Adolf Jerman berhasil membuat gambar negatif. Kekurangannya, gambar yang terbentuk tidak mampu bertahan lama. Masalah yang dihadapi adalah belum adanya metoda untuk menghentikan proses perubahan warna karena pengaruh cahaya.
            Pada tanggal 25 Januari 1839, William Henry Fox menerangkan proses pencetakan gambar yang dikenal sebagai sistem negatif-posistif. Percobaan pertamannya menghasilkan gambar negatif dengan meletakan objek pada kertas peka cahaya dan menjemurnya di bawah sinar matahari. Kertas peka cahaya ini berasal dari kertas tulis yang dicelupkan dalam campuran garam dan air. Setelah kering, celupan kertas dilapisi dengan perak nitrat.
            Rol film pertama kali di ciptakan oleh George Eastman yang memproduksi rol kertas tipis yang dilapisi emulsi gelatin. Dalam perkembangannya, emulsi dipisahkan dari kertas yang tidak tidak tembus cahaya sehingga dihasilkan film negatif yang siap untuk dicahayai.
            Pada tahun 1996, lima perusahaan film dan kamera, seperti Kodak, Fuji, Nikon, Minolta, dan Canon telah memprakarsai dan memperkenalkan sistem film baru yang dikenal dengan advanced photo system (APS). Sistem ini diharapkan mampu memberikan kemudahan dan kenyamanan yang lebih tinggi daripada format film yang sangat populer saat ini (format film 35 mm). Pada format film 35 mm yang belum digunakan terdapat bagian “lidah” yang menjulur keluar. Hal seperti ini tidak ditemukan pada sistem APS. Selongsong sistem APS merupakan tempat penyimpanan film yang sangat praktis. Penyimpanan film dalam selongsong sangat menguntungkan karena film akan terlindung dari debu atau resiko tergores.

A. Pengertian

            Film atau negatif merupakan suatu media untuk merekam gambar atau objek pada suatu pemotretan. Film tersusun dari dua bagian, yaitu landasan dan emulsi. Landasan adalah bagian yang mengikat dan tembus cahaya yang biasanya dibuat dari seluloid. Seluloid ini terbuat dari plastik acetat selulosa. Sedangkan lapisan emulsi merupakan bagian yang terpenting sebuah film. Emulsi adalah persenyawaan kimia khusus dari butiran mikroskopik bromid perak yang direkatkan oleh gelatine. Butiran bromid perak yang terkandung dalam emulsi tersebut peka terhadap sinar. Butiran tersebut akan berubah sebanding dengan jumlah sinar yang mengenainya, makin banyak sinar makin banyak perubahannya.
            Proses bekerjanya sebuah film adalah sebagai berikut, ketika film secara selektif terkena cahaya dari objek dalam jumlah yang cukup, sebuah gambar yang tersembunyi terbentuk atau disebut juga kesan bakal gambar potensial. Akan tetapi kita belum dapat melihat rekaman gambar tersebut. Untuk dapat melihat rekaman gambar diperlukan proses yang lainnya yaitu proses pencucian dan pencetakan film. Film yang sudah berisi bakal gambar, akan tetapi sebelum proses pencucian masih peka terhadap cahaya. Oleh karena itu kita harus menanganinya secara berhati-hati, jangan sampai film yang berisi moment-moment berharga dari hasil pemotretan tersebut hancur terbakar karena terkena cahaya yang tidak diinginkan.

B. Jenis-Jenis Film
            Ada dua jenis film yang beredar di pasaran, yaitu fil negatif dan positif (slide). Film negatif terdiri dari dua jenis, yaitu film untuk cetakan foto berwarna dan hitam putih. Film posistif ditampilkan dengan cara diproyeksikan pada layar menggunakan proyektor. Selain itu, film posistif pun dapat dicetak untuk berbagai keperluan, seperti pembuatan sampul buku dan katalog.
FILM HITAM-PUTIH (Black/White Film)
            Film hitam-putih yang umum digunakan pada saat ini adalah film negatif  hitam-putih, yang kemudian diproses dan dicetak menjadi foto hitam-putih.  Popularitas jenis film hitam putih  hampir hilang oleh kehadiran film warna, namun demikian film ini masih sering digunakan pada bidang media cetak (Jurnalistik, penerbitan, dekorasi) dan masih sering dipergunakan oleh para amatir untuk keperluan seni. 
            Keunggulan penampilan foto hitam-putih adalah kemampuannya untuk menonjolkan karakter serta keserasian atau kesatuan bentuk, sehingga ekspresi dan skala (perbandingan elemen dan pembagian ruang) harus diperhatikan dengan cermat, disamping keseimbangan nada. 
            Keseimbangan nada (Tone) mulai dari nada putih, nada kelabu, sampai hitam menjadi kekuatan penampilan foto hitam-putih.  Jika suatu gambar foto hitam putih hanya mampu tampil dengan nada kelabu saja dengan sedikit nada hitam atau putih, maka terjadi ketimpangan nada pada penampilan gambar, sehingga foto terkesan datar (flat).  Hal ini menandakan bahwa pada saat pemotretan atau pada saat proses pengembangan filmnya, fotografer tidak memperhitungkan dengan baik penanganan pencahayaan dan ketelitian proses pengembangan filmnya, otomatis hal itu akan mengurangi kekuatan penampilan foto tersebut.  Jadi pengendalian keseimbangan nada harus diperhitungkan dengan crmat pada saat kita membuat sebuah gambar foto hitam-putih.  Hal ini dapat dilakukan dengan memperhitungkan kontras yang akan terbentuk pada film tersebut melalui pengendalian pencahayaan,  waktu pengembangan, konsentrasi bahan kimia pengembang film, temperatur proses serta teknik proses tambahan yang lainnya.  Melalui pengetahuan dan pengendalian yang terpadu ini, maka kita selalu dapat menentukan dengan tepat gambar apa yang bisa diperoleh dari pemandangan yang terhampar di hadapan, sesuai dengan imajinasi yang diinginkan.  Beberapa contoh merk film hitam-putih adalah : Fuji Neopan SS, Kodak Tri-X Pan, Ilford Pan F.  Pan disini merupakan singkatan dari Panchromatic.
FILM NEGATIF WARNA (Color Film)
            Film negatih warna merupakan film yang sering banyak dipakai oleh sebagian besar para pemotret yang ada di Indonesia, baik oleh para amatir maupun professional.  Keserasian dan keseimbangan susunan warna-warna umumnya menjadi kekuatan penampilan foto-foto yang dibuat dengan film warna.  Susunan dan gradasi warna menjadi daya tarik pandangan yang kuat,subyek utama atau ekspresi yang disampaikan seringkali tenggelam di tengah kecemerlangan dan kekuatan penampilan warna itu sendiri.  Memang menurut prinsip gambar yang baik, karakter dari titik daya tarik harus menjadi pusat perhatian pada saat pemoteretan.  Tetapi jika kita menggunakan film warna, maka karakter dari pusat pandangan masih harus ditata dalam susunan warna yang tepat.  Berhasil atau tidaknya penyajian gambar tersebut sangat bergantung pada keserasian dan kesatuan warna-warnanya.  Karakter yang kuat tetapi tidak didukung oleh susunan warna yang baik, akan mempengaruhi kekuatan penampilannya.  Penampilan keserasian warna-warna tanpa disertai kekuatan karakter, juga tidak dapat tampil sebagai gambar yang istimewa.  Jadi kekuatan karakter dan keserasian warna-warna harus tampil sebagai suatu kesatuan.   Dalam proses pengembangan, film negatif warna biasa diproses dengan bahan pengembang standar C-41.

FILM TRANSPARANSI (SLIDE WARNA/COLOR REVERSAL FILM)
            Film ini digunakan untuk memperoleh gambar positif, tanpa melalui proses negatif.  Hasil gambarnya berupa gambar positif yang tembus pandang (transparan) dan mampu memberikan hasil foto yang sangat baik. Film jenis ini biasa dipergunakan untuk keperluan fotografi komersial, terutama untuk membuat foto-foto presentasi perusahaan, produk, iklan, juga terkadang digunakan untuk keperluan pers/jurnalistik dan publikasi/penerbitan.  Transparansi atau slide hasil pemotretan biasanya mampu menampilkan gambar dengan mutu penyajian yang sangat prima.  Karena itu penggunaan jenis film ini menjadi sangat luas, baik untuk keperluan penerbitan, brosur atau ilustrasi iklan, dan juga untuk presentasi atau pertunjukan  (slide shoew). 
            Hal paling pokok yang harus diperhatikan dan diperhitungkan disini adalah pengamatan terhadap cahaya dan efek pencahayaan.  Penentuan pencahayaan sangat bergantung pada ketelitian pengukuran cahaya serta enafsiran pribadi fotografer, dan pembentukan gambar harus dilakukan secara cermat.  Ini perlu dilakukan karena kita tidak bisa lagi melakukan koreksi terhadap hasil pemotretan.  Film jenis ini biasa diproses dengan menggunakan bahan pengembang standar Kodak E-6, selain itu ada juga jenis film ini yang harus diproses dengan bahan kimia khusus, seperti film KODAKCHROME, dimana film ini harus diproses dengan bahan kimia pengembang K-14, buatan Kodak Eastman, tidak bisa diproses dengan bahan kimia pengembang standar slide warna. 



 


















 

 





  


















         







 
















            Berdasarkan formatnya, film dikelompokan menjadi beberapa ukuran.  Dengan adanya berbagai ukuran film ini, akan mempermudah fotografer untuk menentukan kualitas hasil pembesaran yang diinginkan.

Beberapa Ukuran Fllm Berdasarkan Formatnya
Format Film
Ukuran/Dimensi (mm)
35 mm
24 x 36
6 x 4,5 cm
56 x 42
6 x 6 cm
56 x 56
6 x 7
56 x 70
6 x 8
56 x 76
6 x 9 cm
56 x 84
6 x 17 cm
56 x 170


C. Kecepatan Film

            Kecepatan film berarti kepekaan film terhadap cahaya. Kecepatan film dinyatakan dengan ISO atau ASA.
ISO (International Standar Organization) adalah sebuah badan yang berwenang memberikan standar untuk kategori film-film yang digunakan di dunia fotografi. Bilangan ISO mengindikasikan seberapa besar kepekaan film terhadap cahaya. Makin kecil angka ISO, makin rendah kepekaannya terhadap cahaya. Makin kecil angka ISO, makin rendah kepekaan film terhadap cahaya. Sebaliknya, semakin tinggi angka ISO makin peka film terhadap cahaya.
Selain ISO, istilah lain dari kecepatan film adalah ASA (American standar Association). Umumnya, istilah ini dipakai di wilayah Amerika. Kecepatan film diukur secara aritmatik. Untuk wilayah Eropa, kecepatan film dinyatakan dengan DIN (Deutsche Industrial Nomen). Kecepatan film diukur secara logaritmik.
Secara garis besar, ada 4 kelompok kecepatan film. Kecepatan film tersebut dipilih bukan hanya untuk menyesuaikan dengan kondisi pencahayaan, tetapi juga untuk mencapai efek visual tertentu. Hal ini tergantung dari maksud dan tujuan dilakukannya pemotretan.
1. Film dengan kecepatan lambat/slow films (25-64 ISO)
kelompok ini memberikan detil gambar yang sangat tajam dengan butiran (grain) yang sangat halus, kontras rendah, serta saturasi warna yang luar biasa. Film ini ideal untuk pemotretan arsitektur dan still life  (pemotretan Objek-objek benda mati). Walaupun pencahayaan sangat terang, pemotret harus menggunakan tripod jika menggunakan rana lambat. Cetakan foto dari film ini dapat diperbesar sampai ukuran 50 x 60 cm tanpa terlihat adanya butiran.
2. Film dengan kecepatan sedang/medium film (100-200 ISO)
kecepatan film medium merupakan kelompok film yang paling populer. Hasil cetakan tajam dengan butiran yang halus serta saturasi warna yang sangat jenuh. Film ini sangat ideal digunakan saat cuaca terang. Keseimbangan warna merupakan selera pribadi.
3. Film dengan kecepatan cepat/ fast film (400 ISO)
            Kualitas film ini memeilki butiran yang tidak begitu halus, film 400 ISO telah mengalami banyak perbaikan selama beberapa tahun terakhir. Kecepatan film yang lebih tinggi memungkinkan kamera menggunakan kecepatan rana (shutter) yang lebih tinggi pula. Film ini mampu merekam gerakan cepat. Film ISO 400 memungkinkan memotret dalam kondisi pencahayaan kurang tanpa lampu kilat. Umumnya, foto-foto yang diambil dalam cahaya alam (natural light) memberikan hasil yang lebih halus dan menarik.
4. Film dengan kecepatan sangat cepat/ ultra fast films (di atas 800 ISO)
            Film ini dirancang untuk pencahayaan rendah dengan cahaya pemotretan seadanya. Gambar yang dihasilkan memeilki butiran yang kasar. Dalam beberapa tahun terakhir, film jenis inipun mengalami banyak perbaikan. Film ini tidak hanya digunakan untuk pemotretan pada pencahayaan rendah, tetapi juga merupakan sebuah pilihan yang cukup kreatif. Warna-warna lembut dengan butiran kasar menampilkan kesan khusus sehingga dapat digunakan pada beberapa objek pemotretan.

D. Lapisan film berwarna

            Dasar kerjanya film berwarna ialah menguraikan warna-warni yang terdapat dalam suatu skene menjadi tiga warna dasar, yaitu warna merah, hijau dan biru. Kemudian merekamnya kembali berupa campuran warna-warni dasar itu menurut proporsi yang ada pada skene yang dipotret.
Lapisan film warna terdiri dari:
-          Tiga lapisan emulsi yang terpisah A, C, D (lihat gambar).  Pada lapisan yang pertama (A) terdapat emulsi yang peka akan biru saja. Pada lapisan emulsi yang kedua (C) terdapat emulsi yang akan hijau, tetapi peka juga akan biru. Pada lapisan emulsi yang ketiga (D) terdapat emulsi yang peka akan merah, tetapi peka juga akan bitu.
-          Antara lapisan emulsi yang pertama dan yang kedua terdapat lapisan penyaring kuning (B) untuk menghambat sinar biru supopaya tidak melewati lapisan emulsi yang pertama.
-          Lapisan kelima terdiri dari lapisan antihalo. Lapisan ini gunanya untuk mencegah halo, yaitu cahaya yang memantulkan kembali dari alas emulsi, kalau penyinaran terlalu kuat.
-          Kelima lapisan (A, B, C, D, E) berada diatas alas berupa seluloid yang jernih. Lapisan-lapisan itu seluruhnya hampir sama tebal, lebih tepat kalau dikatakan hampir sama tipis dengan lapisan film hitam putih biasa.






Hal 88 petunjuk



Penampung film berwarna dengan lima lapisan di atas alasnya
E. Lapisan Film Hitam Putih (HP)
Kertas foto hitam putih (HP) adalah kertas yang salah satu permukaannya dilapisi emulsi. Emulsi ini terdiri dari dari beberapa lapisan. (1) Lapisan paling bawah adalah kertas yang berfungsi sebagai dasar atau alas lapisan emulsi. Permukaan kertas foto HP ada yang halus dan ada pula yang bertekstur. Warna dasar dari kertas inipun tidak seluruhnya berwarna putih. Ada kertas foto yang berwarna kecoklatan. Bahkan ada pula yang berwarna coklat muda kekuningan, yang mengesankan foto kuno. (2) Lapisan di atas kertas adalah lapisan barit. Lapisan ini berguna untuk mencegah perak bromida yang merembes ke lapisan kertas. (3) Lapisan selanjutnya merupakan lapisan inti dari kertas foto, yaitu perak bromida atau perak halida. Namun, lapisan perak bromida yang ada saat ini tidak murni lagi. Selain bahan perak yang sangat mahal, teknologi untuk menggantikan atau mengurangi perak bromida pun sudah ditemukan. Kandungan senyawa perak bromida dikurangi dan digantikan oleh senyawa berbahan dasar resin dan fiber. Kertas HP ini biasa disebut kertas RC (resin coated) dan fiber base. Kelebihan jenis RC adalah kertas foto tidak akan bergelombang atau “keriting” setelah diproses. Artinya, permukaan kertas akan tetap rata. (4) Lapisan paling atas adalah lapisan pelindung, yang berfungsi untuk melindungi lapisan yang ada dibawahnya.
Susunan lapisan emulsi kertas Foto: 1. kertas, 2. lapisan barit, 3. lapisan emulsi, dan 4. lapisan pelindung.

Macam-macam Kertas Foto Hitam Putih (HP)
Merk Dagang
Produsen
Kodak polycontras (MG)
Kodak
P-Max art RC (GP)
Kodak
Kodabrome II RC
Kodak
Lucky
Tidak diketahui
Ilford Merit (GP)
Ilford
Ilford MG
Ilford
Chen Fu (GP)
Tidak diketahui
Sterling (GP)
AGFA
Work (GP)
Tetenal

F. Pemasangan Film

      Langkah-langkah memasang film ke dalam kamera, antara lain sebagai berikut:
1.      buka Back Cover (tutup belakang kamera), dengan cara menarik keluar knop penggulung film.
2.      Masukan cassette film dalam tempat film dalam kamera
3.      Tariklah ujung film hingga sampai pada gelondong penjepit film. Jepitlah ujung film tersebut, setelah benar-benar yakin ujung film tersebut telah terjepit dengan kuat, langkah selanjutnya adalah mengecek apakah lubang kecil-kecil di kedua sisi film sudah tepat berada pada leader film, lalu tekan kembali knop penggulung film pada posisi yang benar.
4.      Gerakan engkol pengokang film satu langkah untuk memperkuat posisi jepitan film.
5.      Tutuplah back cover kamera
6.      Langkah selanjutnya adalah memutar knop penggulung film ke arah kanan, sampai terasa rata dan berhenti tidak bisa diputar lagi.
7.      Meneliti ulang apakah film sudah terpasang dengan cara memutar selangkah engkol pemindah frame. (perhatikan knop penggulung film, bila ikut bergerak searah putaran frame pemindah tersebut, berarti film benar-benar sudah terpasang dengan sempurna dan siap untuk dipakai untuk memotret.







4. TEKNIK PENCAHAYAAN
           
            Fotografi artinya melukis dengan cahaya. Tanpa cahaya, tidak akan ada karya fotografi. Agar sebuah foto dapat tercipta, film yang ada di dalam kamera yang kedap cahaya harus disinari. Untuk memperoleh pencahayaan yang tepat pada saat memotret, proses masuknya cahaya ke dalam film harus diatur.
            Dalam proses pemotretan ada istilah diafragma. Jika diafragma bukaannya besar maka besar pula masuknya cahaya, sebaliknya, jika bukaan diafragma kecil maka kecil pula masuknya cahaya.
            Teknik pencahayaan merupakan faktor terpenting terciptanya sebuah gambar yang berkualitas. Fotografer harus dapat mengatur masuknya cahaya yang masuk ketika melakukan pemotretan. Ada beberapa kamera yang pengaturan cahaya secara otomatis, sedangkan untuk manual fotografer yang harus mengatur.

A. Diafragma dan Rana
            Pengaturan cahaya dapat dilakukan dengan mengontrol bukaan diafragma dan kecepatan rana. Besarnya bukaan diafragma menentukan jumlah cahaya yang masuk ke film, sedangkan kecepatan rana menentukan lamanya waktu yang diperlukan untuk mencahayai film.








Kombinasi besarnya bukaan diafragma dan kecepatan rana
            Berbagai kombinasi dari bukaan dan kecepatan rana memeberikan pencahayaan yang sama, misalnya pengukur cahaya kemera menunjukan kombinasi 1/125 detik, f/8. jika mengubah bukaan diafragma satu stop lebih kecil menjadi f/11 maka kuantitas cahaya yang masuk ke kamera akan berkurang setengah kali. Agar memperoleh nilai pencahayaan yang sama harus diimbangi dengan menggunakan kecepatan rana lebih lambat satu stop, yaitu 1/60 detik. Sebaliknya, jika bukaan diafragma diperbesar satu stop menjadi f/5,6 maka kecepatan rana harus dipercepat.

B. Over dan Under
            Dalam fotografi ada istilah kontras. Kontras diartikan sebagai perbedaan gradasi antara area yang gelap (shadow) dengan area yang terang (highlight) pada objek. Ungkapan ini seperti kurang kontras (kontras rendah), terlalu kontras (kontras tinggi), kontras sempurna (kontras ideal).
            Sebuah film dikatakan berhasil secara pencahayaan (normal eksposur) jika semua warna yang muncul mempunyai nada yang sama dengan yang diharapkan. Kondisi ini terjadi jika adanya kombinasi pencahayaan yang tepat antara kecepatan rana dan diafragma.
            Sebuah film disebut over exposed (biasa disingkat over/kelebihan), jika bagian  shadow density (bagian transparan) menerima cahaya yang berlebihan. Akibatnya, bagian ini akan berwarna lebih pekat/hitam (tanpa detil) daripada yang diharapkan. Hasilnya, negatif film akan hitam total karena karena kepekatan bagian ini. jika film dicetak, akan menghasilkan warna putih bersih tanpa tekstur. Film over terjadi akibat kurang tepatnya pilihan diafragma atau kecepatan rana sehingga film tercahayai secara berlebihan. Hasilnya, foto cenderung memiliki kekontrasan yang kurang baik.
            Sebuah fil dikatakan under exposed (biasa disingkat under/kekurangan), jika bagian shadow density menerima cahaya yang kurang untuk menampilkan detil gambar. Akibatnya, film negatif akan menjadi tipis terutama bagian shadow density. Film akan terkesan lebih bening. Film under terjadi akibat kurang tepatnya diafragma atau kecepatan rana sehingga film kurang tercahayai dengan baik. Hasilnya, foto cenderung lebih gelap.
            Untuk mengetahui proporsi pencahayaan yang tepat dapat diukur dengan ligh meter. Ligh meter ada yang terdapat di bodi kamera dan ada yang terpisah dengan kamera.
            Pencahayaan yang berlebihan, pemotret dapat mengubah diafragma menjadi lebih kecil atau menggunakan kecepatan rana yang lebih cepat. Jika pencahayaan menunjukan kurang,  pemotret harus mengubah bukaan diafragma menjadi lebih besar atau menggunakan kecepatan rana yang lebih lambat.




















Hasil pengukuran pencahayaan menggunakan ligh meter

FILE GBR LIGHT METER KAMERA SLR (PWR.POINT)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 






 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



 






C. Menambah dan Mengurangi Pencahayaan

            Pencahayaan dapat ditambah atau dikurangi yang bertujuan untuk mendapatkan pencahayaan yang pas. Untuk obyek dengan latar belakang terang, cenderung memberikan pencahayaan kurang sehingga perlu penambahan +2 stop. Jika pengukur cahaya memberikan kombinasi 1/125 detik, f/16 maka obyek diambil dengan kombinasi 1/125 detik, f/8. sebaliknya, jika latar belakang gelap (misalnya foto panggung) diperlukan kompensasi –2 stop, dari kombinasi 1/125 detik f/16 menjadi 1/500 detik f/16.

D. Ruang Tajam (depth of field)
            Ruang tajam adalah sebuah ruang di depan kamera. Obyek akan berada di dalamnya mempunyai ketajaman yang layaknya pada foto terekam.
            Panjang ruang tajam ditentukan oleh berbagai faktor, sedangkan lebar dan tingginya dibatasi oleh format film, seperti yang tampak di lubang kamera. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi panjang ruang tajam adalah bukaan diafragma dan panjang fokus lensanya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut ini.










Panjang ruang tajam dipengaruhi oleh bukaan diafragma dan panjang fokus lensa

            Pada gambar 1 terlihat perbandingan (tidak berskala) antara ruang tajam dan bukaan diafragma. Tiga kotak di depan kamera adalah gambaran ruang tajam, sedangkan bulatan besar di tiap kotak adalah tempat fokus lensa ditujukan. Untuk bukaan f/5,6 terlihat bahwa besarnya ruang tajam hanya tercakup sedikit di depan dan dibelakang titik fokus. Untuk bukaan f/11, ruang tajam lebih panjang dari bukaan f/11.
            Pada gambar 2 terlihat perbandingan (tidak berskala) antara ruang tajam dan panjang fokus lensa. lensa 28 mm (lensa sudut lebar) mempunyai ruang tajam yang panjang. Makin panjang lensa makin tipis ruang tajamnya. Bahkan, pada lensa yang sangat panjang, panjang ruang tajamnya hanya beberapa milimeter.
            Selain bekaan diafragma dan panjang fokus lensa, panjangnya ruang tajam dipengaruhi pula oleh jarak antara obyek dengan kameranya. Makin jauh obyek, makin panjang ruang tajamnya. Lensa yang difokuskan ke tempat yang tidak terhingga, mempunyai ruang tajam yang tidak terhingga pula. Namun, pada pemotretan yang sangat dekat (misalnya pemotretan mikro), ruang tajamnya hanya beberapa milimeter.

E. Bukaan diafragma

            Bukaan diafragma kecil dapat dipilih untuk memperoleh ruang tajam yang besar, pada kondisi cahaya yang cukup terang dan kecepatan rana yang tinggi. Sebaliknya, bukaan diafragma besar dapat dipilih untuk memperoleh ruang tajam yang sempit, pada kondisi cahaya yang kurang terang dan kecepatan rana yang rendah.
            Pemilihan bukaan diafragma dapat dilakukan dengan mempertimbangkan kepekaan film dan untuk apa foto itu diambil. Foto pemandangan dengan tujuan untuk menonjolkan terekamnya semua obyek dengan jelas, memerlukan ruang tajam yang besar. Lain halnya jika fotografer ingin menonjolkan obyek dengan latar belakang yang kabur, diperlukan ruang tajam yang sempit.

F. Kecepatan Rana

            Secara umum, kecepatan rana dibagi tiga yaitu kecepatan tinggi, kecepatan lambat, dan kecepatan sangat lambat (lambang B atau bulb). Kecepatan sangat lambat digunakan untuk memotret obyek yang waktunya dapat ditentukan oleh pemotret. Cara ini dapat dilakukan untuk pemotretan malam hari tanpa lampu kilat. Pada saat tombol pelepas rana (pilihan B) ditekan, rana tetap terbuka sampai tombol pelepas rana dilepaskan. Jadi, lamanya pencahayaan film sangat tergantung pada pemotret.
            Kecepatan lambat dan kecepatan tinggi memiki fungsi dan kegunaan yang berbeda. Kecepatan lambat akan memberikan kesan gerak pada beberapa bagian gambar. Kesan yang timbul dari gambar tersebut adalah suasana dinamis yang memberikan warna tersendiri. Sedangkan kecepatan tinggi dipakai untuk membekukan gerakan gambar.

G.Braketing
            Braketing adalah suatu teknik yang memberikan kombinasi pencahayaan yang berbeda-beda pada satu obyek, selain pencahayaan normal.  Akibatnya, ada satu bingkai yang dijamin akan memperoleh pencahayaan tepat seperti yang diinginkan.  Teknik ini biasa dilakukan jika obyek memperoleh pencahayaan yang tidak umum atau obyek yang kita anggap cukup penting.  Sebagai ilustrasi atau contoh untuk memahami sistem braketing adalah sebagai berikut: seorang fotografer memperoleh kombinasi pencahayaan 1/125 detik dan bukaan diafragma f/16.  Selain menggunakan kombinasi yang ada tersebut, ia juga membuat kombinasi pencahayaan lain yaitu 1/125 detik, f/22 atau 1/125 dengan bukaan diafragma sebesar f/11.

F. Pemotretan In-door
               Banyak peluang untuk membuat gambar yang baik dalam ruangan, tanpa repot-repot atau perlengkapan yang mahal. Ada juga pertimbangan bahwa dengan menggunakan sinar buatan pemotret menguasai dan tidak menyerahkan nasibnya pada sinar matahari yang tidak dapat diramalkan.
            Gambar potret barangkali merupakan hal yang paling umum di antara semua foto yang dibuat dalam ruangan dan beberapa di antara gambar yang paling wajar dan alamiah dari orang-orang dan terutama anak-anak dapat dibuat dalam ruangan tanpa cahaya khusus.
            Pemotretan dalam ruangan harus menguasai tata lampu studio agar foto yang dihasilkan memuaskan. Penataan lampu harus sedemikian rupa sampai dapat dibentuk dan kondisi pencahayaan yang dikehendaki.

1. Tata lampu

            Pengetahuan tata lampu ini kita kenal beberapa istilah yang sering digunakan. Istilah seperti berikut ini:
Sinar utama : sinar yang berasal dari lampu kilat utama.
-          Fill-In yaitu lampu kilat yang keberadaannya digunakan untuk memperkuat sinar utama.
-          Back-Lighting Yaitu penempatan objek membelakangi sinar atau sumber cahaya.
-          Side-Unit yaitu sebuah rangkaian elektronik yang terdiri dari ELCO yang mampu mengkoordinasi menyala atau tidaknya lampu kilat yang terangkai menjadi satu sistem.

Jenis lampu studio lighting merupakan lampu yang paling cocok untuk studio foto, karena dirancang khusus untuk penerangan dalam studio (in-door studio).
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam teknik memotret yang erat kaitannya dengan sistem penataan lampu dan pengetahuan tata lampu adala sebagai berikut:
1.      Penataan lampu untuk mendapatkan efek bayangan kiri. Perhatikan sketsa gambar:
      Penempatan lampu utama berjarak 2 m menyamping kanan sebesar 300 dari arah datangnya sinar Fill-In yang terpasang dekat dengan kamera dengan arah 450 dari garis lurus ditarik antara objek dengan kamera. Sinar diterima model sebagian besar mengenai bagian kanan model, sehingga bagian kiri ditampilkan gelap.











  1. Penataan lampu untuk penetralan bayangan














Lampu utama dipasang dekat dengan kamera berjarak mati 4 m dari model. Lampu kilat lain sebagai Fill-In dipasang saling menyamping dengan posisi 450 masing-masing garis yang ditarik dari objek kamera. Kedua lampu kilat sebagai Fill-In tersebut, bertugas meniadakan efek bayangan yang ditimbulkan oleh lampu utama.























Penerangan dasar pada pembuatan potret-sudut 45 derajat yang rangkap

3. Penyinaran Rembrandt
            Cara penerangan ini, seperti yang terkandung pada namanya, mula-mula diterapkan oleh Rembrandt, seorang pelukis, dengan hasil yang baik dan langgeng karena menciptakan pengaruh dramatis, bahkan kesan yang anggun. Penerangan utamanya diletakan di belakang model, model berpaling ke samping menunjukan profilnya kira-kira 1300 dari kamera pada ketinggian 450.
            Untuk menciptakan efek penerangan ini, biasanya paling baik ialah menyuruh model mengambil sikap kepala yang umum dan kemudian menata. Setelah ditata pada sikap yang kira-kira benar, model dipersilahkan pindah pada tempat yang tepat untuk diambil gambarnya.




 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5. FOCUSING



A. Memfokus

            Focusing atau memfokus adalah membuat tajam suatu objek yang akan kita potret dengan cara mengatur focusing ring (gelang focus) yang ada pada lensa kamera.  Untuk memperoleh gambar atau foto yang tajam dan jelas diperlukan ketepatan pada pengaturan fokus. Artinya, jika pengaturan fokus tidak tepat maka foto yang dihasilkan tidak akan tajam atau buram.













Skema fokus tidaknya gambar hasil pemotretan

Fokus yang tepat dapat diperoleh dengan cara memutar gelang fokus pada lensa sehingga gambar yang terlihat melalui jendela pengamat menjadi tajam. Pada beberapa kamera, fokus tidaknya obyek foto akan tampak pada patah atau tidaknya obyek yang terlihat di tengah-tengah lingkaran pada layar. Jika obyek masih tampak patah berarti obyek yang akan dibidik belum fokus.

















Patahan lingkaran menunjukan fokus-tidaknya pembidikan

            Beberapa macam pemfokusan dalam satu produsen  bisa dikatakan satu produk puluhan jumlah jendela bidik fokus. Jadi tergantung pemotret memakai kamera yang mana dan jenis apa yang digunakan. Biasanya bila kita membeli produk kamera, dibuku petunjuk ada jenis pemfokusan yang ada.
Berikut ini beberapa gambar jendela fokus yang dikeluarkan oleh pabrik kamera merek Nikon:































Sumber: Brosur Nikon Photographic Accessories

Ada tiga cara untuk menentukan ketajaman atau fokus-tidaknya suatu gambar/obyek, tergantung pada merk kamera yang kita pergunakan, yaitu:
1.      Split Image, yaitu suatu lingkaran kecil, dimana dibagian tengahnya terdapat sebuah garis (biasanya agak miring). Objek dikatakan tajam apabila bayangan objek di atas garis tersebut menyatu dengan bayangan di bawah.
2.      Double Image. Suatu objek yang belum focus akan tampak dobel, namun apabila obyek sudah focus (tajam) akan tampak jelas dan tidak dobel lagi.
3.      Melalui Microprisma, yaitu suatu lingkaran kecil di tengah. Sebuah objek akan tajam apabila sudah tampak terang dan jelas di kaca microprisma.
  
Dalam teknik fotografi terdapat terdapat 4 kategori ketajaman yang dapat kita pilih, diantaranya yaitu :
1.            Ketajaman Optis (Optical Sharpness), yaitu suatu ketajaman gambar yang bisa dicapai berkat kualitas lensa. Lensa – lensa yang dibuat dari kaca optis (optical glass) bermutu  tinggi, akan menghasilkan ketajaman gambar yang senantiasa baik dan tajam, bilamana objek yang kita jadikan sasaran tepat terukur  jaraknya, sekalipun kita membuka diafragma dengan penuh.
2.            Ketajaman Teknis (Technical Sharpness), yaitu suatu ketajaman gambar yang diciptakan dengan mengecilkan bukaan diafragma. Menurut teori dasar tentang sifat lensa, semakin kecil bukaan diafragma, ruang tajamnya semakin besar. Ruang tajam yang besar atau luas berarti juga ketajaman gambar semakin baik. Dengan demikian sebagian dari sasaran pemotretan, yang tidak tajam atau kurang tajam saat kita lihat melalui jendela pengamat kamera Refleks Lensa Tunggal (Single Lens Refflect/SLR), dikarenakan jaraknya lebih dekat atau lebih jauh daripada jarak yang terukur, dapat dijadikan tajam dengan pengecilan diafragma.
3.             Ketajaman Selektif (Selective Focus), yaitu merupakan suatu cara untuk menonjolkan suatu objek pilihan tertentu agar tampak mencuat/menonjol dari lingkungan yang ramai, atau supaya lebih mudah menarik perhatian. Kiat untuk menghasilkan ketajaman selektif ini dengan cara termudah adalah dengan memilih bukaan diafragma besar atau penuh. Hal tersebut akan lebih dipermudah lagi apabila kita menggunakan lensa berjarak focus panjang (lensa tele).
4.            Ketajaman Semu (Soft Focus), yaitu tajam tapi kurang tajam (lunak). Foto dengan efek fokus lunak ini sebenarnya tajam, karena jarak pemotretan sudah terukur dengan benar. Ketidak tajaman tersebut adalah merupakan efek kabut, semacam penyamaran yang diciptakan oleh lensa atau filter untuk tujuan tersebut. Maka yang sebenarnya terjadi adalah pelunakan gambar (soft affect image). Hal tersebut selain dapat dibuat pada saat pemotretan, juga dapat dibuat pada waktu pencetakan. Efek pelunakan gambar tersebut tidak sama dengan ketidak tajaman yang disebabkan sasaran yang tidak terukur dengan benar atau karena goyang (camera shake). Oleh karena itulah disebut ‘ketajaman semu’. Foto – foto dengan ‘soft focus’ mulai naik daun ketika telah diperkenalkan oleh studio – studio potret yang menggunakan filter  soft untuk obyek yang berjerawat agar kelihatan tersamar.

Ada tiga macam pemfokusan terhadap obyek yang biasa kita lakukan dalam kegiatan memotret, diantaranya adalah :
1.      Memfokus Objek Diam, dengan cara mengatur gelang fokus sedemikian rupa sampai didapat gambar yang benar – benar fokus dan tajam. Cara pemfokusan ini tidak terlalu sulit dikarenakan obyek yang akan kita potret dalam keadaan diam, sehingga kita dapat dengan leluasa mengatur pemfokusan. 
2.      Memfokus Objek Bergerak tanpa latar belakang, misalnya kita ingin memotret burung yang terbang melintas tidak terlalu jauh dengan posisi kita berdiri, dengan menggunakan bantuan skala jarak kita bisa memperkirakan jarak burung tersebut dengan kita. Pasang jarak perkiraan tersebut secara otomotatis pada jarak yang kita tentukan tersebut maka objek akan menjadi fokus.
3.      Memfokus Objek yang belum ada (Trapping shot). Hal ini akan terjadi bila kita akan memotret balapan sepeda motor. Selagi kita menunggu munculnya sepeda motor tersebut, yang harus kita lakukan adalah memfokus suatu benda yang terdapat pada jalur yang akan dilalui sepeda motor tersebut. Benda tersebut bisa berupa rumput, tonggak kayu dan sebagainya. Pada saat sepeda motor tersebut melintas pada tempat yang telah kita fokus, kita tinggal melepas tombol rana, maka gambar pembalap sepeda motor akan baik dan fokus.

B.  Ruang Tajam  (Depth of Field)
            Ruang Tajam  adalah ruang atau bidang dalam sebuah foto yang tampak tajam. Panjang ruang ketajaman ditentukan oleh berbagai faktor, sedangkan lebar dan tingginya dibatasi oleh format film, seperti yang tampak di lubang kamera. Faktor – faktor penting yang mempengaruhi panjang ruang ketajaman adalah :
1.      Panjang pendeknya titik fokus suatu lensa. Prinsip yang harus diperhatikan adalah semakin pendek titik fokus maka ruang ketajaman semakin panjang atau luas, contohnya fokus pada lensa wide angle dan semakin panjang titik fokus suatu lensa maka ruang ketajaman semakin pendek atau sempit, contohnya pada penggunaan lensa tele.
2.      Besar kecilnya bukaan diafragma yang digunakan. Prinsip yang harus diperhatikan yaitu semakin kecil bukaan diafragma maka semakin luas ruang ketajamannya dan semakin besar bukaan diafragma maka semakin sempit ruang ketajamannya.
3.      Jarak pemotretan yang kita lakukan terhadap obyek. Prinsip yang harus diperhatikan adalah semakin jauh jarak pemotretan maka semakin luas ruang ketajamannya. Lensa yang difokuskan ke tempat yang tidak terhingga, mempunyai ruang ketajaman yang tidak terhingga pula. Namun pada pemotretan yang sangat dekat, misalnya pada pemotretan mikro, ruang ketajamannya hanya beberapa milimeter. 

C. Teknik Pemotretan
1.      Taken Light, adalah pemotretan yang menempatkan objek membelakangi sinar (sinar matahari/alami dan buatan), sedangkan posisi seorang pemotret melawan arah datangnya sinar. Efek yang dihasilkan  dari teknik adalah gambar objek akan menjadi hitam dengan latar belakang yang terang sekali. Gambar yang dihasilkan dari teknik ini biasa disebut dengan istilah silhouette.
2.      Close-up, merupakan teknik pemotretan jarak dekat untuk mendapatkan gambar objek setengah badan ke atas. Pemotretan ini biasanya bertujuan menonjolkan wajah, sehingga detail dan tekstur wajah akan tampak jelas.
3.      Medium-shot, merupakan teknik pemotretan dilakukan dengan jarak sedang. Tujuan pemotretan dengan teknik ini biasanya untuk mendapatkan gambar seluruh tubuh.
4.      Long-shot, merupakan teknik pemotretan jarak jauh, contohnya pada pemotretan pemandangan panorama alam.
5.      Panning, merupakan teknik pemotretan yang dilakukan pada objek yang bergerak dengan cara menggerakkan kamera mengikuti geraknya objek tersebut. Apabila moment objek tersebut pas atau sesuai dengan apa yang akan diambil, maka kita tinggal menjepretkan rana.













6. KOMPOSISI dan ANGLE


A. Komposisi
            Komposisi merupakan susunan grafis, nada, kontras, tekstur yang diatur dalam suatu format. Komposisi disebut juga sebagai bahasa bidang. Komposisi dalam dunia fotografi dimaksudkan sebagai cara meletakkan obyek pada bidang gambar, sehingga diperoleh gambar yang enak dipandang, atau dengan kata lain bagaimana gambar membagi sebuah bidang. Komposisi merupakan pelengkap dari beberapa unsur seperti ide yang dapat memberikan sentuhan akhir pada gambar dengan tujuan menambah presentasi yang artistik. Selain itu juga komposisi mempunyai peranan memberi bentuk yang paling efektif untuk menyampaikan pesan.
Kebanyakan pemotret hanya mengetahui satu jenis komposisi saja. Segala sesuatu yang menjadi fokus utama selalu ditaruh di tengah bidang dan apa yang dicari haruslah tampak lengkap atau utuh, tidak boleh ada suatu potongan. Hal seperti itu bisa kita katakan sebagai ‘cara pas foto’, sehingga apa yang kita lihat jika kita selalu berpatokan pada hal tersebut hanyalah akan menghasilkan sebuah pas foto bunga, pas foto gunung, pas foto rumah atau gambar yang lainnya, yang tidak memiliki daya tarik. Untuk menimbulkan daya tarik tersendiri bagi suatu foto, maka diperlukan suatu komposisi yang baik.

1) Petunjuk Mendapat Komposisi
Untuk dapat memperoleh gambar dengan komposisi yang baik tidak terdapat suatu aturan khusus atau baku, akan tetapi yang ada hanyalah petunjuk – petunjuk yang bila dituruti umumnya dapat memberi hasil yang lebih memuaskan. Tetapi walaupun demikian semuanya tergantung daripada rasa seni dari pemotret itu sendiri. Berikut ini adalah beberapa petunjuk untuk mendapatkan gambar dengan  komposisi yang baik :
1.      Menggunakan Pusat Perhatian. Setiap gambar hendaknya mempunyai sebuah pusat perhatian yang akan segera dapat menarik perhatian bagi pemandangnya. Pusat perhatian ini harus ditonjolkan, sedangkan obyek – obyek lain hendaknya dikesampingkan. Aturan umum yang harus dipenuhi dalam meletakkan pusat perhatian adalah jangan sekali – kali meletakkan pusat perhatian tersebut di tengah – tengah bidang gambar. Dalam hal ini terdapat aturan yang dinamakan ‘rule of third’. Menurut aturan ini suatu bidang gambar dibagi menjadi tiga bagian, baik secara vertikal maupun horizontal, dengan menggunakan empat garis imaginer yaitu a,b,c,dan d. Pusat perhatian hendaknya diletakkan pada garis imaginer tersebut atau pada titik perpotongannya. Pusat perhatian hendaknya menghadap ke pusat gambar atau dalam gerakan menuju ke pusat gambar dan jangan sebaliknya. Dalam hal gambar pemandangan alam, hendaknya garis horizon tidak diletakkan di tengah – tengah gambar, tetapi di atas atau di bawah garis tengah tersebut. Jika kita ingin menonjolkan keindahan langit dengan awan – awan atau gunung, maka horizon dapat diletakkan di bawah dari garis tengah gambar, yaitu sampai sepertiga bagian dari bawah. Jadi dalam hal ini maka langit  akan menempati kurang lebih dua pertiga dari ruangan gambar. Sebaliknya jika kita tidak ingin menonjolkan langit sebagai pusat perhatian, maka hendaknya horizon diletakkan di atas garis tengah gambar. Selain cara ‘rule of three’, ada juga cara lainnya untuk meletakkan pusat perhatian dengan menempatkan pada apa yang disebut ‘titik kuat’. Titik kuat tersebut dapat ditentukan oleh   ‘empat persegi panjang agung’, ‘dua buah segi tiga’, ‘diagonal empat persegi panjang’ dan dengan cara ‘garis pengarah’.



















































GAMBAR BAGIAN KOMPOSISI (PWR.POINT)




















2.      Kesederhanaan (Simplicity). Salah satu rahasia dari foto – foto yang baik adalah kesederhanaan dalam komposisi yaitu hanya ada satu pusat perhatian yang ditonjolkan, sebagaimana seperti yang dijelaskan pada point 1 di atas. Dengan komposisi yang sederhana tersebut maka pemandang akan cepat menangkap makna dari sebuah foto. Sebaliknya bila gambar tersebut terlalu ramai komposisinya, maka pemandang akan mendapat kesulitan dalam hal mengartikan bagian mana yang perlu mendapat perhatian. Jadi hendaknya dalam satu gambar hanya ada satu pusat perhatian yang ‘bercerita’.
3.      Kesinambungan. Suatu cara penyusunan komposisi dengan menggunakan ‘garis pengarah’, dimana obyek ditempatkan dari pojok kiri secara diagonal. Hal ini dilakukan karena biasanya mata manusia melihat dari kiri ke kanan, contohnya apabila kita hendak memotret sungai, jalan raya atau pohon yang berjajar.
4.      Memotret Selektif. Prinsipnya sama dengan kesederhanaan, yaitu kita harus memilih atau menentukan obyek dan mengambil yang pentingnya saja.
5.      Get Close, yaitu mendekati suatu obyek utama yang akan kita buat kesannya atau akan kita tonjolkan.
6.      Memanfaatkan Garis – garis Gambar. Beberapa gambar ada yang didominasi oleh garis – garis vertikal ataupun garis – garis horizontal. Gambar – gambar yang didominasi oleh garis vertikal akan memberi kesan suatu kekuatan atau keagungan. Gambar – gambar gedung tinggi adalah salah satu contoh gambar yang didominasi oleh garis – garis vertikal. Sebaliknya gambar – gambar yang didominasi oleh garis horizontal akan memberi kesan suatu ketenangan atau perdamaian, contohnya yaitu gambar pemandangan.
7.      Pembingkaian Gambar (Framing). Untuk memberikan suatu kesan kedalaman atau kesan ruang. Maka sering gambar diberi suatu bingkai alam. Adapun sebagai bingkai alam sering digunakan pohon yang teletak di pinggir bidang gambar, ataupun dahan beserta daun – daunnya yang terletak di pojok atas gambar. Bingkai yang demikian sering pula berfungsi mengisi langit yang kosong, sehingga dapat memberi kesan yang lebih baik. Bingkai tersebut dapat mengelilingi seluruh obyek ataupun hanya sebagian saja. Dalam hal ini bingkai umumnya dibuat sebagai latar muka (fore ground) yang berada dalam keadaan fokus ataupun tidak fokus sesuai dengan keinginan atau kebutuhan pemotret dalam membuat fotonya.
8.      Saat Pengambilan Gambar. Gambar – gambar pemandangan yang diambil pada pagi – pagi hari ataupun sore hari, dimana terdapat bayangan – bayangan yang panjang, akan lebih enak dipandang dibandingkan dengan gambar yang diambil dalam keadaan matahari tepat di atas kepala. Disamping itu pada setiap obyek yang akan dipotret sebenarnya ada saat atau moment – moment yang terpenting yang dinamakan ‘peak of the moment’ atau ‘decisive moment’, dimana pada saat inilah obyek perlu direkam gambarnya. Pada keadaan ini maka gambar yang diperoleh akan dapat melukiskan peristiwanya dengan jelas, gambar akan ‘berbicara’ lebih banyak dan kadang – kadang akan memperlihatkan ekspresi tertentu.
9.      Latar Belakang. Latar belakang yang terlalu ramai hendaknya sedapat mungkin dihindarkan karena hal ini akan dapat mengurangi perhatian dari pusat perhatian. Dengan mengatur sudut pengambilan gambar maka dapat diperoleh latar belakang yang tidak terlalu ramai. Cara lain untuk menghilangkan latar belakang yang terlalu ramai adalah dengan jalan menempatkan latar belakang tersebut di luar medan tajam dari lensa yang bersangkutan, sehingga latar belakang tersebut tampak kabur. Untuk maksud ini dapat digunakan beberapa jalan antara lain menggunakan lensa tele yang memiliki medan tajam sempit, mendekatkan obyek pada kamera atau menggunakan bukaan diafragma yang besar.
10.   Menempatkan Indikator Ukuran. Beberapa foto pemandangan memerlukan indkator ukuran untuk mengetahui atau memahami ukuran yang sebenarnya dari obyek alam tersebut. Tanpa adanya indikator ukuran tersebut maka para pemandang akan sulit sekali untuk menerka berapa ukuran sebenarnya dari obyek pemandang tersebut. Untuk pemandangan alam biasanya menggunakan orang, hewan atau kendaraan sebagai indikator ukuran yang memandang atau menuju ke arah pusat perhatian.
11.  Aktifitas Normal. Obyek hendaknya baru diambil gambarnya dalam keadaan aktif normal, artinya tidak mengerjakan sesuatu yang dibuat – buat. Dengan jalan ini maka akan diperoleh gambar dengan kesan yang lebih hidup, kalau obyeknya berupa orang maka gambarnya akan tampaklebih hidup jika obyek tersebut sedang mengerjakan sesuatu.
12.  Nada yang Mendukung. Di dalam gambar yang serba gelap (low key) suatu tempat putih akan menarik perhatian dan menjadi titik penarik. Sebaliknya suatu gambar yang serba putih (high key) tempat yang hitam akan menjadi pusat perhatian, dimana saja letaknya dalam ruang.

2) Unsur Desain Komposisi
      Dalam menyusun suatu komposisi terdapat beberapa unsur yang dapat ‘mendramatisasikan’ penampilan suatu gambar, diantaranya adalah :
1.      Tekstur, yaitu suatu keadaan permukaan suatu benda. Tekstur erat hubungannya dengan pengalaman akan ‘rasa’, untuk perumpamaan misalnya perbedaan rasa yang diperoleh seseorang, ketika terjatuh di atas hamparan rumput tebal dan ketika jatuh di atas jalan yang berbatu – batu. Perbedaan rasa sakit yang timbul akan membentuk persepsi orang tersebut. Gambar dengan tekstur yang kasar, seperti jalan berbatu – batu tadi, akan merangsang ingatannya untuk lebih waspada, dibanding saat melihat foto hamparan rumput hijau. Contoh lain, foto close-up seorang gadis cantik dengan kulit wajah yang mulus akan lebih memberikan kegembiraan, dibandingkan dengan foto close-up seorang pengemis dengan kulit wajah yang berkerut – kerut. Jika kita dihadapkan pada keduanya, dan boleh memilih salah satu untuk dikecup, kecuali ada pertimbangan lain, kita yakin, akan lebih banyak orang yang memilih untuk mencium pipi mulus si gadis cantik tersebut. Perumpamaan tersebut menjelaskan bahwa tekstur yang halus menimbulkan kesan yang lebih enak, menyenangkan dan lancar,selain berkesan mantap. Sedangkan tekstur yang kasar memberi kesan bermasalah dan rapuh.
2.       Pola dan Pengulangan (pattern and repetition) yaitu dua hal yang saling berkaitan, karena pola merupakan hasil dari pengulangan. Sebagai contoh foto pekerja tua yang sedang menjemur tampah- tampah, merupakan contoh tepat untuk menerangkan unsur desain yang satu ini. Pengulangan dari sejumlah tampah yang berjajar rapi memperlihatkan pola lingkaran atau elips yang tersusun satu di sebelah lainnya. Bayangkan kalau foto tersebut hanya hanya berisi pekerja tua yang menjemur sebuah tampah saja, tentu akan lebih menarik dibandingkan foto dengan lebih banyak tampah. Hal tersebut dikarenakan jika hanya dengan satu tampah tidak menjelaskan suatu cerita secara tuntas. Banyak kemungkinan yang timbul dari seorang pekerja pria tua dengan keadaan seperti itu, apakah ia baru pulang dari pasar atau baru saja membuang sampah dan seterusnya. Sebaliknya foto yang berisi pekerja tua dengan kumpulan tampah tersebut, dapat memberikan informasi secara tuntas kepada penikmatnya, yaitu pria tua tersebut sebagai produsen tampah yang menjemur dahulu barang dagangannya sebelum dipasarkan. Terlihat pula disana, selain produksinya banyak, buatannya pun rapi. Kalau foto tersebut kita kembalikan dalam kerangka komposisinya, maka kita dapat menangkap kesan garis diagonal (imajiner) yang dinamis. Dinamika inilah yang menambah nilai foto tersebut sehingga timbul perasaan kagum, bahwa pria tua itu sangat produktif, selain dengan cara tradisional, ia juga masih melestarikan nilai – nilai yang ada di masyarakat.
3.      Irama dan Nada (Kontras). Irama merupakan unsur keras – lembutnya suatu komposisi yang terbentuk, sedangkan nada atau kontras adalah suatu keadaan gelap dan terangnya sebuah komposisi yang tersusun. Unsur irama dan nada berperan secara berdampingan. Pembanding yang paling jelas untuk unsur – unsur tadi adalah irama dalam seni musik. Sebuah lagu yang mengalun dengan anggun memberi rasa tentram dan sejahtera. Sebaliknya, musik yang menghentak – hentak memberi rasa tegang, gembira dan bersemangat. Ada kalanya musik diaransir atau dikomposisikan dengan nada – nada sendu, sehingga terasa sedih dan suram. Demikian juga pada sebuah foto pemandangan yang asri, dengan langit cerah, pohon – pohon yang berjajar rapi dan sekali – kali diselingi semak belukar. Foto ini memberi perasaan damai sejahtera. Sebaliknya, foto yang suram dengan kontras rendah memberikan kesan sendu dan sedih. Lain halnya dengan irama yang kacau balau dari bangunan – bangunan yang tidak teratur. Irama seperti ini memberikan kesan hingar bingar. Kesimpulannya, suatu irama atau ritme yang diciptakan oleh objek foto, lalu ditempatkan ke dalam sebuah komposisi, akan menghasilkan mood atau suasana tertentu bagi yang melihatnya.
4.      Memanfaatkan Warna. Ada banyak cara untuk menata warna agar tercipta suatu dampak visual yang menawan, dari yang menyentak, dimana warna yang berspektrum berlawanan diletakkan berdekatan, misalnya merah dengan hijau. Atau memanfaatkan warna – warna senada, hijau dengan hijau, atau warna – warna pastel untuk menciptakan komposisi yang mampu menggugah suasana ‘mood’ yang tenang, sejuk ataupun romantis. Warna yang mempunyai kontras tinggi, hitam dengan orange pada foto silhouette di pagi hari, juga sebuah foto yang sangat menarik. Sangat penting untuk diingat dalam menciptakan komposisi dengan elemen warna adalah menghindari kesan ragu – ragu. Bila memakai kontras dalam warna, manfaatkanlah untuk mencapai dampak maksimum, umpamanya menaruh bunga merah dengan latar belakang langit biru legam, atau kuning di atas hijau dan masih banyak yang lainnya.     

3) Dinamika Komposisi
      Hal – hal yang menyangkut gerak, perasaan gerak (sense of motion) atau arah – arah gerak kita sebut dengan ‘dinamics of composition’(dinamika komposisi). Dasar – dasar dari dinamika komposisi tersebut seperti sesuatu yang stabil tegak lurus, stabil simetris akan lekas menjemukan karena tidak menarik perhatian dan tidak menggerakkan perasaan. untuk itu dalam suatu gambar harus ada sesuatu yang menarik perhatian, menimbulkan pertanyaan dan merangsang kita untuk berpikir, jika kita memandang foto tersebut.

4) Bentuk Dasar Komposisi
      Suatu susunan gambar yang mengelompok di tengah sering dibentuk dalam komposisi segi tiga, atau piramida. Piramida memberi kesan ketebalan, kedalaman dan efek tiga dimensi, disamping juga timbulnya distorsi perspektif dengan mengecilnya benda (dalam pandangan mata) yang lebih jauh letaknya dari kamera.
      Untuk mendapatkan keseimbangan yang mutlak, tentunya tidak sulit. Kalau kita harus menempatkan sebuah telur atau bola dalam format mana saja, maka paling mudah adalah kita menempatkan persis di tengah – tengah format itu. Tetapi penempatan yang sentris itu, akan menimbulkan kesan yang simetris, kaku dan kosong. Oleh karena itu lebih baik kita hindarkan simetri atau yang membagi bidang itu dalam kotak – kotak yang matematis, sama. Kita atur asimetris, eksentrik, pokoknya yang mengandung variasi, sebab lebih mengasyikkan, mengandung unsur surprise, tidak dapat ditebak lebih dulu.     

5) Peranan Jumlah Obyek Terhadap Komposisi
      Konsentrasi terbesar dalam pandangan adalah satu subyek, misalnya potret seorang manusia atau binatang. Dua subyek sudah mulai mencecerkan perhatian. Ini masih dapat diterima kalau salah satu dari subyeknya dominan, artinya lebih penting dari yang lainnya. Jika terdapat tiga orang, maka ada satu yang menjadi pusat perhatian, dan yang lainnya sebagai pendukung. Lebih dari tiga orang menjadi sukar untuk membentuk satu komposisi yang memusat.

6)  Macam – macam Komposisi
1.      Komposisi Grafik, adalah suatu gambar dimana unsur – unsur garis dapat membentuk kotak – kotak, bulatan, segi tiga dan lain – lain.
2.      Komposisi Tradisional, adalah komposisi yang menggunakan format tinggi , dimana panjang atau tingginya lebih besar dari tiga kali lebarnya. Dalam komposisi horizontal dimana panjang lebih besar dari tiga kali lebarnya atau tingginya. Pengisian dari ruang ini mengandung ciri-ciri khas, dimana dikembangkan dari abad ke abad hingga merupakan watak yang klasik. Sifat – sifatnya adalah kesederhanaan dalam pola gambar, ekonomis dalam detail dengan menghilangkan atau mengaburkan bagian – bagian yang tidak esensial dalam pola gambar dan peranan garis yang menonjol.
3.      Komposisi Bali, adalah komposisi yang tidak memuat horizon sebagai perbatasan antara bumi dan langit, seakan – akan dipandang dari posisi – posisi  tinggi, hingga pemandangan luas ke belakang. Disamping itu detail diutarakan secara dekoratif, artinya ditarik garis – garis yang teratur dan warna – warna diisi secara polos dalam tiap – tiap bidang.
4.      Surrealisme dalam Komposisi. Surrealisme adalah penyajian benda – benda yang hubungan satu sama lainnya tidak wajar. Tujuan dari pada penyajian secara surrealisme tidak lain untuk menarik perhatian dan menggugah khalayan terhadap sesuatu. Oleh karena itu gaya surrealisme paling sering digunakan untuk foto – foto iklan, maka umumnya penempatan barang – barang dagangannya dilakukan dalam lingkungan yang tidak wajar. Ketidakwajaran dalam hubungan satu benda dengan lainnya tidak berarti bahwa nilai – nilai estetika dikesampingkan. Garis, warna, pembagian bidang, irama dan gerak merupakan unsur – unsur dari komposisi yang tetap berlaku.
5.      Komposisi Modern. Merupakan suatu komposisi yang mencapai variasi dan modifikasi dari ide yang sama dan kelamaan  variasi – variasi itu mengulang diri. Jika hal ini terjadi maka yang disebut modern menjadi konvesionil lagi dan timbul istilah baru. Kadang – kadang disebut kontemporer dan bergerak terus menurut perkembangan pikiran dan daya ekspresi manusia. Sifat atau ciri dari foto yang mengandung komposisi ini adalah simple dalam desain, sedikit detail dan adanya nada.    

B. ANGLE
      Angle adalah posisi darimana kita membidikkan kamera ke arah obyek dan mengintip melalui jendela pengamat (view finder). Ada beberapa macam Angle, diantaranya adalah :
1.      Pandangan Sebatas Mata (Eye Level Viewing), yaitu posisi kita memotret berdiri dan pemotretan tersebut sebatas mata.
2.      Pandangan Burung (Bird Eye Viewing/High Angle), yaitu bidikan dilakukan dari atas, dimana kamera diarahkan kepada obyek yang berada di bawah.
3.      Low Angle camera, yaitu pemotretan dari bawah, misalnya ketika kita memotret tugu atau bangunan yang tinggi.
4.      Frog Eye Viewing, yaitu sudut pandangan yang dilakukan sebatas mata katak, dalam pemotretan ini kamera ditempatkan hampir sejajar dengan tanah dan diarahkan mendatar. Jika kita akan melakukan hal ini, otomatis kita harus tiarap.
5.      High Handled Position, yaitu pemotretan dengan mengangkat kamera di atas kepala, langsung menekan tombol pelepas rana tanpa mengamati melalui view finder. Hal ini biasanya sering dilakukan oleh para wartawan foto jika hendak memotret seorang tokoh, dimana tokoh tersebut dikerumuni oleh sesama rekan seprofesinya. Kondisi seperti itu membuat seorang wartawan foto sulit untuk membidik obyek, karena terhalang oleh orang – orang yang mengerumuninya. 














7. FOTOGRAFI HITAM PUTIH


           
Foto Black and White (B/W) atau lebih dikenal lagi dengan foto hitam putih memilki nilai tersendiri dibanding foto berwarna. Foto hitam putih menurut kalangan seniman, memilki nilai seni yang tinggi dan tidak termakan waktu. Proses foto hitam putih masih dilakukan secara manual.

Perbedaan dan Persamaan Foto Black and White dengan Foto Color


Foto Black and White
Foto Color
Pemilihan Back Ground
Cenderung memilih warna yang mono color, walaupun ada multi color tapi porsinya sedikit
Cenderung memilih warna multi color
Tidak pengambilan model/objek
Pada umumnya teknik pengambilan gambar kebanyakan close-up
Teknik pengambilan bebas
Komposisi
Keserasian motif, corak dan garis-garis tidak perlu diperhatikan
Harus diperhatikan
Sama-sama menggunakan mediator film (untuk digital, B/W & color bisa menggunakan multi media card) untuk merekam model memerlukan teknik yang sama mengenai pencahayaan, pengambilan gambar atau peralatan di dalam studio.

 

B. Karakteristik Film Black & White

Bahan pembentuk film Black & White (B/W) adalah dari bahan seluloid dan bahan pelapis, yakni emulsi film yang terdiri dari materi perak halide yang mampu mengikat cahaya dalam bentuk gambar. Emulsi film B/W hanya mampu menyiratkan objek dalam bentuk dua warna saja (dwi warna), yakni hitam dan putih.
Ukuran film yang disajikan dipasaran bervariasi sekali, yakni diantaranya jenis 110, 135, 120 dan 160. Film yang banyak beredar dipasaran, ukuran 135 dan 120. keuntungan film jenis ini, dapat dibuat pembesaran gambar sampai ukuran maximal untuk yang berukuran besar dan minimal untuk ukuran terkecil, tanpa timbul efek buruk.

C.    Teknik Laboratorium Black & White

Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk kelengkapan kamar gelap diantaranya:

Peralatan pokok:
a. Meja
            Bentuk dan ukuran dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi tempat pemisahan alat-alat yang kering dan basah, sehingga menjadi terpelihara keamanan kualitas dari proses pencucian dan pencetakannya. Hal ini bisa dilakukan dengan membuat meja panjang yang dibagi menjadi dua bagian, yakni bagian kering dan basah.
b. Alat cetak B&W (Enlarger)
            Enlarger digunakan untuk mencetak foto dengan cara memberikan cahaya di atas kertas negatif foto. Beberapa merek Enlarger yang beredar di pasaran.
-          Fuji Moto Enlarger                                                -   Beta II
-          Zenit 35 mm                                                          -   Universal Alpha II
-          Axomat II                                                 -   Oppemus III
-          Krokus Enlarger dan dan Krokus 44                    -   Durst F-30



















c. Bak kecil untuk bahan kimia (chemical) dan air
            Penempatan bak bahan kimia untuk larutan pengembang (developer) dengan bak bahan kimia untuk larutan penyetop (fixer) harus diperhatikan jaraknya, dengan tujuan agar tidak terjadi kontaminasi di antara keduanya.
d. Lampu
            Beberapa lampu yang harus ada adalah sebagai berikut:
1.      Lampu untuk alat cetak Enlarger
Kekuatan yang umum dipakai 150 watt. Dipasaran umumnya telah tersedia lampu khusus untuk Enlarger.
2.      Lampu Pengaman
Penggunaan lampu pengaman disesuaikan dengan kondisi ruangan. Dipasaran harga lampu pengaman yang asli relatif mahal maka kita bisa membuat sendiri dengan cara melapisi bola lampu dengan filter berwarna merah. Fungsi lampu pengaman, agar kertas photo yang dikeluarkan dari kotak kertas tidak terbakar serta memberi penerangan bantuan pada waktu kita bekerja.
e.       Pinset Penjepit
Digunakan untuk membolak-balik cetakan agar kertas yang telah mendapatkan penyinaran tersebut mendapat porsi yang rata terendam dalam chemical.
f.       Tabung/Roller tempat mencuci film
Digunakan sebagai tempat film yang akan kita proses menjadi sebuah negative.


gbr


 

 

 



D. Bahan kimia yang dibutuhkan pengembang


            Ada dua cara untuk menentukan pengembang mana yang sebaiknya dipergunakan, yang paling baik dan paling sederhana ialah membeli pengembang yang telah dibuat oleh pabrik film ternama untuk bahan film  mereka sendiri. Untuk film suatu pabrik ialah pengembang oleh pabriknya sendiri. Ada beberapa macam larutan pengembang buatan pabrik yang tidak menghasilkan film, untuk dipergunakan pada segala macam film.
            Beberapa macam pengembang di pasaran dalam bentuk bubuk, lengkap dengan petunjuk untuk melarutkannya. Lepas dari banyaknya keterangan mengenai data-data teknis, biasanya yang berminat pada petunjuk ini hanya dua hal yang tak rumit yang perlu dimengerti oleh seorang pemula.
1.      Dalam sebuah bungkus pada umumnya terdapat dua kantong bubuk. Bungkus yang kecil hendaknya dilarutkan dengan air hangat, jangan panas, selalu mulai dengan airnya dulu. Usahakan suhu yang tepat dan jumlah yang tepat. Larutkan bubuknya bertahap, aduklah dengan rata. Jangan sekali-kali menuangkan air pada bubuk. Air lebih dahulu, kemudian bubuknya.
      Jika seluruh bubuk bungkus yang kecil telah larut, bungkus yang besar kemudian dituangkan sambil terus mengaduknya. Setelah seluruh bubuk larut, tambahkan lebih banyak air untuk mencapai ukuran totalnya.
2.      Juga penting untuk diketahui berapa lama bermacam-macam corak film (lamban, sedang, dan film cepat) harus direndam dalam larutan pengembang itu. Misalnya sebuah film Ilford HP3 membutuhkan tujuh menit dan sebuah Ilford Pan F membutuhkan 4 menit pada larutan pengembang yang sama dengan panasnya 200 C. Daftar angka-angka pada petunjuknya akan memperlihatkan yang tepat yang dibutuhkan.

Obat fotografi yang digunakan untuk foto hitam putih adalah sebagai berikut:
1.      Obat Kertas
Developer: contoh “Super Broom” dan “Super D” kemasan dan dalam pack. Kandungan bahan kimia dalam obat antara lain-NASo4, dan natrium karbonat.
2.      Penyetabil/Penyetop/Fixer
      Contoh yang banyak beredar di pasaran adalah “acifix”
3.      Obat Film (Chemical Film)
-          Developer, contoh “Mikro”
Mikro adalah obat khusus untuk menimbulkan gambar pada film. Jadi tidak bisa digunakan untuk kertas.
-          Penyetop atau penyetabil
Yang banyak beredar di pasaran adalah “hifo” bahan ini berbentuk kristal berwarna bening mirip seperti pecahan kaca.

E.     Memproses Film Hitam Putih

Obat yang diperlukan:
-          Micro Developer Film, sebagai obat penimbul.
-          Hifo, sebagai obat penyetop dan penyetabil, agar fisik film hasil cucian tahan lama dan tahan gores terutama pada bagian emulsi.






Gbr






1.      Mengisi film pada spritual dalam gelap atau kantong hitam. Film dipasang melingkar pada rool-tabung.
2.      Dengan penutup yang dipasang rapat dapat dibawa ke tempat terang.
3.      Ukur jumlah obat film yang dibutuhkan-ukur suhu panasnya. Micro developer satu kemasan berisi 32 gr dengan satu liter air hangat yang bersih, yakni air yang tidak tercampur dengan materi-materi lain seperti tanah, pasir atau bahan kotoran lain dengan tujuan agar obat bisa larut dengan sempurna.
4.      Tuangkan obat dan mulailah mengukur waktu. Pasang penutupnya. Waktu yang diperlukan dalam pencucian dengan menggunakan developer ini adalah ± 10 menit untuk hasil yang baik.
5.      Kocok dengan membalik-baliknya (dalam waktu 10 menit di atas)
6.      Keluarkan developer.
7.      Bilas.
8.      Ukur jumlah obat penyetabil (Hifo).
9.      Tuangkan obat penyetabil dan mulai menghitung waktunya. Tutup rapat-rapat (± 10 menit).
10.  Tuangkan obat penyetabil itu ke dalam botol.
11.  Bilas.
12.  Keringkan dengan lap, biarkan mengering.

E. Proses Cetak Kertas Negatif

            Obat yang diperlukan sedikit berbeda dengan obat untuk mencuci film (obat developer film). Obat yang diperlukan untuk menimbulkan gambar pada kertas foto yang telah disinari adalah sebagai berikut:
1.      Developer
Jenis yang banyak beredar di pasaran adalah super broom atau super D.
2.      Acifik sebagai obat penyetop gambar.
      Jenis yang dapat digunakan untuk menyetop dan menyetabilkan gambar adalah HIFO.
      Caranya larutkan 1 kemasan Super D dengan 1 liter air hangat yang bersih. Aduk sampai benar-benar rata. Setelah itu obat tersebut siap digunakan.

MENCETAK FILM
            Alat yang digunakan adalah alat cetak Enlarger. Cara mencetak adalah sebagai berikut:
1.      Pasang negatif film pada plat film dalam body alat cetak. Sesuaikanlah dengan blak yang digunakan. Film yang berukuran 135 pakailah blak yang berukuran sedang.
2.      Kuncilah plat yang telah berisi film tersebut agar kedudukannya stabil dan formatnya bagus. Karena goyangnya film tersebut mengakibatkan buruknya hasil cetakan.
3.      Nyalakan lampu, atur skala bukaan diafragma sesuai kebutuhan.
4.      Aturlah level pembesaran yang dikehendaki, dengan cara menggerakan ke atas dan ke bawah sampai di dapat gambar yang terfokus sistem level, dengan terlebih dahulu menekan kunci pembebas.
Dalam mencetak foto hitam putih, untuk memperoleh ketebalan gambar rata, baik untuk film yang over ataupun film under ada beberapa teknik yang bisa dilakukan, di antaranya: (1) perasaan, ini memerlukan latihan yang relatif lama. Karena hanya dengan membiasakan diri memperhatikan negatif, kita bisa menentukan seberapa lama film tersebut harus disinari. (2) Dengan hitungan, misalnya film-film yang normal. Bisa digunakan hitungan pada waktu penyinaran kertas. Misalnya 1, 2, 3, 4 lima berhenti, kemudian tutup lensa pengaman kertas.

MENCUCI KERTAS FOTO

            Bayangan gambar pada kertas foto baru bisa muncul apabila sudah dicuci. Artinya, gambar pada kertas foto yang telah disinari bisa terlihat melalui proses cuci cetak.
            Tahap pertama yang harus diperhatikan saat mencuci kertas adalah menyiapkan  larutan penghenti, larutan penetap dan air. Proses selengkapnya dapat dilihat pada uraian berikut ini.


1.                  Proses Penghentian
-          pindahkan kertas (kertas negatif) ke dalam larutan penghenti menggunakan penjempit.
-          Lakukan perendaman sekitar 30 detik (atau setelah muncul gambar)

2.                  Proses Penetapan
-          pindahkan kertas negatif dari larutan penghenti ke dalam larutan penetap menggunakan penjepit yang berbeda
-          goyang-goyangkan nampan secara teratur agar proses pengembangannya menjadi stabil. Dengan merendam kertas negatif pada larutan penetap maka unsur perak halida yang berada pada emulsi kertas negatif tidak lagi bereaksi. Lama perendaman dalam larutan penetap sekitar 2-3 menit. Jika kurang dari 2 menit, proses pengembangan akan tetap berjalan. Sebaliknya, jika terlalu lama (lebih 3 menit), proses pengembangan yang telah mantap menjadi rusak.

3.      Proses pembilasan
      Terakhir, pindahkan kertas negatif dari larutan penetap ke dalam air yang mengalir. Lama pembilasan antara 15-30 menit. Kalau kurang, larutan-larutan dalam proses pencucian akan tertinggal. Akibatnya, lama-kelamaan gambar akan pudar dan cenderung menguning. Air sebaiknya mengalir atau sering diganti agar bahan-bahan larutan benar-benar bersih (tidak tertinggal pada kertas negatif). Kalau pembilasan terlalu lama, kertas menjadi mudah sobek.

PENGERINGAN
            Sebelum dikeringkan, lap kertas negatif menggunakan spon busa secara perlahan. Lakukan diruang bebas debu, lalu keringkan. Teknik pengeringan terdiri dari beberapa cara, berikut ini.
-          letakan kertas negatif di atas kertas koran (bagian permukaan emulsi film berada di atas).
-          Keringkan kertas negatif menggunakan hair-dryer
-          Gantungkan kertas negatif pada seutas tali menggunakan jepitan.








Hal 167
Ket fotografi





Susunan dasar kamar gelap menggunakan ruang dapur

 

 



 

 

 


 



8. MEMBUAT KLJ


            Membuat kamera dari barang bekas? Emangnya bisa? Ya, kamera pertama kali ditemukan juga terbuat dari bahan yang sederhana. Seperti yang telah disebutkan pada tulisan sebelumnya yang dinamakan kamera obscura, kamera ini terbuat dari kayu.
            Walaupun kamera telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, tapi teknologi sebelumnya. Kemera yang akan kita ciptakan ini terbuat dari bahan yang sederhana yaitu kaleng susu ukuran 800 gram. Kamera yang akan diciptakan ini dinamakan dengan kamera Lubang Jarum (Pinhole Camera). Mengenai sejarah pembuatan kamera ini mungkin bisa dibaca pada Bab Pendahuluan.

A. Klub Kamera Lubang Jarum Dunia

            Meskipun di Indonesia belum dikenal luas, tetapi eksistensi  Kamera Lubang Jarum (KLJ) di mancanegara tidak pudar. Malah sebaliknya, di zaman “kamera digital” inipun, perkembangannya sangat menggembirakan. Bahkan, terdapat komonitas yang terus menggelutinya. Terbukti dengan maraknya situs-situs di Internet, antara lain pinhole club camera dan pinhole camera. Begitu pula dengan maraknya terbitan majalah yang khusus mengupas perihal KLJ. Salah satunya adalah “Jurnal Pinhole”. Tidak hanya itu, sampai detik inipun kompetisi di bidang pinhole photography tingkat dunia masih terus berlangsung.
            Bagaimana “nasib” kamera lubang jarum di Indonesia? Mungkin tidak ada salahnya jika didirikan  klub KLJI (Kamera Lubang Jarum Indonesia), atau nama lainnya di KPP.

 

 

B. Bagian-Bagian Kamera Lubang Jarum










·        Lensa KLJ
Lensa KLJ biasanya terbuat dari karton hitam yang ditempeli aluminium foil yang telah dilubangi dengan jarum. Dalam hal ini, disebut istilah lensa KLJ fungsinya sama dengan lensa kamera umumnya. Akan tetapi, lensa KLJ sama sekali bukan lensa dalam pengertian ilmu fisika maupun pada kamera berlensa. Lensa KLJ adalah tempat terdapatnya celah cahaya.

·        Celah Cahaya
      Celah cahaya dapat disetarakan dengan diafragma (aperture) pada kamera berlensa, yaitu celah tempat masuknya cahaya dari luar. Bedanya, pada kamera berlensa, besar kecilnya lubang diafragma dapat diatur baik secara manual maupun otomatis. Sebaliknya, celah cahaya pada KLJ hanya berupa lubang kecil (lubang tusuk jarum) yang tidak bisa diutak-atik lagi. Celah cahaya pada KLJ merupakan tempat masuknya cahaya dari luar ke dalam ruang film.
            Untuk membuat lubang celah cahaya pada KLJ dibutuhkan kecermatan dan kejelian, terutama dalam menentukan diameter celah cahaya KLJ karena besar kecilnya lubang celah cahaya sangat berpengaruh pada waktu pencahayaan (exposure). Untuk memperoleh ukuran celah cahaya secara tepat atau proporsional, terkadang dibutuhkan uji coba secara berulang-ulang. Perasaan si pembuat (pemotret) lebih berperan. Melalui cara itu, niscaya akan ditemukan waktu pencahayaan untuk masing-masing lensa atau kamera yang dibuat. Jika lubang celah cahaya yang dibuat terlalu kecil maka cahaya yang masuk akan sedikit sehingga waktu pencahayaan yang dibutuhkan cukup lama. Akibatnya, gambar yang dihasilkan pun menjadi kecil. Sebaliknya, jika lubang yang dibuat terlalu besar akan menyebabkan waktu pencahayaan semakin singkat. Pada kondisi ini akan dihasilkan gambar yang besar.
            Dengan kata lain, penetapan waktu pencahayaan konstan setiap lensa yang ideal, lebih bersifat empiris. Bukan bersifat matematis dan tanpa hitungan. Secara logika, lubang celah cahaya yang berbeda pula. Melalui serangkaian percobaan akan diperoleh pengalaman. Dari pengalaman tersebut, dapat dilakukan koreksi. Sevara umum, koreksi lebih ditujukan pada pengurangan atau penambahan lainnya pencahayaan.

·        Ruang Film
            Ruang film adalah bagian dalam kamera. Jika kamera tersebut dari kaleng susu, ruang filmnya adalah bagian kaleng susu itu sendiri. Jika kamera tersebut terbuat dari dus sepatu, ruang filmnya adalah bagian dalam dus sepatu tersebut. Fungsi film adalah tempat untuk menyimpan film. Biasanya, film tersebut ditempatkan di bagian yang paling jauh dari posisi celah cahaya.
            Jarak mempengaruhi pembakaran film. Jarak yang semakin dekat membutuhkan waktu pencahayaan yang lebih singkat dan seluruh imaji gambar akan tertampung oleh film. Sebaliknya, semakin jauh jarak antara film dengan celah cahaya akan membutuhkan waktu pencahayaan yang relatif lebih lama.

·        Jepretan
            Kegunaan jepretan adalah untuk menutup dan membuka celah cahaya dengan akurasi yang cepat dan tepat. Dalam istilah KLJ, jepretan yang dimaksud hanya sebagai istilah dan penutup celah cahaya yang terbuat dari karton hitam atau bahan apapun yang bisa memblokir cahaya. Penggunaanya cukup menggeser jepretan tersebut untuk masuknya cahaya.



GBR




C. MEMBUAT KAMERA LUBANG JARUM


            KLJ dapat dibuat dari kaleng susu atau kotak sepatu. Meskipun demikian bahan KLJ tidak sebatas dari kedua bahan tersebut. Pada materi ini, bahan untuk membuat KLJ adalah kaleng bekas susu yang berbentuk silinder.

A. Bahan dan Alat

Bahan

·        Kaleng susu 800 g (diameter 12 cm, tinggi 17,5 cm)       1 buah
·        Alumanium foil gulung/tutup bagian dalam kaleng susu (berukuran 4,5 x 4,5 cm) 1 buah
·        Cat semprot warna hitam secukupnya
·        Lakban hitam secukupnya
·        Doubletape secukupnya
·        Karton hitam (berukuran 5 x 5 cm2) 1 buah
·        Karton hitam (berukuran 9 x 9 cm2) 1 buah
·        Karet gelang 2 buah

Alat

·        Cutter/tatah dan palu
·        Jarum jahit atau jarum pentul
·        Gunting
·        Kaca atau mika
·        Amplas besi

B. Cara Membuat
1) menyiapkan tabung kamera







·        Buat lubang berbentuk segi empat (berukuran 4 x 4 cm) pada didinding kaleng untuk meletakan lensa KLJ menggunakan cutter.
·        Haluskan bekas potongan dengan amplas








·        Cat bagian dalam kaleng susu dengan warna hitam, lalu keringkan. Warna hitam berguna untuk mengurangi refleksi cahaya yang tidak diinginkan.





2) Membuat lensa KLJ

Celah cahaya








·        Siapkan potongan alumanium foil pembungkus makanan atau aluminium tutup kaleng susu bagian dalam
·        Lubangi bagian tengah aluminium foil untuk memasukan cahaya. Caranya, letakan aluminium foil di atas permukaan yang keras dan rata (misalnya kaca atau mika), kemudian tekan dan putar jarum sampai terbentuk lubang sebesar jarum (tidak boleh terlalu lebar)

Lensa KLJ









·        Siapkan karton hitam berukuran 5 x 5 cm2, lalu lubangi bagian tengahnya berukuran 3,5 x 3,5 cm2.
·        Dengan bantuan doubletape,  tempelkan aluminium foil (yang telah dilubangi) pada karton hitam (berlubang) sehingga lensa KLJ (sementara) sudah terbentuk.







·        Dengan bantuan doubletape, tempelkan lensa KLJ pada bagian dalam dinding kaleng yang berlubang. Untuk menghindari refleksi pada saat pemotretan luka tususkan jarum harus ada di dalam ruang film.
·        Untuk meyakinkan tidak adanya bocoran cahaya, tutup sekeliling lensa KLJ dengan lakban hitam baik di bagian dalam maupun luar kaleng.

3) Membuat jepretan







·        Lingkarkan potongan karton hitam berukuran 9 x9 cm2 di bagian atas lensa KLJ
·        Pasangkan dua buah karet gelang untuk menjaga agar posisi kertas (bakal jepretan) tetap stabil.
·        Periksa posisi jepretan. Geser ke kanan dan ke kiri untuk menguji lancar-tidaknya gerakan jepretan tersebut. Jika terlalu seret, ganti karet dengan yang lebih longgar.
·        Kamera lubang jarum siap digunakan.

D. BAHAN dan PROSES TERJADINYA GAMBAR

A. Kertas Hitam Putih (HP)
            Pada dasarnya, film negatif warna atau hitam putih (HP), film ortho maupun film positif (slide), bisa digunakan untuk pemotretan KLJ. Uniknya, selain menggunakan film-film tersebut, kertas foto pun dapat digunakan atau difungsikan sebagai pengganti film negatif, khususnya kertas foto warna atau hitam putih. Pada percobaan kali ini, pemotretan menggunakan kertas foto HP yang akan dibahas. Ragam merek, dan ukuran kertas HP di pasaran cukup banyak, bervariasi, dan masing-masing memilki reaksi yang berbeda saat digunakan.
Mengenai kertas HP telah dibahas pada bab sebelumnya.

B. Proses Terjadinya Gambar
1) Fokus
            kamera lubang jarum tidak memilki “lensa” maupun pengatur jarak fokus. Hanya, terdapat celah cahaya yang besarnya selubang jarum. Walaupun demikian, cukup meyakinkan dan mampu merekam gambar dengan baik. Walaupun tanpa bantuan lensa, celah cahaya yang sangat kecil ini sangat membantu dalam membangun imaji yang cukup tajam. Asalkan jarak bidiknya tidak terlalu dekat, pasti hasilnya fokus.
2) Waktu pencahayaan
            Waktu pencahayaan merupakan salah satu peristiwa yang terjadi pada proses fotografi. Cahaya pantulan sebuah benda masuk melalui celah cahaya ke dalam kamera atau ruang. Di dalam ruang film, cahaya pantulan ini akan membentuk sebuah bayangan gambar. Selanjutnya, untuk mengabadikan peristiwa ini, dibuatlah film atau kertas dilumuri bahan kimia yang bisa bereaksi jika terkena cahaya.
·        Under exposure
Semakin singkat waktu pencahayaan, berarti cahaya yang masuk akan kurang atau terlalu sedikit. Akibatnya, gambar yang dihasilkan sangat tipis (tidak jelas). Solusinya, perlu dilakukan penambahan waktu pencahayaan.
·        Over exposure
Sebaliknya, waktu pencahayaan yang berlebihan akan mengakibatkan gambar yang dihasilkan terlalu tebal (gelap). Solusinya, perlu dilakukan pengurangan waktu pencahayaan.















E. CARA MEMOTRET

A. Memasang Kertas Negatif
            Sebelum pemotretan dilakukan, kertas negatif harus sudah terpasang di dalam kamera lubang jarum. Pemasangan kertas negatif ini harus dilakukan di kamar gelap. Langkah-langkah pemasangan kertas negatif:





1.      Buka tutup kamera, lalu masukan kertas foto. Sebagai catatan, posisi permukaan kertas  yang mengandung emulsi menghadap ke arah lensa kamera.
2.      Tutup kamera rapat-rapat dan yakinkan tidak ada cahaya yang masuk ke dalam kamera.
B. Cara Memotret
            Sebelum pemotretan, sebaiknya cari obyek yang pantas dipotret. Jarak antara kamera dengan obyek sangat tergantung pada besar kecilnya benda yang akan diabaikan dan bentuk kamera yang digunakan.
            Saat proses pemotretan belum dilakukan dan kertas negatif sudah ada di dalam kamera, jepretan harus pada posisi tertutup. Ketika hendak merekam gambar (memotret), anda cukup menggeser jepretan tersebut. Selama pemotretan upyakan posisi kamera tetap stabil. Oleh karena itu, sebaiknya letakan pemberat di atas kamera atau ganjal sisi kamera dengan batu atau benda lainnya.
            Untuk memperoleh gambar horizontal, kamera lubang jarum harus diletakkan pada posisi berdiri. Sebaliknya, untuk memperoleh gambar vertikal, kamera lubang jarum harus diletakan pada posisi tidur.
            Setelah pemotretan selesai, kamera dibawa ke kamar gelap untuk melakukan proses berikutnya, yaitu cuci cetak. Langkah ini sekaligus untuk mengecek, apakah waktu pencahayaan yang dipakai sudah tepat atau belum. Tepat tidaknya waktu pencahayaan yang dipakai bisa dilihat dari gambar yang dihasilkan pada kertas negatif, apakah under exposure atau over exposure jika masih penasaran untuk memperoleh hasil yang lebih bagus, dapat dilakukan pemasangan film baru dan mengulang pemotretan.

F. MENCETAK KERTAS FOTO

            Proses cetak sama dengan proses cetak hitam putih sebelumnya. Bedanya pada proses ini dialkukan proses selanjutnya yaitu kertas foto yang telah dicetak  diproses cetak lagi diatas kertas foto lainnya. Tahap-tahap mencetak foto positif sebagai berikut.
·        Letakan kertas negatif (yang sudah dikeringkan) di atas kertas foto baru berhadapan dengan gambar yang ada di kertas negatif dan berada dibawah kertas negatif.
·        Lapiskan kaca bening bersih di atas kertas negatif.
·        Sinari kertas foto secara tegak lurus. Lamanya penyinaran 1-5 detik (kekuatan sumber cahaya 25 watt boglam bening dengan jarak sekitar 50 cm). Lamanya penyinaran di pengaruhi oleh kualitas gambar pada kertas negatif yang dihasilkan. Jika kertas negatif cenderung under exposure, proses penyinaran sebentar. Sebaliknya, jika cenderung over exposure maka proses penyinarannya lebih lama.
·        Tahap selanjutnya sama dengan proses mencuci kertas negatif.




















PERKEMBANGAN KAMERA DIGITAL

            Perubahan yang sangat cepat dalam teknologi digital mengharuskan kita mengenali beberapa bagian penting dari teknologi foto digital.  Salah satunya adalah kamera digital.  Uniknya, beberapa produsen di luar industri kamera turut meramaikan pasar ini.  Selain merk-merk yang sudah lama melekat dengan pecinta fotografi, seperti Canon, Nikon, Kodak, Fuji, Minolta, Olympus, Rollei, muncul produk lain seperti Casio, Epson, HP, JVC, Sony, Samsung, Sanyo, Umax dan masih banyak lagi yang lainnya.
                Kamera digital adalah input terpenting dari sebuah proses fotografi digital.  Bergeraknya perkembangan teknologi yang semakin cepat menyebabkan semakin banyaknya kamera digital yang lahir dengan kelebihan-kelebihan tersendiri.  Ada beberapa kelas atau golongan kamera digital yang perlu kita ketahui, selain beberapa model yang telah dijelaskan sebelumnya, diantaranya adalah :
1.       Kelas Low-End.  Kamera ini digunakan untuk aplikasi yang sederhana.  Kamera digital yang termasuk kelas ini rata-rata memiliki karakteristik resolusi rekam CCD antara 1 Mega Byte sampai 2,2 Mega Byte (MB).  Resolusi tersebut memungkinkan ketahanan gambar terhadap pembesaran cetak 3-4 R.  koneksi dengan alat elektronik lain biasanya terbatas, misalnya dengan sistem paralel atau USB.  Fitur yang ditawarkan serba otomatis, hingga kita tidak perlu repot-repot mengatur pencahayaan.  Kamera kelas ini rata-rata memiliki lensa zoom, mirip seperti kamera kompak analog.  Ukurannya kecil dan ringan.  Harga yang ditawarkan oleh kamera kelas ini pun cukup rendah, mulai dari 900 ribu hingga 4 juta.
2.       Kelas Mid-Range. Kamera ini biasa digunakan untuk aplikasi standar, bisnis, ataupun kantoran.  Kita bisa mengenali kamera kelas ini lewat resolusi CCD yang lebih tinggi, antara 3 sampai 6 MB.  Kamera mid range ini juga dilengkapi berbagai fasilitas khusus, misalnya cetak langsung dari kamera ke printer.  Kamera yang masuk ke dalam kelas ini belum sepenuhnya bisa ditukar pasang lensanya.  Namun pada umumnya kamera ini dilengkapi dengan lensa Vario, dari mulai sudut lebar hingga sudut sempit.  Modus pada beberap kamera kelas ini telah memungkinkan untuk mengatur pencahayaan secara manual, apakah itu melalui prioritas  diafragma atau prioritas kecepatan rana.  Ada pula yang dilengkapi kompensasi pencahayaan.  Kamera yang masuk ke dalam kelas ini umumnya telah dilengkapi dengan beberapa fasilitas penyuntingan sederhana seperti Contrast, dan Brightness langsung dari kamera tersebut.  Rata-rata kamera mid-range memiliki system koneksi yang lebih cepat, yaitu USB.  Saat ini rata-rata kamera kelas mid-range, memiliki besar data yang mampu dicetak hingga 10R.  Dilihat dari bobotnya, kamera ini pun masih cukup ringan.
3.       Kelas High-End.  Kamera kelas ini biasanya diperuntukkan bagi kalangan professional.  Karakteristik kamera digital kelas high-end antara lain kemampuannya untuk tukar-lepas lensa, mirip dengan kamera SLR analog.  Ini artinya bila kita memiliki lensa merk ‘A’, kita tinggal membeli kamera digital merk ‘A’ juga, sehingga lensa-lensa kita tidak akan sia-sia atau mubazir.  Kamera kelas high-end memiliki resolusi hingga mencapai 6 mega pixel.  Hal tersebut sudah cukup memadai untuk kebutuhan professional, majalah, koran, poster dan lain sebagainya.  Kualitas yang dihasilkan oleh kamera kelas ini pun begitu prima.  Fitur-fiturnya, kebanyakan dibuat persis menyerupai kamera SLR analog, seperti bracketing, kompensasi pencahayaan, serta bidik kontinyu.  Perbedaan mendasar antara kamera kelas high-end dan kedua kelas lainnya (low end dan mid end) adalah kemampuan kamera membidik dengan cepat.  Jeda antar pemotretan tidak mencpai 1 detik (yaitu sekitar 0,5-0,8 detik).  Fasilitas perekam cahaya yang tersedia terus disempurnakan, dari CCD, CMOS, sampai sekarang yang terbaru adalah sensor teknologi Foveon X3.  Di Indonesia kita kenal kamera digital SLR seperti Canon EOS 1D, Nikon D 1X, Fuji FinePix S1 Pro atau Kodak DCS 760.  Kualitas lensa sebagai ‘mata’ kamera juga sangat diperhatikan, biasanya diproduksi oleh pabrik lensa terkenal.  Selain bisa menerima berbagai jenis media penyimpan foto digital, kamera kelas high end juga bisa dihubungkan dengan media penyimpan data eksternal.  Media ini berkapasitas sangat besar, mampu menampung data berkualitas istimewa.  Umumnya jenis kamera high end  menggunakan fire wire sebagai modus transfer datanya.  Sesuai kemampuannya, kamera digital SLR harganya cukup tinggi, di atas 10 juta.
4.       Kamera digital untuk Lifestyle dan fun.  Bentuk unik, stylish, berukuran mungil/mini dan sangat mudah dibawa, merupakan ciri kamera jenis ini.  Banyak kamera yang wujudnya mini, ada fungsi rekam-putar suara sehingga dapat digunakan untuk wawancara atau mendengarkan musik MP3, serta fungsi-fungsi fun lainnya.  Resolusi rekaman gambar biasanya tidak terlalu besar, karena ditujukan terutama untuk sharing, misalnya lewat e-mail.
Jika dilihat dari beberapa kelas kamera digital yang ada dan beredar di pasaran, terkadang membuat kita bingung untuk menentukan jenis mana yang akan kita pilih.  Untuk mengatasi kendala tersebut sebaiknya kita merujuk pada kegunaan dan aplikasinya.  Bila aplikasinya membutuhkan kualitas visual prima, maka kamera mid range atau high end bisa menjadi pilihan.  Jika kualitas dan kemampuan perbesaran gambar amat vital, maka kamera dengan kelas high end- lah solusi kita.  Namun sebaliknya, apabila kualitas bukan menjadi hal yang utama, atau sekedar senang-senang maka kamera kelas low end pun cukup memadai.

GAMBAR KAMERA KOMPAK & SLR DIGITAL
 Merk Nikon dan Canon








 








Tabel Beragam Jenis Kamera Digital



Kelas
Media Penyimpan
Modus Penyimpanan
Kontrol Pencahayaan
Lensa
Low-end

Kebanyakan memakai Smart Media dan ada beberapa yang memakai Compact Flash

Umumnya JPEG
Otomatis
Tidak bisa ditukar pasang
Mid-end

Smart Media, Compact Flash, Micro Drive

JPEG, beberapa TIFF atau RAW
Otomatis dan semi otomatis, prioritas bukaan diafragma atau prioritas kecepatan rana, beberapa bisa manual
Beberapa dengan adapter  bisa tukar pasang tetapi terbatas
High-end

Smart Media, rata-rata menggunakan Compact Flash, Micro Drive

JPEG, umumnya TIFF atau RAW
Semi otomatis, otomatis dan manual, dapat diatur penuh kecepatan rana dan bukaan diafragmanya
Semua bisa tukar pasang lensa sesuai merk
Lifestyle & Fun

Memori internal, SD memory card, Flash Memory

JPEG
otomatis
Tidak bisa ditukar pasang


            Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila kita menggunakan kamera digital, diantaranya adalah :
  • Gunakan seting kualitas gambar (resolusi dan kompresi) yang terbaik di kamera tersebut.  Seting kualitas gambar yang bagus  pada kamera non-high end mengakibatkan waktu perekaman yang lebih lambat, sehingga kita perlu memegang kamera dengan kokoh untuk mengimbangi waktu rekam CCD tersebut.  Gunakan tripod atau penyangga bila perlu.
  • Pilih kamera digital dengan bit depth yang relatif  baik.   Bit depth menunjukkan kemampuan merekam kejenuhan (saturasi) warna subyek.
  • Gunakan fasilitas White Balance.  Masing-masing kamera memiliki cara pengaturan yang berbeda.  Bila kita harus mengatur sendiri, atur posisinya sehingga mencapai warna putih penuuh.  Gunakan kertas putih sebagai pedoman ukur. Bila fasilitas ini berupa penyesuai jenis pencahayaan (cahaya natural / daylight, cahaya tungsten dan fluorescent), aturlah pada pilihan jenis pencahayaan yang sedang digunakan untuk memotret.  Fasilitas White Balance bermanfaat untuk menghindari penyimpangan warna.
  • Sediakan kartu memori ekstra bila kita ingin merekam banyak gambar.
  • Untuk menghemat baterai, kita bisa mematikan LCD bila tidak berada dalam angle (sudut pandang) yang sulit.
  • Pertimbangkan sistem koneksi yang disediakan kamera saat memilih kamera.  Ada bermacam-macam sistem koneksi yang berkaitan dengan keceepatan akses gambar : Serial, Paralel, USB (Universal Serial Bus) dalam berbagai versi  (1.1 dan sekarang 2.0), SCSI, serta Fire Wire.   


PERKEMBANGAN KARTU MEMORI

           
            Melejitnya pertumbuhan kamera digital menyebabkan banyak para konsumen bingung dengan beragam spesifikasi kartu memori atau film digital yang dipakai untuk pemotretan.  Seperti yang telah kita ketahui, kartu memori yang dipakai pada kamera digital berfungsi sebagai media rekam, seperti layaknya sebuah film pada kamera analog atau biasa.   Kebutuhan pasar akan kartu memori kian hari semakin meningkat, hal itu disebabkan karena kartu ini tidak hanya saja digunakan pada kamera digital.  Kartu ini pun dipakai untuk peralatan Audio sebagai media penyimpan file msuik MP3, kamera video digital, telepon genggam dan sebagainya.  Padahal pada awal kemunculannya, produk ini hanya digunakan sebagai penyimpan data untuk komputer laptop.  Seiring dengan adanya digitalisasi dalam berbagai aspek, kartu memori ini akan dipakai di banyak peralatan elektronik lainnya, yang memerlukan media penyimpan yang mudah dibawa dan dipindahkan dari satu alat ke alat lainnya.
            Jenis memori berupa kartu yang pertama kali diproduksi sekitar awal tahun 1990 adalah PC Card yang pada waktu itu dikembangkan untuk menambah kapasitas memori pada pada komputer notebook dan komputer palm top.  Disebut kartu, karena memang ukurannya sama seperti kartu nama.  Sekarang penggunaan PC Card sudah berubah dan lebih dikenal sebagai “Flash ATA Card” untuk menggantikan hard disk pada penerapan “kontrol otomatisasi pabrik”, mesin ATM dan pada system-sistem kendali lainnya.  Pada saat itu produk ini belum dipakai pada kamera digital karena ukurannya yang terlalu besar.
            Generasi selanjutnya adalah Compact Flash, yang dikembangkan oleh pabrik SanDisk pada tahun 1994, yang menjadi popular setelah digunakan pada kamera digital,  ukuran fisik kartu ini sekitar 50 % dari PC Card.  Bersamaan dengan kemunculan kartu CF, lahir pula kartu Smart Media, yang nama panjangnya adalah Solid State Floppy Disk Card (SSFDC), yang dikembangkan oleh Toshiba.
            Tidak beberapa lama kemudian muncul Memory Stick yang khusus dibuat oleh Sony untuk pemakaian peralatannya sendiri.  Lalu disusul dengan beredarnya Multi Media Card dan SD Card. 
            Adapun rentang kapasitas atau daya simpan yang dimiliki kartu kecil ini rata-rata berkisar 16MB sampai 256MB.  Akan tetapi di pasaran kita sudah bisa menjumpai Compact Flash berkapasitas 1GB hingga 3GB, namun sayangnya harga produk ini masih terbilang tinggi.  Sedangkan untuk kartu jenis Smart Media dan SD-Card yang paling besar daya simpannya  saat ini adalah 256MB dan 512MB.
            Kebanyakan kamera digital memakai satu jenis media penyimpan.  Oleh karena itu kita perlu secara cermat dan bijaksana dalam memilih memori jenis apa yang sekiranya cocok dengan pemakaian yang kita rencanakan.  Secara “value for money  Compact Flash masih paling murah apabila dihitung harga per megabyte.  Sekarang ini ada beberapa merek kamera digital yang mengembangkan pemakaian dua buah media penyimpan.  Keuntungannya tentu selain fleksibilitas kepada pemakai, juga menaikkan kapasitas terpasang setiap saat.  
            Kamera digital manapun yang dipilih, kapasitas memori besar sudah menjadi tuntutan, seiring besarnya file data setiap gambar.  Sebagai ilustrasi kamera 2-megapixel mencapai sekitar 1MB pada resolusi tinggi, sedangkan 3-megapixel akan membutuhkan 2MB, sedangkan kamera 5-megapixel memakan memori sebesar 3,5MB (dalam kompresi JPEG).  Berikut ini akan diperlihatkan tabel yang berisi perkiraan jumlah foto per satu kartu memori dengan “hi-res” JPEG.

Besarnya Kartu Memori

Jenis kamera

16 MB

32 MB
64 MB
128 MB
256 MB
512 MB
1 GB
1Megapixel
45
91
128
365
731
1462
2925
2Megapixel
17
35
71
142
284
568
1137
3Megapixel
13
26
53
106
213
426
853
4Megapixel
8
16
32
64
128
256
512
5Megapixel
6
12
25
51
102
204
409
6Megapixel
5
10
20
40
80
160
320
           
            Selain media-media yang telah disebutka di atas, kini muncul dua buah media penyimpan terbaru.  Produsen elektronik terkenal, yaitu SONY telah memperkenalkan Memory Stick Duo, sementara Olympus Optical dan Fuji Photo Film bekerjasama mengembangkan xD Picture Card.  Memori Stick Duo berukuran cukup kecil dan tipis, hanya sebesar 20x31x1,6 mm, atau kira-kira 1/3 dibandingkan dengan Memory Stick yang lama.  Dan agar bisa juga dipalai menggantikan Memory Stick yang lama, maka diberikan juga sebuah Adaptor yang berukuran : 21,5 X 31 X 2,8 mm.  Kartu ini mempunyai kecepatan tulis 1,8 MB/detik dan kecepatan baca 2,45 MB/detik.  Sedangkan xD Picture Card berukuran sebesar 20 X 25 X 1,7 mm dan berat hanya 2 gram, menempatkan kartu ini sebagai kartu yang terkecil dan teringan hingga saat ini.  Kecepatan baca kartu ini sangat tinggi, yaitu 5,0 MB/detik dan kecepatan tulis 1,3 MB/detik untuk 16 dan 32 MB, sedangkan untuk kapasitas 64 MB dan lebih tinggi – kecepatan tulisnya 3,0  MB/detik.  Pemakaian daya listrik juga sangat kecil, hanya 25 mW.  Sekarang sudah beredar ukuran 16, 32, 64, 128MB, 256 MB,  dan ada kecenderungan terus meningkat.


PENCETAKAN MELALUI KOMPUTER

 Sebuah imagi atau gambar yang telah  kita abadikan dengan menggunakan media kamera  memerlukan beberapa proses lagi apabila kita ingin menikmati hasil rekaman imagi tersebut.  Proses tersebut diantaranya adalah pencucian dan pencetakan.
                Pada fotografi konvensional proses pencucian dilakukan guna menimbulkan ‘bakal gambar’ pada film yang telah terexpose, dengan menggunakan larutan kimia tertentu.  Pada film negative hasil proses tersebut berupa negative film, sedangkan pada film diapositif (slide) hasil yang diperoleh yaitu berupa imagi positif (slide). Pada film slide, imagi yang terbentuk dari proses tersebut dapat langsung kita lihat dengan menggunakan Slide Projector. 
                Proses selanjutnya adalah pencetakan. Pada film negative, negative yang telah terbentuk diexspose menggunakan mesin ke atas media kertas khusus, guna membentuk sebuah gambar yang telah kita potret.  Sedangkan pada film slide, slide yang telah terbentuk masih bisa kita cetak ke atas media kertas, akan tetapi hal ini memakan biaya yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan pencetakan pada film negative.

A. GAMBAR DIGITAL
                Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi maka tak ayal lagi hal itu berpengaruh pada perkembangan dunia fotografi.  Kini kita bisa menemui jenis kamera yang pengoperasiannya dilakukan secara digital penuh.  Kamera tersebut lebih sering dikenal dengan sebutan kamera digital, dimana dalam pengoperasiannya sudah tidak lagi menggunakan film negatif maupun positif sebagai media perekam gambar.  Peranan film pada kamera tersebut telah tergantikan posisinya oleh sebuah CCD (Charge Coupling Device) yang peka terhadap cahaya, yang dapat menghasilkan suatu gambar digital.  Selain CCD, kamera digital saat ini mulai ditunjang oleh sensor cahaya teknologi CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor) yang lebih murah.
                Sistem kerja CCD pada kamera digital yaitu mengubah gelombang cahaya menjadi gelombang elektro-magnetik dan direkam ke media penyimpan data elektronis dalam berbagai jenis format data gambar digital.  Jenis format data gambar digital yang paling popular antara lain :
1.        TIFF (Tagged Image File Format), yaitu format penyimpanan gambar dengan kompresi (pengecilan), namun tanpa menghilangkan detail pada gambar, ukuran format ini umumnya relatif besar.
2.        JPEG (Joint Photographic Experts Group), yaitu format yang menggunakan pengecilan besar gambar dengan sedikit mengurangi detail dan warna pada gambar.
3.        RAW, yaitu format penyimpanan gambar asli kamera digital.

Gambar digital memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan gambar yang dihasilkan melalui sistem fotografi konvensional, diantaranya adalah : 1) Dapat diakses dengan cepat;
                                  2) Memungkinkan pengolahan dan penyuntingan
                                      yang jauh lebih terkontrol; dan
                                  3) Memungkinkan perbanyakan tanpa penurunan
                                       kualitas gambar bagus.
Disamping keunggulan, gambar digital ternyata masih memiliki  kelemahan, diantaranya adalah biaya output yang masih lebih mahal dan media penyimpan yang memerlukan ruang besar untuk menghasilkan kualitas gambar yang bagus.

B. PEMBUATAN DAN TRANSFER GAMBAR DIGITAL
                Ada dua cara yang dapat kita lakukan dalam pembuatan gambar digital, diantaranya adalah :
1.Cara Semi Digital. Pada cara ini kita terlebih dahulu melaksanakan tahapan-tahapan yang berlaku pada sistem fotografi konvensional,  dimana setelah pemotretan dilakukan, kita melakukan serangkaian  proses pencucian dan pencetakan. Hasil negative maupun cetakan berupa foto tersebut kemudian diubah menjadi data digital dengan cara men-scan-nya, dengan menggunakan suatu alat khusus yang bernama scanner.  Pada saat ini terdapat dua macam scanner yang beredar, yaitu scanner film dan scanner foto. Setelah film ataupun foto tersebut di-scan, kita dapat menyimpannya ke dalam disket ataupun ke hard disk komputer, yang selanjutnya dapat kita olah atau koreksi kembali menggunakan software khusus pengolah foto, seperti Adobe Photoshop ataupun Corel Photopaint.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada cara semi digital ini, diantaranya adalah :
a)Bila kita menggunakan scanner film, sebaiknya kita menggunakan film dengan kemampuan rekam yang tinggi terhadap detail dan warna.  Lebih baik lagi apabila kita menggunakan film diapositif (slide), film format medium atau besar.
b)Bila kita menggunakan cetakan foto, lebih baik dicetak dalam ukuran yang cukup (tidak terlalu kecil), misalnya ukuran 4R.  Cetakan yang terlalu kecil dapat membatasi ketahanan gambar terhadap perbesaran nantinya.
c)Aturlah resolusi perekaman scanner pada resolusi yang cukup, sesuai kegunaannya nanti, misalnya untuk tampilan selebar majalah, bisa digunakan resolusi 300 dpi.
d)Perhatikan mutu cetakan foto yang akan di-scan. Lebih baik, kualitasnya maksimal seebelum di-scan daripada kesulitan menyunting pada saat sudah menjadi data digital.
2.Cara Digital Penuh.  Pada cara ini kita tidak lagi memotret dengan menggunakan kamera konvensional, akan tetapi kita sudah sepenuhnya menggunakan kamera digital untuk merekam subyek.  Keuntungan dari penggunaan kamera digital adalah keterhubungannya dengan komputer yang relatif lebih mudah.  Ada dua cara untuk melakukan pemindahan data ke komputer.  Cara pertama dengan menggunakan kabel penghubung ke komputer dengan kamera digital dan yang kedua dengan memakai semacam adaptor untuk kartu-kartu film yang dihubungkan ke disk drive komputer, jika kita ingin  melihat gambar serta melakukan pengolahan ataupun pengkoreksian terhadap gambar tersebut.

C. MENYUNTING ATAU MENGKOREKSI FOTO
1.Menyunting/Mengkoreksi dengan Adobe Photoshop
Foto atau gambar yang telah menjadi sebuah file gambar digital selanjutnya dapat kita sunting ataupun koreksi dengan menggunakan software khusus pengolah foto.  Salah satu software pengolah foto yang lazim digunakan untuk keperluan tersebut adalah Adobe Photoshop.  Berikut ini ada beberapa cara sederhana dalam menyunting foto digital menggunakan program Adobe Photoshop 7.
1.        Penyederhanaan Foto Melalui Cropping.  Pengaturan bingkai gambar yang terbaik adalah saat pembidikan, sehingga gambar tidak terlalu banyak terbuang percuma.  Selain itu, gambar lebih tahan terhadap pembesaran.  Namun, bila penyederhanaan masih saja harus dilakukan, satu hal yag perlu diperhatikan adalah bahwa cropping harus bisa memperkuat komposisi dan mengkonsentrasikan perhatian pada foto.  Akses fasilitas crop pada Adobe Photoshop adalah dengan meng-klik Crop Tool atau Selection Tool option Crop (pada Adobe Photoshop 6).  Untuk seleksi foto, atur luas bidang crop, lalu tekan Enter.
Contoh Gambar sebelum di-Cropping

Contoh Gambar setelah di-cropping

2.        Menetralisir Color Cast (penyimpangan warna).  Penyimpangan warna dari sumber cahaya bisa diperbaiki di Adobe Photoshop lewat menu Image>Adjusment>Color Balance.  Atur keseimbangan warna pada masing-masing tombol, geser sesuai modus warna yang digunakan.  Lakukan penyesuaian pada ketiga area gambar secara bergantian (Higlight, Midtone,  dan Shadow).

Contoh Gambar yang belum diseimbangkan warnanya

Contoh Gambar setelah dinetralisir





3.        Mengatur Kejenuhan (Saturasi) Warna.  Penyesuaian ini dapat kita lakukan dengan mudah pada program Adobe Photoshop.  Aksesnya melalui menu Image>Adjusment>Hue/Saturation.  Aturlah pada pilihan Saturation dengan menggeser tombol geser (Slider).  Masing-masing warna bisa ditonjolkan dengan mengatur pilihan unsur warna.  Pilihan master mengatur saturasi pada semua warna.  Sempurnakan dengan mengatur level, aksesnya melalui Menu Image>Adjusment>Level. Langkah ini merupakan salah satu cara Retouching foto tanpa membuat seleksi.

Gambar sebekum diatur Saturasi Warnanya

Gambar setelah ditur Saturasi Warnanya



4.        Mengatur Kontras Foto.  Cara sederhana adalah melalui menu Image>Adjusment>Brightness/Contrast.  Bisa juga dengan mengatur tombol geser (slider).  Lightness pilihan  master pada menu Image>Adjusment>Hue/Saturation.  Namun, bila kita ingin mengatur per bagian gambar secara lebih kompleks, maka salin bagian gambar yang akan diatur kontrasnya dan letakkan di layer terpisah.  Haluskan tepian bagian gambar tersebut dengan sapuan kuas warna gelap dan transparansi / opacity kecil di layer mask.  
    
Gambar Sebelum diatur Kontrasnya

           

Gambar setelah diatur Kontrasnya

Demikian beberapa tips dasar penyuntingan atau pengkoreksian foto menggunakan program Adobe Photoshop.
 Selain penyuntingan dasar, kita bisa melakukan banyak kreasi di dalam mengolah foto jika kita telah paham betul dalam mengoperasikan software Photoshop tersebut, salah satu contoh kreasi yang bisa dilakukan pada program Adobe Photoshop adalah penggabungan beberapa gambar menjadi satu bagian yang utuh, seperti pada gambar di bawah ini.

Foto 1. Gbr Rel
 




Foto 2. Gbr sekumpulan Orang di dalam ruangan
 
 




Hasil Pengolahan akhir dengan Photoshop (Gambar sekumpulan orang dg latar belakang rel)
 
 




2.Mengolah / Manipulasi Foto dengan Program Corel PHOTO-PAINT 10  
Selain menggunakan program Photoshop, gambar digital dapat diolah atau dimanipulasi dengan program Corel PHOTO-PAINT 10.  Berikut ini trik-trik dasar mengenai pengolahan ataupun manipulasi dengan program tersebut.

1.Cropping.  untuk memilah dan mengambil bagian tertentu dari objek foto, kita dapat menggunakan Deskew Crop Tool.  Sebelum memprosesnya, objek foto yang akan diambil sebagian gambarnya harus diaktifkan terlebih dahulu.  Untuk mengambil bagian tertentu dari objek foto tersebut, kita harus memilihnya terlebih dahulu.  Untuk itu, geser posisi kursor mouse pada siku kiri atas dari bagian objek foto yang akan diambil lalu klik mouse dan tahan.  Geser posisi kursor mouse pada siku kanan bawahnya.  Pada saat itu, lepas klik mouse untuk memilih bidang objek foto tersebut.  Setelah bidang yang diinginkan terpilih, system akan menampilkan delapan titik kontrol.  Melalui titik kontrol tersebut, kita dapat memperbesar atau memperkecil bidang yang akan diproses.  Untuk itu, lakukan klik mouse dan tahan pada salah satu titik kontrolnya.  Geser posisi kursor mouse searah dengan perbesaran yang diinginkan.  Setelah itu, lepas klik mouse tadi untuk memakai ukuran bidang baru tersebut.  Setelah bidang objek foto yang akan diproses terpilih, gunakan klik mouse ganda untuk meminta sistem agar memproses. Selanjutnya sistem akan menghapus objek gambar foto yang ada di luar bidang dan menampilkan objek foto yang ada di dalam bidang tersebut.

2.Color Hue.  Kadang kala proses pengambilan foto tidak sempurna sehingga warna tampilannya kurang baik.  Untuk memperbaikinya, kita dapat memanfaatkan fasilitas Color Hue.  Selain itu, fasilitas ini juga dapat dipergunakan untuk mengubah tampilan warna suatu objek foto agar terkesan lebih artistik.  Kita dapat mengakses fasilitas Color Hue melalui menu Image submenu Adjust.  Pada waktu memprosesnya, sistem akan menampilkan kotak dialog bernama Color Hue.  Pada saat itu, kita dapat melakukan klik mouse pada salah satu kotak pilihan yang disediakan untuk mengubah unsur warnanya.  Misalnya, agar terlihat lebih merah, gunakan pilihan bernama More red.  Misalkan kita akan membuat objek foto menjadi lebih biru sebanyak 25 %.  Untuk itu, ubah nilai pada bagian Step menjadi 25.  setelah itu, lakukan klik mouse pada kotak pilihan berlabel More Blue. Untuk memakai spesifikasi proses tersebut pada objek foto, gunakan tombol proses bernama OK.  Untuk membatalkannya, gunakan tombol proses bernama Cancel.

3.Color Tone.  Kadang kala proses pengambilan foto tidak sempurna sehingga kecerahan tampilannya kurang baik.  Untuk memperbaikinya, Kita dapat memanfaatkan fasilitas Color Tone.  Fasilitas ini juga dipergunakan untuk mengubah kecerahan tampilan warna suatu objek foto agar terkesan lebih artistik.   Kita dapat mengakses fasilitas Color Tone melalui menu Image submenu Adjust.  Pada waktu memprosesnya, sistem akan menampilkan kotak dialog bernama Color Tone.  Pada saat itu, kita dapat melakukan klik mouse pada salah satu kotak pilihan yang disediakan untuk mengubah tingkat kecerahan tampilannya.  Misalkan kita akan membuat objek foto menjadi lebih kontras 50 %.  Untuk itu, ubah nilai pada bagian step menjadi 50.  setelah itu, lakukan klik mouse pada kotak pilihan berlabel More Contrast.   Kemudian tekan OK.  

4.Efek Khusus.  Sistem CorelDRAW  menyediakan  fasilitas efek khusus yang sangat berlimpah.  Kesemuanya itu dikelompokkan dan diletakkan pada menu Effects.  Kita dapat mengakses fasilitas efek khusus tersebut melalui submenunya yang sekaligus merupakan nama kelompok efek khusus tersebut.  Sebagai contoh, misalnya kita akan memberikan efek blok kaca pada objek foto.  Untuk keperluan tersebut, gunakan menu Effects submenu Creative dan Glass Block.  Pada waktu prosesnya, sistem akan menampilkan kotak dialog untuk efek khusus tersebut.  Pada kotak dialog tersebut, kita dapat mengubah spesifikasi prosesnya dan melihat hasil prosesnya secara langsung.  Untuk memakai spesifikasi tersebut pada objek foto, gunakan tombol proses bernama OK.  Untuk membatalkannya gunakan tombol proses bernama Cancel.  Gambar di bawah ini memperlihatkan hasil proses pemakaian efek khusus Glass Block dengan ukuran lebar dan tinggi sebesar 20, yang merupakan ukuran standar sistem.

Gambar Tanpa Efek Glass Block


Gambar dengan efek Glass Block

Dengan program Corel PHOTO-PAINT kita dapat memakai satu efek khusus  atau lebih.  Akan tetapi, pemberian efek khusus yang terlalu banyak dapat merusak tampilan gambar itu sendiri.  Sebagai contoh, objek foto yang diproses sebelumnya akan diberikan lipatan kecil horisontal di siku kanan atasnya.  Untuk keperluan tersebut, gunakan fasilitas Page Curl yang dapat kita akses melalui menu Effects submenu 3D Effects.  Pada saat prosesnya, sistem akan menampilkan kotak dialog bernama Page Curl.  Pada saat itu, kita dapat menentukan siku lipatan kertas serta format lipatannya (vertikal atau horizontal).
Gambar dengan Efek Glass Block & Page Curl
D. MENCETAK GAMBAR
            Gambar digital yang telah diolah terlebih dahulu selanjutnya dapat langsung kita cetak menjadi foto.  Proses pencetakan tersebut bisa kita bawa ke laboratorium-laboratorium khusus yang telah menggunakan fasilitas digital.  Seiring peredaran kamera digital kian meluas, lab-lab yang menerima cetak digital mulai bertumbuh, meski belum sebanyak lab cetak biasa.  Lab-lab tersebut biasanya mudah dijumpai di kota-kota besar.  Apabila kita akan mencetak di lab tersebut, biasanya kita membawa dan menyerahkan media penyimpan gambar digital kita yang telah kita olah atau sunting sebelumnya.  Media penyimpan tersebut bisa berupa CD, Disket, Compact Flash, SmartMedia, Zipp Disk dan lain sebagainya. 
            Dunia digital menawarkan alternatif  baru.  Jika dulu memiliki kamar gelap sendiri terasa mahal, dan kita kesulitan mencari ruang, maka fotografi digital menawarkan kamar gelap yang terang (bisa disebut kamar terang) dan minim ruang, yaitu di komputer itu sendiri.  Proses Dodging, Burning, Sandwich dan sebagainya dapat dikerjakan dalam hitungan menit.  Jika sudah mahir hanya beberapa detik selesai.  Jika salah kita bisa kembalikan ke semula tanpa perlu membuang bahan-bahan kimia dan kertas.  Selain komputer, suatu alat yang cukup vital dalam pencetakan melalui komputer adalah mesin printer. 
            Kemajuan teknologi printer saat ini, memungkinkan kita untuk dapat mencetak foto digital melalui printer dan bisa kita lakukan di rumah.  Kualitasnya pun tidak kalah dengan printer konvensional.  Selain itu printer foto rumahan memberikan keleluasaan waktu cetak kepada kita.  Kita dapat mencetak foto kita kapan pun kita mau, walaupun saat itu tengah malam buta.  Waktu dimana lab-lab digital langganan kita sudah tutup.  Pekerjaan pun menjadi lebih cepat.  Tak perlu menunggu lab buka esok hari atau turut antri pesanan di lab. 
                Berikut ini ada beberapa merk printer dengan kualitas foto, diantaranya adalah :
  1. HiTi Photo Printer 630PL.  printer foto keluaran Hi-Touch Imaging Inc. ini dapat membantu kita untuk mencetak foto sampai ukuran 4R (101,6 cm x 152,4 cm).  Selembar kertas foto 4R bisa mencetak 16 gambar kecil (4 cm x 4 cm) yang bisa dimanfaatkan untuk stiker.  Kecepatan cetaknya 100 detik/foto.  Metode pewarnaannya memakai teknologi Dye Diffusion Thermal Transfer.  Resolusi cetak yang dihasilkan  300 C 300 dpi yang setara dengan hasil cetak printer inkjet 4800 dpi.  Foto yang dihasilkan juga tahan air, anti cap sidik jari dan tahan sinar Ultra Violet karena diberi lapisan pelindung pada saat pencetakan.
  2. Lexmark X83.  printer Lexmark X83 adalah printer inkjet  multifungsi.  Selain menghasilkan cetakan kualitas foto, printer ini juga berfungsi sebagai mesin fotokopi dan scanner.  Printer ini mampu mencetak sampai ukuran maksimal kertas A4, resolusi 2400 X 1200 dpi dengan kecepatan cetak warna 6 ppm (page per minute).  Resolusi optis scanner dari printer sebesar 600 X 1200 dpi dengan 48 bit colour depth.  Kecepatan cetak mesin fotokopinya sebesar 2 ppm (cetak hitam putih) dan 1,5 ppm (cetak warna).
  3. Kodak Profesional  8660 Thermal Printer.  printer termal ini menggunakan proses pewarnaan Dye Diffusion Thermal Transfer.  Resolusi yang dihasilkan sebesar 300 X 300 dpi.  Ukuran cetak maksimumnya A4 + (21,6 cm X 35,6 cm).  Kecepatan cetak warnanya 10 ppm.  Kekuatan printer ini mampu mencetak sampai 50.000 kali pencetakan.  Dapat pula digunakan pita tinta hitam putih.
  4. Epson Stylus Photo 2100.  Printer foto ini didukung dengan system UltraChrome Ink 7 warna untuk menampilkan hasil cetakan sekualitas foto.  Resolusi cetaknya 2880 X 1440 dpi dengan ukuran cetak maksimal A3+.  Kecepatan cetak warnanya 23 menit untuk ukuran 20 X 25 cm.
  5. Hp Photosmart 7550C.  Inkjet printer ini menggunakan teknologi PhotoREt 4 dengan sistem 7 warna.  Resolusi cetaknya 4800 X 1200 dpi.  Ukuran cetak maksimumnya  A4 (210 X 297 mm) dengan kecepatan cetak warna 12 ppm.  Printer ini sudah menyediakan fasilitas cetak langsung dari media rekam CompactFlash, SmartMedia, Secure Digital, Multimedia Card dan Memori Stick tanpa perlu menggunakan komputer.  Tersedia juga build in LCD Monitor pada printer untuk melihat imaji pada media rekam.
  6. Canon S820.  Jenis printer bubble jet ini menggunakan 6 tinta terpisah yaitu Cysn, Magenta, Black, Yellow, Photo Cyan dan Photo Magenta.  Resolusi maksimumnya 2400 X 1200 dpi dengan ukuran cetak maksimum A4 tanpa garis pinggir.  Kecepatan cetak warnanya 4 ppm.  
  7. Canon direct Printer CP-10.  Dengan alat ini kita bisa mencetak semua foto-foto favorit kita dengan cepat langsung dari Kamera digital kita.  Kita tidak perlu lagi memerlukan seperangkat komputer untuk mentransfer terlebih dahulu gambar digital yang ada di kamera  ke dalam hard drive.  Namun sayangnya alat ini hanya bisa digunakan apabila kita memotret dengan menggunakan Digital Camera Powershot A200.  Pada saat akan mencetak gambar, kita bisa memilih foto yang ingin dicetak langsung dari layar display Canon digital camera.  Resolusi gambar yang dihasilkan oleh alat ini adalah 300 X 300 dpi.      
Ada beberapa hal atau tips yang harus diperhatikan pada waktu pencetakan gambar ke atas media kertas (contoh cara pencetakan disini  menggunakan printer foto Canon S820) , diantaranya adalah :
  • Aktifkan Program Adobe Photoshop 7.
  • Bukalah Gambar yang akan di cetak. Buka menu File>Open>Pilih lokasi dokumen pada look in dimana file gambar yang akan dicetak berada.
  • Koreksilah/olah terlebih dahulu gambar yang akan dicetak, apabila memang diperlukan.  Setelah selesai maka kita langsung kita cetak, dengan cara membuka menu File>Print/ Print With Preview.  Dianjurkan agar pencetakan dilakukan dengan menggunakan Print with Preview yang memperlihatkan perbandingan luas foto dengan luas bidang cetak.  Bila foto melebihi bidang cetak, kita sebaiknya menyesuaikan ukurannya.
  • Aturlah beberapa tab penting sebelum menekan perintah OK. Tab penting yang pertama adalah tab utama (Main).  Pada Tab ini kita perlu mengatur atau menentukan : Jenis media cetak (plain paper, photo paper ro, glossy photo paper, high gloss photo paper); Kualitas pencetakan (standard, draft, custom, yaitu pilihan fast sampai fine); Color adjusment (auto dan manual).
  • Mengatur tab penting yang kedua, yaitu Effect yang berisi :  Pilihan Vivid photo; pilihan Image Optimizer dan pilihan Photo Optimizer PRO.  Disarankan sebaiknya pada saat akan mencetak kita menggunakan pilihan Vivid photo dan Photo Optimizer Pro yang akan memberikan cetakan yang sempurna.
  • Mengatur tab penting yang ketiga, yaitu Maintenance, yang berisi pilihan sistem koneksi antara Personal Computer kita dengan Printer yang digunakan (USB dan Paralel).
  • Apabila kita telah mengatur bagian-bagian di atas, maka kita bisa langsung mencetaknya dengan meng-klik tombol OK.

PENCETAKAN TANPA MELALUI KOMPUTER

            Adanya proses inovasi yang terus berkembang setiap saat di bidang teknologi, memberikan efektifitas yang begitu nyata pada diri kita di dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.  Salah satu perkembangan yang memberikan manfaat, khususnya bagi para fotografer, baik amatir maupun professional adalah hadirnya suatu teknologi Print Image Matching (PIM), yaitu suatu teknologi yang memungkinkan pencetakan secara langsung dari kamera digital ke printer tanpa bantuan komputer.  Selain itu, teknologi ini pun memungkinkan kamera digital dan printer untuk mengontrol kualitas cetak, tanpa harus melalui komputer.  
PIM merupakan sebuah teknologi hasil kerjasama Seiko Epson dengan 11 vendor kamera digital.  
            Cara kerja PIM ada dua, yang pertama adalah kamera yang dilengkapi fasilitas PIM merekam gambar dalam format JPEG sesuai dengan fasilitas pada kamera, tanpa melalui komputer, printer langsung bisa membaca data data JPEG pada file sesuai dengan yang direkam pada kamera, lalu bisa langsung kita cetak  (tersedia software photo quicker).  Cara kedua adalah cara yang biasa dipakai yaitu data disimpan pada file, lalu diolah melalui komputer dan dicetak.  Kekurangan teknologi ini adalah tidak menawarkan penyimpanan dalam format TIFF (format standar untuk pencetakan), sebab data dalam format JPEG telah dikompres, sehingga ada informasi yang hilang dan hasilnya belum maksimal.  Sedangkan kelebihan dari printer dengan teknologi PIM (contoh : Epson Stylus 850) ini adalah printer dilengkapi dengan tombol perintah yang mampu mengatur ruang warna, level gamma dan reproduksi warna.  Kamera digital merekam warna dalam ruang sRGB, sementara layar komputer hanya bisa membaca RGB saja, sehingga sewaktu hendak dicetak ada informasi yang hilang dan hasilnya tentu akan berbeda.             
 







 












 








                                                                                                                             
















PANDUAN PRAKTIKUM




            Panduan praktikum ini bertujuan agar mahasiswa yang mengikuti dapat terarahkan dengan baik. Praktikum ini tidak dilaksanakan dengan nomor urutan praktikum tapi disesuaikan dengan keadaan. Setiap praktikum mahasiswa diharuskan mengisi kartu praktikum yang telah disediakan dan membuat laporan tertulis praktikum setiap pelaksanaan praktek.

Berikut ini praktikum yang akan dilaksanakan:
1.      Memotret dengan Film Hitam Putih (BW)
Peralatan dan Bahan         : Kamera, Lensa, dan Film Hitam Putih
Waktu Pelaksanaan           : Fleksibel
Lokasi                               : Fleksibel
Tujuan                               : Dapat mengekpresikan jiwa seni melalui film hitam putih
Keterangan                        : Kelompok

2.      Cuci Cetak Film Hitam Putih
Peralatan   dan Bahan       : Enlarger, kertas negatif dan obat film
Waktu Pelaksanaan           : Fleksibel
Lokasi                               : Kamar Gelap Fakultas Peternakan IPB
Tujuan                               : Mahasiswa dapat menguasai cara mencuci dan mencetak film
 hitam putih
Keterangan                        : Kelompok dan Individu

3.      Memotret dengan Film Berwarna
Peralatan dan bahan          : Kamera, lensa tele, lensa zoom, lensa normal dan film
Waktu pelaksanaan           : Fleksibel
Lokasi                               : Fleksibel
Tujuan                               : Mahasiswa dapat memotret dengan film hitam putih dan
mengetahui pencahayaan yang baik dengan film
Keterangan                        : Kelompok

4.      Memotret Alam
Peralatan dan Bahan         : Kamera, lensa normal, lensa tele, lensa zoom, lensa makro,
Tripot dan film ASA 100 dan ASA 200
Waktu pelaksanaan           : Akhir UTS atau waktu UTS Fotografi
Tempat                              : BEBAS. Alternatif pilihan Taman bunga Nusantara- Cianjur.
Tujuan                               : Mengeksperesikan jiwa fotografi melalui alam.

Keterangan                        : Biaya transportasi dan biaya masuk taman bunga ditanggung
 oleh mahasiswa

5.      Memotret Model
Peralatan dan bahan          : Kamera, lensa normal, lensa zoom dan film warna
Waktu pelaksanaan           : fleksibel
Lokasi                               : Taman Rektorat IPB
Tujuan                               : Dapat memotret dan mengetahui perbedaan foto potret dengan
Pasfoto dan teknik foto close-up.
Keterangan                        : Kelompok

6.      Memotret keramaian
Peralatan dan bahan          : Kamera, lensa normal, lensa tele, lensa zoom
Waktu pelaksanaan           : Fleksibel
Lokasi                               : Fleksibel (Jalan Raya, Pasar dll)
Tujuan                               : Mengetahui teknik pemotretan di keramaian
Keterangan                        : Kelompok


7.      Memotret IPB
Peralatan dan Bahan         : Kamera, lensa normal, lensa tele, lensa zoom, tripot dan
film
Waktu pelaksanaan           : Fleksibel
Lokasi                               : Lingkungan Kampus IPB
Tujuan                               : Bisa mengenali lingkungan IPB & Memvisualisasikannya ke           
                                            dalam media foto.
Keterangan                        : Kelompok

8.      Memotret malam hari
Peralatan dan Bahan         : Kamera, lensa normal, lensa zoom, lensa tele dan film
Waktu pelaksanaan           : Fleksibel (selepas maghrib)
Lokasi                               : Fleksibel (Jalan Raya)
Tujuan                               : Mengetahui teknik pemotretan dimalam hari & penggunaan
                                            fasilitas Bulb (B)
Keterangan                        : kelompok

9.      Memotret benda-benda kecil
Peralatan dan Bahan         : Kamera, lensa makro film
Waktu pelaksanaan           : Fleksibel
Lokasi                               : Fleksibel
Tujuan                               : Mengetahui teknik pemotretan benda-benda kecil dg lensa
                                            khusus.
Keterangan                        : Kelompok

10.  Membuat Kamera Lubang Jarum
Peralatan dan Bahan         : 1 buah kaleng susu 800 g, aluminium foil (bekas rokok),
1 kaleng cat semprot warna hitam, 1 gulungan lakban hitam, 1 gulung doubletape, karton hitam (ukuran 30 cm), karet (secukupnya). 1 buah Cutter, 3 buah Jarum jahit, 1 buah gunting, 1 kaca atau mika (ukuran 15 cm), 1 lembar Amplas besi.
Waktu pelaksanaan           : Fleksibel
Tempat                              : Ruang kuliah Fakultas Peternakan
Tujuan                               : Mengetahui cara pembuatan kamera lubang jarum sebagai
 alternatif kamera untuk pemotretan terutama untuk seni
Keterangan                        : Kelompok




































DAFTAR PUSTAKA







Anonim. Tanpa tahun. Dinax 505 Si. PT. Minolta. Jepang.
_______. Tanpa tahun. Nikon Photoraphic Accessoris. Nikon Corporation. Tokyo.
_______. 1996. Komposisi. Fotomedia, Agustus. PT. Prima Infosarana Media. Jakarta.
_______. Tanpa tahun. Pedoman Fotografi 35 mm. PT. Kodak. Jakarta.
ARPS, Ray Hayward. 1999. The Craft of Photography. Dahara Prize. Semarang.
Drajat, Ray Bachtiar. 2001. Memotret dengan Kamera Lubang Jarum. Puspa Swara. Jakarta.
Feininger, Andreas. 1999. The Complete Photographer. Unsur Utama Fotografi. Dahara Prise. Semarang.
_______________. 2000. The Complete Photographer. Segi Teknik Fotografi. Dahara Prise. Semarang.
Giwanda, Griand. 2001. Panduan Praktis Belajar Fotografi. Puspa Swara. Jakarta.
Lezona, Daniel. 1999. The Compact and Digital Camera Handbook. Three Rivers Press. New York.
Sundardi F. 1979. Mari Memotret Menggunakan Kamera Foto. Erlangga. Jakarta.
Suleiman, Amir Hamzah. 1977. Petunjuk untuk Memotret. PT. Gramedia. Jakarta.
Yanto, Sri. 1997. Profesional Photografi. CV Aneka. Solo.












“BAGIAN-BAGIAN KAMERA SLR”








A. Diafragma
B.Cermin Pemantul
C.Tabir Fokus/Focusing /Screen
D.Penta Prisma
E.Tirai Rana

F.Jendela Pembidik/View Finder

 

 




LENSA

 
                                         














         Gerigi landasan Film
 
Back Cover
 

View Finder

 
Batang Penggulung
Balik Film
 
Gelendong Penjepit film / penarik Film
 
       FILM
 
     


    













Nikon F5
                 H                     hal                                     Hal.68




















Komposisi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar