1. PENDAHULUAN

1.
Pengertian Fotografi
Siapakah
di dunia ini yang bisa mengatur seorang maharaja atau presiden yang paling
berwibawa dan berkuasa sekalipun? Jawabannya bisa hampir bisa dikatakan hampir
tidak ada, selain tukang cukur dan fotografer. Demikian anekdot mengenai
fotografi.
Kita mungkin sering mendengar istilah Fotografi dalam kehidupan ini
namun demikian mungkin hanya segelintir orang yang mampu mengetahui, memahami,
dan menguasai keterampilan salah satu bidang ilmu ini. Istilah fotografi berasal
dari dua buah kata yang berbeda, foto dan grafi. Foto artinya
cahaya dan grafi artinya melukis atau menggambarkan, dengan demikian jika
dipahami menurut istilah kata tersebut, pngertian fotografi adalah melukis atau
menggambar dengan cahaya.
Pengertian fotografi sebenarnya tidak hanya
terbatas dari definisi kata perkata saja, tetapi dalam cakupan yang lebih luas
lagi dapat diartikan sebagai suatu proses pengambilan gambar dengan media
kamera, penciptaan gaya,
teknik, dan kemudian mengubahnya menjadi sebuah gambar. Gambar yang dihasilkan
dari proses fotografi merupakan gambar mati yang terbentuk dari proses
penyinaran. Fotografi yang kita kenal sekarang ini tidak langsung sempurna
dalam kelahirannya, akan tetapi melalui proses percobaan-percobaan yang begitu
panjang dalam pengembangannya.
2.
Sejarah dan Perkembangan Fotografi
Fotografi yang dikenal sekarang ini mempunyai sejarah perjalanan yang sangat panjang.
Bermula pada abad 12 SM dari keheranan seorang pedagang Arab, Ibnu al Haitam
yang menyaksikan gambar unta terbalik di dalam kemahnya melalui sebuah lobang
kecil. Penemuan mana kemudian dilanjutkan dan dikembangkan oleh seorang
terkenal Leo Nardi da Vinci melalui ciptaannya yang dinamakan kamera Obscura.
Pelukis di jaman itu menggunakan kamera Obscura untuk membuat siluet dari
model-modelnya. Maklum, film belum dikenal manusia pada masa itu.
Gambar kamera Obscura
Sumber: Majalah Foto
Media No. 1 Tahun III, Juni 1995
Era kamera obscura ini makin berkembang di masa Johanes Kepler
(1571-1630). Bahkan, pada abad ke-19, beberapa kamera obscura berukuran
besar mulai dibangun, antara lain Royal Mile, Eidenberg, The Great Union Camera
at Douglas, Isle of Man, The Clifton Observatory at Bristol, England, The
Camera Obscuraatt Port Meiron, North Wales, The Giant Camera at Cliff House,
San Fransisco, The Camera Obscura at Santa Monica, dan California. Selain
diarahkan untuk pembelajaran, pembangunan kamera obscura besar ini
difungsikan pula sebagai alat hiburan.
Pada perkembangan berikutnya dilakukanlah percobaan-percobaan oleh para
ilmuan. Diantaranya: tahun 1782 seorang yang bernama Thomas Wegwood yang
berasal dari Inggris, membuat suatu cara pemindahan gambar yang terdapat pada
plat kaca dengan bantuan cahaya ke atas kertas yang dibuat peka terlebih
dahulu. Gambar yang dihasilkan tidak stabil, yaitu bila terkena sinar akan
hilang. Penemuan ini tidak diperbanyak.
Perkembangan berikutnya di tahun 1822, Josep Nicep Hore Niepce yang juga
berasal dari Inggris, mengadakan percobaan yang cukup lama dan akhirnya
menemukan metode terbaru, yakni melumarkan larutan aspal dalam minyak lavender
keatas plat timah hitam dan putih.. Dengan penyinaran yang lamanya sampai
berjam-jam, didapat gambar yang berbentuk positif.
Tahun 1939 revolusi dunia fotografi terjadi lagi. Kali ini lebih bisa
dikatakan berhasil, sebab penemuannya sendiri, yakni Louis Jaques Mande Deguere
berhasil membuat permanen hasil potretannya. Dengan keberhasilannya tersebut,
dia mendapat penghargaan dari penguasa saat itu, Raja Louis Philipe.
Sekitar tahun 1855, masih berkebangsaan Inggris, William Henry Fox
Tablot berhasil membuat potret rumahnya dengan kamera buatannya sendiri yang
diberi nama “Pinhole Kamera”. Tidak hanya itu saja keberhasilan Fox Tablot,
sejarah telah mencatat bahwa dirinyalah orang yang mula-mula berhasil
menggunakan obat penimbul untuk menimbulkan bayangan permanen hasil pemotretan.
Revolusi dunia fotografi terus berkembang. Puncaknya adalah seorang
bernama George Eastman, berasal dari Amerika. Pada tahun 1879 berhasil membuat
plat-plat peka cahaya dalam jumlah yang banyak sekaligus, yang mula-mula hanya
dibuat dalam jumlah yang sangat terbatas. Di tahun 1888 Eastman telah berhasil
menjual kamera boxnya. Puncak debut Eastman adalah tahun 1891, dia berhasil
memasarkan gulungan film yang bisa dipasang pada kamera dalam kondisi terang
cahaya.
Sementara itu perkembangan teknologi kamera sebagai kamera penerus
cahaya berjalan seiring dengan perkembangan teknologi kimia peka cahaya sebagai
bahan dasar membuat emulsi film. Salah seorang pembuat kamera yang sangat
terkenal adalah Ernst Leitz dari Wetzlar (Jerman) yang menciptakan kamera yang
berukuran 135 mm pertama pada tahun 1920 yang tetap bertahan hingga saat ini.
Selanjutnya dengan berkembangnya teknologi arus lemah di era 70an , kamera yang
semua “Full Mechanic” berangsur menjadi “Full Electronic”. Semua perhitungan
pencahayaan hingga penggulungan film berlangsung secara elektronik. Segala
sesuatu menjadi lebih cepat, lebih mudah dan lebih pasti mutu hasilnya.
Tetapi sementara itu dari sisi yang lain muncul sebuah teknologi baru
yang dikenal dengan nama kamera digital. Teknologi digital kemudian berkembang
dengan sangat cepat melahap semua segmen teknologi yang ada dalam kehidupan manusia modern
termasuk bidang fotografi. Secara revolusioner, bahan peka cahaya yang semula
berupa unsur-unsur kimia dalam bentuk film itu kini peranannya diambil alih
oleh sel-sel peka cahaya yang meneruskan citra digital yang dihasilkan oleh
permukaannya ke dalam sebuah memory penyimpanan digital yang setiap diinginkan
siap menampilkan image yang disimpannya, melalui sebuah layar monitor yang
terdapat pada setiap kamera digital.
Pembuatan gambar kini tidak tergantung pada film lagi. Demikian juga
hasilnya “instant” sangat mengancam kehadiran film dan kelangsungan lab-lab
foto tradisional yang ada. Sebagai gantinya, muncul lab digital yang lebih
canggih dan akrab lingkungan karena bebas bahan kimia. Lebih dari itu teknologi
digital selain mempermudah proses penyimpanan gambar, turut pula mempercepat pengiriman
image dari satu tempat ke tempat lain hanya melalui sebuah telepon genggam yang
dioperasikan dari sebuah tempat yang jauh dari kehidupan modern, berkat jasa
satelit telekomunikasi yang mampu menghubungkan semua bagian dunia ini dengan
memanfaatkan Teknologi Informasi di dalamnya yang populer dengan nama Internet.
Menurut Marvyn J. Rosen (1993), fotografi digital memilki beberapa
keunggulan.
·
Hasil pemotretan dapat dilihat lebih cepat. Dengan
dukungan peralatan elektronik, karya foto dapat digunakan untuk pameran
(display), penerbitan, dan pengiriman foto jarak jauh (melalui e-mail) dalam
waktu yang relatif singkat.
·
Relatif lebih murah karena tidak menggunakan film
(bebas biaya cetak).
·
Mudah dalam pengoperasian.
·
Lebih mudah diproses. Dukungan komputerisasi dapat
memberikan efek khusus, seperti penyesuaian kontras foto dan koreksi warna.
·
Hasil yang permanen (tahan lama). Foto digital
tidak akan mengalami perubahan, baik warna maupun ketajaman gambarnya. Berbeda
dengan karya foto konvensional yang dapat berubah warna (rusak) jika melewati
masa kadaluarsa.
·
Ramah lingkungan. Fotografi digital tidak
menggunakan bahan kimia yang dapat merusak lingkungan.
Ditinjau dari aspek teknis dan sistem, fotografi
digital masih memilki beberapa kekurangan. Pada aspek teknis, masalah resolusi
atau kehalusan gambar hasil foto digital belum setara dengan hasil foto
konvensional. Walaupun dapat diatasi, kamera dengan resolusi tinggi harganya
sangat mahal. Pada aspek sistem, diperlukannya peralatan penunjang seperti,
mesin pencetak (printer), modern, dan telepon. Kondisi tersebut belum
tentu dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat.
2. KAMERA FOTO

Kamera adalah alat untuk merekam gambar pada permukaan film. Sebagai alat perekam optis, kamera mampu merekam apa yang terlihat oleh lensa. Dalam hal ini, lensa kamera bertindak sebagai mata. Kemampuan kamera untuk merekam sesuatu yang terlihat dapat disamakan dengan mekanisme perekaman pada tape recorder.
1. JENIS-JENIS KAMERA
Saat
ini, berbagai jenis kamera dapat dijumpai di pasaran. Jenis-jenis kamera
tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan sistem pengamatan, format, dan sistem
bidiknya.
1) Pengelompokan kamera berdasarkan sistem pengamatan
a. Kamera non refleks
Kamera non refleks adalah kamera yang tidak menggunakan cermin putar untuk memantullkan objek gambar pada bidang pengamatannya. Contoh
kamera non refleks adalah Kamera Polaroid/Instant (Kamera langsung jadi) dan
kamera kompak/pocket.
b. Kamera refleks
Kamera refleks adalah kamera yang menggunakan cermin putar untuk
memantulkan objek gambar pada bidang pengamatannya. Yang termasuk kamera
refleks adalah jenis kamera SLR (single lens refleks) atau RLT (refleks lensa
kembar) dan kamera TLR (twins lens refleks) atau RLK (refleks lensa kembar).
Kamera SLR memilki fasilitas yang cukup lengkap, bobotnya tidak terlalu berat
sehingga mudah dibawa kemana-mana. Kamera ini merupakan kamera yang biasa
digunakan oleh fotografer amatir dan profesional.
2) Pengelompokan kamera berdasarkan formatnya
Film terdiri dari film negatif dan positif. Kedua jenis film tersebut mempunyai ukuran yang berbeda-beda atau dinamakan format film. Format film disesuaikan dengan jenis kamera yang digunakan. Pengelompokan kamera berdasarkan format filmnya diuraikan berikut ini.
a.
Kamera format 35 mm (small format camera)
Kemera ini menggunakan format film 35 mm. Kelebihannya adalah enak
dipegang, fleksibel, dan ringan. Kekurangannya adalah pada hasil pembesaran
foto. Foto yang masih bisa dicetak dengan hasil yang baik, biasanya hanya
seukuran majalah.
b.
Kamera format medium (medium format camera)
Kamera ini menggunakan format film 120 mm. Umumnya digunakan untuk
memotret objek orang, potrait, atau foto model.
c. Kamera format besar (large format camera)
Kamera format besar biasanya disebut view camera. Kamera ini
menggunakan film 4x5 inci atau 8x10 inci. Umumnya, digunakan untuk pemotretan
studio dan memilki bukaan diafragma yang kecil (f/45, f/90). Akibatnya, kamera
ini mampu menambah ruang tajam gambar sehingga detil gambar semakin baik.
3) Pengelompokan kamera berdasarkan sistem
bidiknya
Pengelompokan kamera berdasarkan sistem bidiknya diuraikan berikut ini.
a.
View camera
Pada view camera, pembidiknya dilakukan secara horizontal dan
langsung pada lensa utama kamera. Proyeksi gambar terbalik dari obyek benda
yang dibidik. Umumnya, kamera ini digunakan untuk pemotretan still life
di studio karena dapat menyempurnakan perspektif dan menambah ruang tajam.
Dengan cara ini, detil benda dapat ditampilkan secara sempurna.
- Single lens reflect (refleks lensa tunggal)
Sistem bidik view
camera
Pembidikan kamera ini dilakukan secara
horizontal dan berpandangan langsung dengan lensa utama. Lensa berfungsi
untuk meneruskan bayangan obyek ke pembidik dan meneruskan bayangan obyek ke
film. Apabila tombol pelepas ditekan, cermin akan terangkat ke atas sehingga
tidak menghalangi objek ke dalam film. Lensa kamera ini dapat dibuka dan
diganti dengan lensa lain. Kamera ini sangat populer dan cara kerjanya pun
sangat praktis.
c.
Twin lens reflect (refleks lensa kembar)
Pembidikan kamera ini dilakukan secara vertikal
pada bagian atas lensa dan tidak langsung ke lensa utama (lensa bagian bawah).
Lensa bagian atas berfungsi untuk menangkap obyek yang dipantulkan oleh cermin
ke pembidik, sedangkan lensa bagian bawah berfungsi menangkap obyek untuk
diteruskan ke film. Kedua lensa bergerak bersama-sama sampai obyek yang akan
dipotret tampak menyatu. Kamera jenis ini sudah jarang digunakan.
Sistem bidik twins
lens reflect
d.
View finder camera (range finder camera)
Pembidik kamera ini dilakukan secara horizontal dan
tidak langsung pada lensa utama, tetapi melalui jendela bidik ke objek yang
akan dipotret. Penentu jarak (fokus) dibantu oleh sebuah lensa kecil yang
berada di samping pengamat bidikan sehingga menimbulkan bayangan. Jika gelang
pengatur jarak (ring fokus) diputar, bayangan akan bergerak sampai bersatu
dengan objek yang akan dipotret. Lensa utama kamera ini tidak bisa ditukar atau
dilepas.
Sistem Bidik view
finder camera
2. MENGENAL KAMERA FORMAT BESAR
Kamera format besar mungkin tidak begitu memasyarakat seperti layaknya
kamera SLR 35 mm. Banyak orang jauh lebih familiar dengan kamera SLR 35 mm,
yang perkembangannya terasa sangat progresif dan inovatif.
Catat saja perkembangan kamera SLR
35 m yang kini sudah serba elektronik dan canggih. Mulai dari yang sekedar
otofokus, sampai yang menggunakan teknologi digital, seperti Nikon-Fujix E2
atau Canon-Kodak DCS 5 misalnya.
Satu hal yang mungkin membuat orang
tetap menggunakan kamera format besar adalah: Presisi. Demi presisi ini banyak
fotografer merasa perlu keluar sedikit lebih untuk menggunakan kamera format
besar.
Meski penggunaannya tidaklah mudah,
tetapi di tangan yang terlatih, hasil
penggunaan kamera format besar jauh lebih baik dari kamera biasa. Foto
arsitektur misalnya, bias diambil sebagai contoh yang paling sederhana untuk
memperlihatkan kelebihan kamera format besar.
1) Kelebihan kamera format besar:
·
Mampu memotret bangunan yang jangkung sehingga
tampak utuh, jika menggunakan kamera SLR 35 mm akan terlihat mau roboh.
·
Bidang lensa kamera format besar memilki tempat
yang terpisah dengan filmnya. Bidang film dan bidang lensa tersebut dihubungkan
dengan belalai yang lentur, sehingga koreksi antara film dan lensa bias dengan
leluasa diatur.
·
Kamera format besar bias menurunkan letak bidang
film menjadi lebih rendah dari bidang lensa.
·
Kamera format besar lebih akurat menghasilkan
gambar disbanding kamera SLR 35 mm.
2) Kelemahan kamera Format besar:
·
Tidak bias digunakan untuk pemotretan yang spontan,
karena bentuk kamera yang besar.
·
Hanya bisa digunakan dalam studio foto.
3) Bentuk Kamera Format Besar
Bentuk kamera format besar tidak
banyak berubah sampai sekarang. Artinya, sebuah kamera format besar tersusun
dari dua buah panel yang satu sama lain dihubungkan dengan belalai fleksibel (bellows).
Bentuk
kamera format besar
Pada panel bagian depan biasanya diletakan lensa,
rana, dan diafragma. Sedangkan panel bagian belakang dipakai untuk menempatkan ground
glass sebagai focusing screen. Saat pengambilan gambar, ground
glass tersebut dilepaskan dari tempatnya, untuk digantikan dengan magasin
film lembaran (sheet film holder).
Penel bagian depan biasanya disebut sebagai bidang
lensa (Lens board) dan panel belakang biasa disebut bidang film (film
board). Kedua panel tersebut dihubungkan dengan belalai yang fleksibel,
untuk membatasi cahaya yang masuk. Secara keseluruhan bagian-bagian itu
biasanya diletakan di atas sebuah rel memanjang atau poros berbentuk pipa.
Pada model-model awal, biasanya rana dan diafragma
menyatu pada lensa. Sehingga rana dan diafragma harus dibuka, agar cahaya yang
jatuh di ground glass cukup memadai, sehingga pemfokusan menjadi mudah
dilakukan.
Setelah pemfokusan selesai kemudian pencahayaan
diukur, dan pemotretan dilakukan dengan menutup rana serta diafragma sesuai
cahaya yang dibutuhkan. Setelah rana dan diafragma ditutup sesuai ukuran
pencahayaan, baru dimasukan magasin film untuk melakukan pemotretan.
Dengan lensa yang memilki rana menyatu, setiap kali
pemfokusan dan pengukuran cahaya diulangi, maka praktis rana harus dibuka
kembali, agar cahaya yang masuk ground glass cukup terang. Tapi kini
kamera bias dilengkapi rana khusus yang bias membuka tutup secara otomatis saat
dipergunakan. Rana ini adalah teknologi yang dikembangkan Sinar, dan biasa
disebut dengan istilah Copal shutter.
Kebutuhan lensa pada kamera juga berbeda dengan
kamera SLR 35 mm. Untuk kamera format besar ada satu factor penting yang
menunjukan mutu sebuah lensa. Factor itu biasa disebut dengan istilah angles
of fild. Istilah ini menunjukan luas cakupan sebuah lensa, untuk bias
memberikan ruang terhadap pergerakan kamera. Semakin tinggi angles of field
sebuah lensa, membuat ruang gerak kamera akan semakin leluas dilakukan.
Lensa dengan angles of field yang besar,
umumnya dipakai untuk pemotretan arsitektur atau indutri. Dimana kamera
memerlukan ruang gerak yang luas, untuk melakukan koreksi perspektif maupun
distorsi.
Ada
juga lensa dengan angles of field yang kecil, untuk keperluan pemotretan
jarak dekat (makro). Lensa dengan angles of field yang kecil ini
biasanya memilki ketajaman yang sangat tinggi.
4) Gerakan Kamera
Lensa dan film pada kamera format besar dipisahkan
oleh belalai yang lentur. Karena itulah lensa dan film pada kamera format
besar, sangat memungkinkan untuk digerakan ke beberapa arah. Gerakan tersebut
biasa dilakukan ke beberapa arah. Gerakan tersebut biasa dilakukan untuk
mengendalikan ruang tajam, distorsi, komposisi, dan factor-faktor lain yang
akan mempengaruhi tampilan gambar.
Gerakan kamera dalam pemotretan format besar ini
biasa dikenal dengan istilah swing, tilt, shift serta rise and fall.
Istilah swing digunakan untuk menyebut gerakan bidang lensa atau film,
yang diputar pada porosnya ke kiri dan ke kanan. Gerakan ini akan membuat
bidang film atau lensa tersebut seolah miring ke kiri atau ke kanan.
Skema
gerakan kamera format besar
Kemudian tilt adalah gerakan menekuk ke atas
atau ke bawah, sehingga posisi bidang lensa dan film menjadi mendongak atau
menukik. Sedangkan shift adalah istilah untuk menyebutkan gerakan bidang
lensa atau film yang bergesar ke kiri atau ke kanan. Gerakan rise and fall
juga dilakukan dengan menggeser bidang lensa atau film ke atas dan ke bawah.
Istilah rise untuk menggeser ke atas, dan fall untuk menggeser ke bawah.
Semua gerakan beserta seluruh kombinasinya tersebut
selalu diterapkan saat melakukan pemotretan. Tahapan yang biasa dilakukan dalam
pengaturan kamera format besar tersebut biasa diringkas sebagai berikut:
1. Yang
pertama dilakukan biasanya menggeser bidang film dan lensa menjauh atau
mendekat satu sama lain, untuk mendapatkan fokus sementara dari sebuah objek.
2. Selanjutnya
lakukan gerakan shift, rise dan fall untuk mengatur
komposisi gambar yang nantinya bakal tampil di bidang film.
3. Kemudian
baru dilakukan gerakan lainnya yaitu tilt dan swing pada bidang
film, untuk melakukan koreksi terhadap distorsi atau perspektif.
4. Setelah
bidang selesai diatur untuk mengkoreksi distorsi. Selanjutnya tilt dan swing
dilakukan juga pada lensa, untuk mengatur ketajaman tampilan gambar.
5. Dari
penerapan semua gerakan-gerakan di atas, maka pemfokusan harus dilakukan
kembali, karena dari pemfokusan yang pertama mungkin sudah banyak terjadi
perubahan. Sehingga jika diperlukan pemfokusan biasa diulang kembali, dan
selanjutnya ditentukan ruang tajamnya (dept of field).
6) Ruang Tajam
Pengaturan
ruang tajam pada kamera SLR 35 mm atau medium, biasanya dilakukan dengan menentukan
bukaan diafragma lensa (aperture). Untuk menentukan ruang tajam yang
dipilih, pemakai kamera SLR 35 mm dan medium, biasa dibantu oleh skala ruang
tajam yang pada lensa, atau tombol depth of field check pada kamera.
Pada kamera format besar, fasilitas
seperti itu tidak ada. Karena kameranya tidak memilki tombol dept of field
check, sementara lensanya juga tidak dilengkapi dengan skala ruang tajam.
Namun demikian ruang tajam pada penggunaan kamera format besar ini, sepenuhnya
ada di bawah kendali fotografer. Artinya si fotografer sendiri biasa menentukan
berapa besar ruang tajam yang akan tampil dalam fotonya.
Cara untuk melakukan ruang tajam
ini, biasa dengan melakukan gerakan swing pada bidang film, bidang
lensa, atau kedua-duanya. Biasanya untuk mengatur ruang tajam dilakukan gerakan
swing pada lensa saja. Karena menggerakan bidang film akan berpengaruh
pada perspektif gambar yang dihasilkan.
3.
KAMERA SLR
1) Bagian-bagian kamera SLR
Bagian-bagian pada setiap kamera SLR memilki bentuk yang berbeda, tetapi
fungsi dan kegunaannya tetap sama. Berikut ini diuraikan bagian-bagian yang
terdapat pada kamera SLR.
Bagian-bagian pada
kamera SLR manual
1.
Tuas pengokang film (film advance lever), untuk menyiapkan kamera
pada posisi siap bidik, sekaligus memajukan film ke bingkai berikutnya.
2.
Tuas bidikan ganda (multiple exposure lever), untuk memasang
kamera pada posisi siap bidik tanpa memajukan film ke bingkai berikutnya. Alat
ini digunakan untuk melakukan pemotretan pada bingkai yang sama lebih dari satu
kali. Umumnya, alat ini dipakai bersamaan dengan pengokang film.
3.
Gelang kecepatan rana (shutter speed ring), gelang penunjuk
kecepatan. Jika gelang kecepatan menunjukan angka 60, artinya kecepatan tirai
rana untuk meloloskan cahaya adalah 1/60 detik.
4.
Gelang kecepatan film, ASA/ISO (film speed ring), gelang penunjuk
angka ISO film.
5.
Sepatu lampu kilat (hot shoes contact), tempat untuk memasang
lampu kilat pada kamera.
6.
Terminal sinkronisasi lampu kilat (sync cord terminal), soket
untuk memasang kabel tambahan yang dihubungkan dengan lampu kilat.
7.
Gelang kompensasi pencahayaan (exposure compensation ring), untuk
mengatur jumlah pencahayaan yang lebih banyak atau sedikit dari jumlah yang
ditunjukan oleh gelang kecepatan.
8.
Tuas penggulung balik (film rewind crank), untuk menggulung film
kembali ke dalam selongsongnya.
9.
Kunci pelepas lensa (lens release button), tombol untuk memasang
atau melepaskan lensa.
10. Tuas pengontrol ruang tajam (dept-of-field
preview lever), untuk mengetahui ruang tajam yang dapat direkam oleh
kamera.
11. Penangguh waktu (self timer),
tuas yang digunakan jika pemotret ingin ikut berpose.
12. Tombol pelepas rana (shutter
release button), untuk menjepretkan kamera (memotret).
13. Jendela penghitung (frame
counter), untuk melihat jumlah bingkai film yang sudah terpakai.
14. Gelang fokus (focusing ring),
untuk mengatur fokus.
15. Gelang diafragma (aperture
ring), untuk mengatur pemilihan bukaan diafragma.
2). MODEL-MODEL KAMERA SLR/RLT
Kamera Single Lens Reflex memiliki beberapa model berdasarkan
fasilitas dan cara pengendalian kameranya.
Model-model tersebut diantaranya adalah :
- Kamera SLR Manual. Kamera SLR model ini adalah kamera yang bekerja secara full mekanik. Pengoperasian kamera model ini tidak bergantung pada penggunaan daya baterai. Baterai yang ada pada kamera ini digunakan sebagai daya untuk beroperasinya pengukur cahaya kamera. Apabila baterai yang ada pada kamera ini habis, maka yang tidak berfungsi hanyalah pengukur cahaya tersebut, sedangkan kamera masih bisa kita gunakan untuk memotret. Sistem yang ada pada kamera ini sangat sesuai bagi orang-orang yang senang menjelajah medan rawan seperti mendaki gunung, berlayar, berkemah pada dataran tinggi, menjelajah hutan dan goa. Contoh Kamera yang termasuk dalam model kamera manual ini diantaranya adalah Kamera Nikon FM2, Leica R6, Pentax K 1000 dan masih banyak lagi yang lainnya. Adapun mode pengukuran yang dipakai pada kamera model ini adalah Manual (M), artinya kita mengatur secara manual, baik pada bukaan diafragma maupun speed rana.
|

|

- .Kamera SLR Otomatik. Kamera model ini merupakan kamera elektronik, sehingga semua fungsi kerja kamera sangat tergantung pada daya baterai yang digunakan, dengan kata lain apabila daya baterainya habis maka kamera tersebut tidak bisa kita gunakan untuk memotret. Kamera SLR otomatik memiliki mode pencahayaan otomatik, akan tetapi pada tiap merk kamera belum tentu memiliki fasilitas otomatik yang sama. Secara umum, ada dua mode pencahayaan otomatik yang penting yaitu mode Otomatik Prioritas Diafragma atau Aperture Priority(A) dan Otomatik Prioritas Rana atau Shutter Priority (S). Selain itu ada juga mode pencahayaan Manual (M). Pada mode A, pengaturan pencahayaan dilakukan dengan mengatur bukaan diafragma yang kita inginkan, sedangkan kecepatan rana diatur sesuai dengan petunjuk pengukur cahaya (light meter) kamera. Pada mode S, pengaturan pencahayaan dilakukan dengan memilih kecepatan rana yang kita inginkan, kemudian diafragma diatur menurut petunjuk pengukur cahaya kamera. Pada Mode M, pengaturan pencahayaan dilakukan oleh kita, dengan cara melakukan kombinasi pengaturan antara bukaan diafragma dan kecepatan rana. Setiap kali kita mengatur bukaan diafragma dan kecepatan rana, maka petunjuk pengukur cahaya akan menunjukkan apakah kombinasi yang telah kita atur tadi sudah tepat atau belum. Apabila belum tepat maka kita perlu mengatur kembali kombinasi bukaan diafragma dan speed hingga pengukur cahaya menunjukkan hasil yang tepat. Kamera SLR otomatik biasanya memiliki pengukur cahaya dengan menggunakan metode pembacaan rata-rata dengan pemberatan di tengah (Centre Weighted Average Metering), yaitu metode dimana kamera akan mengukur secara rata-rata seluruh kecerahan yang ditangkap pandangan kamera. Selain itu ada juga kamera model ini yang menggunakan metode pengukur Spot (Spot Metering), yaitu metode pengukuran dimana kamera membaca kecerahan pada area yang lebih sempit (seluas 2%-5%), di tengah ruang pandang kamera. Contoh merk kamera yang masuk ke dalam model ini adalah Nikon FA.
|

- Kamera SLR Program. Kamera model ini tidak jauh beda dengan kamera model Otomatik, yaitu merupakan kamera elektronik yang semua fungsi kerjanya bergantung pada daya baterai yang digunakan. Pada model kamera ini yang sedikit membedakan dengan model Otomatik adalah pada mode pencahayaannya. Kamera SLR Program memiliki mode pencahayaan Otomatik dan Program, yang membuat kerja perekaman gambar foto terasa lebih mudah, daripada mengendalikan kamera secara manual. Fasilitas Otomatik dan Program pada tiap-tiap merk terkadang berbeda-beda. Secara umum model kamera SLR Program menyediakan beberapa mode pengendalian pencahayaan, diantaranya adalah : Pencahayaan Program (Program/P), Otomatis Prioritas Diafragma (Aperture Priority/P), Otomatis Prioritas Rana (Shutter Priority/S) dan Manual (M). Kamera SLR Program, terutama model baru biasanya memiliki pengukur dengan metode : multi segmen, yaitu sistem pengukuran yang membagi bidang pandangan kamera menjadi beberapa segmen (biasanya menjadi 5 atau 8, bahkan lebih). Data pengukuran dari masing-masing segmen tersebut dipadukan dan dievaluasi oleh Prosessor kamera menjadi nilai pencahayaan tunggal. Pada beberapa model/merk kamera lain terdapat juga pengukuran secara Selective Metering dan Spot Metering. Salah satu contoh merk kamera yang masuk ke dalam model ini adalah kamera Minolta 7000.
|

- Kamera SLR Multi Program. Dampak perkembangan dari teknologi kamera dan penggunaan komputer mikro dalam kamera melahirkan kamera generasi baru, yaitu kamera Multi-Program. Adanya fasilitas program memungkinkan perekaman gambar pada media film secara otomatis sesuai dengan kecerahan pemandangan. Hal itu bisa menghindarkan fotografer dari berbagai kesulitan yang mungkin akan menghambat proses pemotretan. Dengan kamera Multi Program seorang fotografer memiliki pilihan pengendalian program yang lebih banyak, yang dapat membantu menghasilkan foto-foto dengan tampilan dan sajian yang lebih kreatif. Kamera Multi Program telah dilengkapi dengan fasilitas Otofokus (Auto Focus) yaitu pengaturan fokus secara otomatis. Pada umumnya kamera-kamera model ini memiliki berbagai fasilitas pengendalian pencahayaan yang terdiri atas :
a)
Mode Program Khusus (Spesial
Program). Program ini dirancang untuk
keperluan khusus, sehingga mempermudah fotografer untuk memperoleh foto yang
diinginkan tanpa harus direpotkan oleh berbagai masalah teknis dari setiap
bidang fotografi. Beberapa Program khusus
yang disediakan pada kamera model Multi Program, diantaranya seperti : Portrait
Program (fasilitas untuk pemotretan orang / pembuatan foto portrait), Landscape
Program (fasilitas untuk pemotretan Lanskap / pemandangan), Close-Up Program
(Fasilitas untuk pembuatan foto Close-Up), Sport Program (fasilitas
untuk pemotretan olah raga) dan masih ada yang lainnya seiring dengan munculnya
tipe-tipe baru pada kamera tersebut.
b)
Mode Program. Beberapa fasilitas pencahayaan program yang
tersedia pada kamera model ini (masing-masing merk kamera menyediakan fasilitas
program yang berlainan) adalah : Program(P), adalah program
pencahayaan yang bekerja dengan pilihan
diafragma dan kecepatan rana yang seimbang; High-Speed Program (PH/HP),
yaitu program pencahayaan yang bekerja dengan prioritas penggunaan kecepatan
rana tinggi; Inteligent Program, yaitu program yang membaca kondisi
cahaya, data-data lensa, film, bahkan fokus pandangan kamera, serta mengatur
kamera untuk bekerja pada kombinasi pencahayaan yang paling efektif untuk
mendapatkan hasil foto yang terbaik.
c)
Mode Otomatik. Ada
dua macam fasilitas pencahayaan otomatik yang salah satu, atau keduanya
tersedia pada kamera, yaitu Otomatik Prioritas Diafragma (Aperture Priority)
dan Otomatik Prioritas Rana (Shutter Priority).
d)
Mode Manual, yaitu pengendalian
pencahayaan, dimana pengaturan diafragma dan kecepatan rana, sepenuhnya
dilakukan oleh fotografer. Berbagai
fasilitas pencahayaan seperti ini disediakan agar para fotografer bisa mengembangkan
teknik dan kreatifitasnya, termasuk penggunaan pengendalian manual jika suatu
saat ketika dia mau menentukan sendiri pencahayaan yang dikehendakinya.
Untuk mendukung kemampuan kerjanya, kamera Multi-Program
biasanya dilengkapi dengan 3 model pengukuran, yaitu Pengukuran Multi Segmen,
Pengukur Selektif dan Pengukur Spot, yang telah terpasang pada
kamera sebagai perlengkapan standar.
Dengan demikian fotografer memiliki fasilitas pengukur yang lengkap
untuk mengatasi berbagai situasi cahaya.
Salah satu contoh merk kamera model Multi-Program ini adalah Kamera
Nikon F5, Leica R8 dan masih banyak lagi merk yang lainnya.
|
|
GAMBAR BAGIAN KAMERA MULTI-PROGRAM
(File BAG.K.MULTI-PROG.)
3) Cara kerja kamera SLR
Cara kerja kamera jenis SLR diawali dengan masuknya cahaya melalui
lensa. cahaya akan dipantulkan oleh kaca pembidik ke atas melalui layar, lalu
dipantulkan kembali secara tegak lurus ke luar melalui jendela pembidik. Fokus
tidaknya obyek akan terlihat pada layar. Pada saat rana ditekan, secara
otomatis cermin pembidik terangkat. Bersamaan dengan proses tersebut, tirai
rana terbuka sesuai dengan kecepatan yang diatur pada gelang kecepatan.
Dibelakang tirai rana inilah film dibentangkan sehingga cahaya yang masuk akan
mengenai film. Setelah tirai rana menutup kembali, cermin pembalik turun
seperti keadaan semula.
4.
Lensa
Merupakan
suatu alat untuk merubah benda atau objek yang akan dipotret menjadi bayangan
yang bersifat diperkecil, terbalik, nyata. Ada beberapa jenis lensa yang biasa digunakan
dalam membuat gambar foto dan kesemuanya itu memiliki kegunaan dan spesifikasi
yang berbeda, sehingga kita dituntut untuk menguasai kegunaannya. Melalui
panel-panel pada lensa kamera, fokus-tidaknya obyek dan bukaan diafragma dapat
diatur sesuai dengan kebutuhannya.
Panel-panel lensa kamera
Pada
dasarnya, lensa dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu lensa fix, lensa vario
focal (zoom), dan lensa spesial.
1) Lensa fix
Lensa fix
adalah lensa yang memilki panjang fokus (titik api) tunggal sehingga sudut
pandangnya tetap. Berikut beberapa jenis lensa fix
·
Lensa super wide, panjang fokus 17 mm atau
22 mm.
·
Lensa wide, panjang fokus 24 mm.
·
Lensa normal, panjang fokus 35 mm.
·
Lensa tele, panjang fokus 70 mm
·
Lensa super tele, panjang fokus di atas 70 mm.
Lensa Tele 77 mm
2) Lensa vario focal (zoom)
Lensa zoom
adalah lensa dengan panjang fokus yang berubah-ubah/ dapat bergeser sehingga
sudut pandangnya (angle of view) dapat diubah-ubah. Berikut beberapa jenis
lensa zoom.
·
Lensa dengan panjang fokus 17-35 mm.
·
Lensa dengan panjang fokus 21-35 mm.
·
Lensa dengan panjang fokus 70-210 mm.
Gambar lensa zoom 28-105mm (makalah ahmad)
Produk Tamron bisa digunakan untuk Kamera Canon AF, Minolta AF, Nikon
AF-D
3)
Lensa Spesial
Biasanya
lensa spesial digunakan untuk kepentingan khusus. Berikut beberapa lensa
spesial:
·
Lensa fish eye (angle of view 1800).
·
Lensa perspective corection, untuk
mengoreksi perspektif objek foto arsitektur.
·
Lensa tele cermin (miror lens), lensa dengan titik
api yang panjang, tetapi memilki bobot yang ringan.
·
Lensa soft fokus, untuk memperoleh efek yang
lembut pada pemotretan potrait.
Sudut pandang berbagai jenis lensa
4.1. Penggunaan lensa
a. Lensa
normal (Normal lens),
Lensa ini dapat memotret untuk jarak dekat. Biasanya lensa ini sudah tersedia
dengan kamera.
b. Lensa
Fish Eye (Lensa Mata Ikan), Biasanya lensa ini digunakan untuk pengambilan
gambar pemandangan dan situasi.
c. Lensa
Sudut Lebar (Wide Angle Lens), Lensa jenis ini menghasilkan
gambar dengan spesifikasi sebagai berikut:
·
Meluaskan pandangan, artinya bayangan benda atau
objek yang masuk terproyeksikan menjadi lebih besar dari bayangan yang dibentuk
lensa normal. Hal tersebut dikarenakan dengan jarak fokus yang relatif pendek.
·
Memiliki ruang ketajaman lebih lebar dari lensa
normal. Ruang ketajaman dipengaruhi oleh panjang dan pendeknya titik fokus,
jadi semakin pendek titik fokus yang dimiliki oleh suatu lensa, maka semakin
lebar ruangan ketajaman yang dihasilkannya.
·
Mampu memberikan efek khusus dalam pemotretan,
yaitu mampu mengubah garis vertikal dan horizontal menjadi lengkung. Hal ini
disebabkan karena memiliki susunan yang didominasi oleh lensa cembung yang
ukurannya bervariasi.
Jika
dilihat dari ketiga point tersebut maka keistimewaan lensa ini diantaranya
yaitu dapat meluaskan pandangan dengan menjauhkan objek dan memilih ruang
ketajaman yang dalam sehingga kita tidak perlu setiap saat memfokus suatu objek
yang selalu bergerak.
Spesifikasi lensa Wide Angle terbagi menjadi :
Lensa ini biasanya dipakai untuk pengambilan foto bersama, misalnya foto
keluarga besar. Namun tidak menutup kemungkinan, lensa inipun dapat digunakan
untuk semua kebutuhan.
d. Lensa
Tele, yaitu sebuah lensa yang didesain khusus untuk
memotret objek-objek yang letaknya sangat jauh atau tidak dalam jangkauan lensa
biasa. Lensa ini memililki titik fokus yang panjang dan bervariasi.
Lensa tele dipakai untuk memperbesar obyek yang
akan difoto. Selain itu, lensa ini dapat digunakan untuk memperoleh ruang tajam
yang pendek. Khusus untuk pemotretan potrait, penggunaan lensa tele akan
menghasilkan gambar perspektif wajah mendekati aslinya.
e. Lensa
Makro
Lensa ini digunakan untuk memotret benda yang kecil
(seperti semut). Lensa makro ini ada juga yang digabung dengan lensa tele.
Gambar lensa Produk Tamron AF28-300mm f/3,5, 5-6LD Aspherial (IF) harga
tahun 1999 sekitar RP.3.350.000
Gambar
jangkauan bukaan lensa
4.2.
Cacat Lensa
Lensa sebagai
alat yang sangat vital dalam dunia fotografi, jika terdapat cacat pada lensa
maka hasil jepretan kamera akan terganggu. Cacat yang fatal terdapat pada
optik. Cacat optik yang terdapat pada lensa dapat disebutkan sebagai berikut
ini:
1. Cacat
Kromatik
Seperti
yang telah diketahui bahwa tiap-tiap cahaya warna mempunyai indeks bias
tertentu, indek bias cahaya biru lebih besar daripada indeks bias cahaya merah.
Perbedaan indeks bias ini mengakibatkan titik fokus sebuah lensa berbeda-beda.
Ciri sebuah lensa cacat kromatik dapat dilihat pada gambar yang dihasilkannya
dimana pada bagian pinggir gambar terdapat batas berwarna.
2. Cacat
Sperik
Ciri
lensa yang terkena cacat sperik ini
adalah cahaya yang melalui bagian tengah dan pinggir lensa mempunyai
titik fokus yang berbeda.
3. Koma
Obyek
yang berupa titik, ternyata dibelakang lensa tidak tentu berupa sebuah titik,
kebanyakan berupa sebuah koma. Cacat koma ini menjadi jelas kelihatan bila
obyek berada jauh dari sebuah lensa.
4. Astigmatisma
Lensa
yang mempunyai cacat astigmatisma tidak akan mampu menempatkan gambar dari
garis-garis vertical dan horizontal pada satu bidang pada waktu yang sama.
5. Bidang
lengkung
Lensa
ternyata sulit untuk membentuk gambar yang tajam pada satu bidang datar,
akibatnya kalau gambar tersebut diproyeksikan pada satu bidang datar maka terdapat
bagian-bagian gambar yang nampak kabur dan bagian-bagian lainnya tampak tajam.
6. Kilauan
Sebagian
cahaya yang masuk lensa tidak diteruskan oleh lensa tersebut tetapi dipantulkan
oleh bidang permukaan lensa, cahaya yang terpantul ini dapat mencapai dinding
tabung lensa,terpencar olehnya dan akhirnya juga akan sampai pada bidang film
berupa cahaya difus atau terpencar. Hal ini akan mengurangi kontras gambar.
4.3.
Pemeliharaan Lensa
Beberapa bahaya yang sering
mengancam mutu lensa adalah adanya debu-debu dan kotoran-kotoran lain yang
menempel pada permukaan lensa, menipisnya lapisan inti refleksi dan kemungkinan
tumbuhnya jamur pada permukaan lensa atau pada lapisan anti refleksi. Debu-debu
dan kotoran-kotoran lain yang menempel pada permukaan lensa, dalam batas-batas
tertentu dapat menurunkan mutu gambar. Kalau kotoran-kotoran tersebut hanya
pada permukaan lensa luar hal tersebut dengan mudah dapat dibersihkan dengan
menggunakan sejenis kertas khusus (lens cleaning paper) dan larutan
khusus (lens cleaning solution) cara pembersihannya sebaiknya dilakukan
hati-hati karena ada bahaya penipisan dari lapisan inti refleksi.
Bahaya lain yang seringkali ditakuti
adalah kemungkinan tumbuhnya cendawan pada permukaan lensa, cendawan tidak akan
tumbuh didalam keadaan udara yang kering yaitu udara yang kelembabanya sangat
rendah. Sebagian besar dari kepulauan Indonesia mempunyai kelembaban udara yang
tinggi, dibeberapa tempat sampai 80%-90% jadi merupakan iklim yang baik buat
tumbuhnya cendawan, oleh karena itu untuk mencegah tumbuhnya cendawan pada
permukaan lensa, maka salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah menempatkan lensa dalam suatu ruangan yang
kelembabannya dapat diatur.
5.
KONTROL PENTING KAMERA SLR
Pada dasarnya, seluruh alat kontrol
kamera penting pada proses pemotretan. Akan tetapi, fokus, kecepatan rana (shutter),
dan diafragma merupakan alat kontrol yang paling digunakan. Kecepatan rana dan
bukaan diafragma mempengaruhi pencahayaan film, sedangkan katajaman gambar akan
dipengaruhi oleh fokus tidaknya pembidikan sasaran.
1)
Diafragma
Diafragma
merupakan bagian terpenting dan berperan vital dalam mendistribusi cahaya ke
emulsi film dalam kamera. Diafragma tersusun dari beberapa kepingan logam tipis
yang bisa diatur bukaannya sesuai dengan kehendak kita, dengan syarat kita
harus memperhatikan situasi cahaya yang ada saat kita memotret. Dibawah ini
merupakan skala diafragma yang biasanya ada pada beberapa jenis kamera.

32 – 22 – 16 – 11 – 8 -- 5,6 – 4 -- 3,5 -- 2,8 – 2
- 1,4
Besarnya Bukaan diafragma pada gelang diafragma
Skala
diafragma diatas dari kiri ke kanan nilainya semakin besar dengan kata lain
apabila angka skala menunjukan nilai besar maka bukaan diafragmanya kecil dan
apabila angka skala kecil maka bukaan diafragmanya besar. Bukaan-bukaan
diafragma tersebut merupakan pedoman yang dapat kita pakai didalam menentukan
seberapa banyaknya cahaya yang dibutuhkan untuk membakar film disuatu kondisi
tertentu, apakah itu pada kondisi terang ataupun mendung.
Besarnya
bukaan diafragma dinyatakan dengan bilangan f stop. Bilangan f stop adalah
perbandingan antara panjang fokus dengan diameter bukaan diafragma. Jadi, makin
besar bilangan f stopnya, makin kecil bukaan diafragmanya.
2) Kecepatan rana (shutter)
Kecepatan
rana atau shutter adalah kecepatan tirai rana untuk membuka dan menutup
kembali. Seberapa cepat tirai rana yang membuka dan menutup kembali akan
mempengaruhi jumlah cahaya yang lolos untuk mempercahayai film. Artinya, makin
cepat kecepatan tirai rana untuk membuka dan menutup kembali, makin sedikit
cahaya yang akan mencahayai film.
Rana terdiri dari dua jenis, yaitu
rana pusat dan rana celah.
-
Rana pusat
Tirai
rana pusat menutup dengan memusat. Posisinya terletak pada lensa kamera,
berdampingan dengan diafragma. Saat ini, kamera yang menggunakan rana pusat
sudah jarang ditemukan.
-
Rana celah
Rana
celah terdiri dari dua jenis, yaitu rana celah vertikal dan horizontal. Rana
celah vertical menutup secara vertical, sedangkan rana celah horizontal menutup
secara horizontal. Posisinya terletak pada kamera.
Jenis-jenis rana
4.
AKSESORIS KAMERA
Merupakan
suatu perlengkapan kamera yang memilki fungsi untuk memaksimalkan kerja kamera.
Berikut beberapa kamera asesoris yang dapat kita pergunakan, diantaranya.
a. Rubber
Lense
Biasanya
disebut tudung lensa. yang berfungsi untuk melindungi lensa kamera dari kontak
langsung dengan sinar matahari dan menghindari silau terhadap lensa. Rubber
Lense terbuat dari karet tipis yang berbentuk gelang dengan yang melebar.
Pemakaiannya ditempatkan diujung gelang lensa.
Bentuk Rubber Lense
b. Tripot
dan Monopot
Merupakan
sandaran kamera berkaki tiga (tripot) dan tunggal (monopot). Fungsi kedua benda
ini adalah untuk mencegah goyangnya kamera pada saat kita memotret dengan
menggunakan kecepatan rendah dan sebagai
penyangga untuk mengurangi beban berat pada saat kita memotret dengan
menggunakan lensa tele.
Gambar tripod
c. Filter
Lensa,
Merupakan lensa khusus yang mampu memberi efek
tertentu. Efek yang digunakan dapat
berupa warna, gambar bentuk, penyajian komposisi, dan lain-lain. Bahan penyusun filter-filter tersebut adalah
kristal-kristal lensa yang berbentuk ribuan prisma penta.
d. Filter
Penyeimbang Cahaya
Filter
penyeimbang cahaya (light balancing filter) ilaha jenis filter yang
dirancang khusus untuk film-film warna. Fungsi filter ini ialah untuk
membetulkan atau memberi koreksi kecil suhu warna cahaya yang digunakan
sehingga sesuai dengan film yang akan digunakan. Ada dua macam filter cahaya yaitu: (1) Filter
yang berfungsi untuk menurunkan suhu warna cahaya berwarna kecoklat-coklatan.
Contoh: Filter seri Kodak Wratten 81, Filter seri Gevaert CTO. (2) Filter yang
berfungsi menaikan suhu warna cahaya berwarna kebiru-biruan. Contoh: Filter
seri Kodak Wratten 82, Filter seri Gavaen CTB.
e. Filter
Konversi Warna
Filter
konver kerjanya sama dengan filter penyeimbang cahaya. Bedanya ialah bahwa
filter konversi warna bekerjanya jauh lebih radikal dibandingkan dengan filter
penyeimbang cahaya sehingga mampu merubah suhu warna cahaya dengan derajat yang
lebih besar. Ada
dua macam filter konver warna yaitu: (1) Filter yang berfungsi untuk menaikan
suhu warna cahaya. Contoh: filter seri kodak Wratten 80. (2) Filter yang
berfungsi untuk menurunkan suhu warna cahaya. Contoh: Filter seri Kodak Wraten
85
f. Filter
Film Hitam Putih
Filter
untuk film hitam putih ada dua jenis yaitu (1)Filter koreksi yaitu filter yang
memungkinkan film merekam warna-warna obyek dengan tingkat terang seperti apa
yang dapat dilihat diluar mata. Contoh: Filter warna kuning, Filter warna
kuning hijau. (2) Filter kontras yaitu jenis filter yang mempunyai kemampuan
membuat lebih kontras obyek-obyek berwarna pada film hitam putih. Contoh:
Filter hijau, filter orange, filter merah.
g. Filter
Netral dan Cromo
Filter
netral (neutural density=ND) ialah jenis filter yang rapat optiknya terhadap
semua jenis cahaya (merah, hijau, dan biru) adalah sama. Warna filter ini ialah
abu-abu. Kegunaan utama filter netral ini ialah untuk mengurangi intensitas
cahaya yang selalu tinggi untuk film yang bersangkutan. Sedang yang dinamakan
filter “cromo” ialah jenis filter yang dirancang untuk membuat gambar yang
dramatis. Filter ini terbagi menjadi beberapa bagian berwarna dimana batas
antara bagian-bagiannya tidak tegas.
h. Filter
Cahaya Langit
Sky
light filter atau cahaya langit adalah jenis filter yang
bersifat dapat menyerap cahaya langit. Filter ini dapat menyerap sebagian besar
cahaya ultra violet sehingga dapat menurunkan suhu warna cahaya yang
bersangkutan. Keuntungan lain dengan menggunakan filter tersebut terus menerus
adalah dapat bertindak sebagai pelindung lensa terhadap kotoran-kotoran ataupun
sentuhan-sentuhan mekanik. Seperti halnya dengan filter-filter cahaya lain,
maka ia diproduksi dalam berbagai ukuran diameter disesuaikan dengan ukuran
lensa.
i.
Filter Polarisasi
Filter
polarisasi adalah filter cahaya dalam kedudukan tertentu dapat menyerap cahaya
yang terpolarisasi. Yang dimaksud dengan cahaya terpolarisasi karena pontulan
oleh suatu benda bening. Kegunaan filter-filter polarisasi adalah menyerap
cahaya yang terpolarisasi dan membiarkan cahaya yang tidak terpolarisasi. Untuk
memperoleh penyerapan yang besar mungkin maka filter yang bersangkutan
diputar-putar sampai kedudukan tertentu dimana cahaya terpantul kelihatan
paling lemah jadi pada dasarnya filter polarisasi tersebut dapat menyerap
cahaya-cahaya terpantul oleh bening.
j.
Blitz Kamera/flash
Merupakan
perlengkapan memotret yang memiliki fungsi penting pada waktu-waktu tertentu
untuk menghasilkan pemotretan yang baik. Blitz kamera biasanya digunakan pada
saat keadaan cahaya kurang, misalnya pada malam hari, dalam ruangan, gua dan
lain-lain.
Berikut
ini merupakan beberapa jenis lampu kamera:
k. Bulb
Flash
Merupakan
kamera lighting yang berbentuk bola lampu listrik dan di disain khusus untuk
mendapatkan efek pencahayaan yang merata sempurna.
l.
Electonic Flash
Merupakan
lampu kilat dibuat secara elektronis komputerisasi, biasanya dilengkapi
beberapa panel pilihan seperti ASA, Speed, Date-Month program.
m. Studio
Lighting
yaitu
lampu flash yang didisain khusus untuk tata lampu didalam studio. Posisi
penggunaan dan penempatannya bisa dengan menggunakan Tripod atau Monopod atau
bisa langsung dipegang oleh asisten pemotret. Tata lampu dalam studio harus
benar-benar diperhatikan, baik penempatan (tata letak) ataupun intensitas
cahayanya.
Beberapa produk filter yang diproduksi oleh
perusahaan Nikon
m.
Kabel release
Kebel
ini berfungsi untuk memotret dengan kecepatan lambat terutama “B”. Kabel ini dibasang
dii tombol pelepas rana. Pemotretan dilakukan dengan menggunakan tripot atau
diatas benda yang tidak terjadi goyangan.
Gambar kabel release
n. Flashmeter
Flasmeter
digunakan untuk mengukur cahaya ketika akan melakukan pemotretan. Flasmeter ini
terpisah dengan kamera, walaupun pada kamera juga terdapat flashmeter.
Flashmeter Produksi Polaris
5. KAMERA DIGITAL
Kamera Digital merupakan
kamera yang penggunaannya tidak
memerlukan film sebagai media perekam gambar, fungsi media tersebut telah
diganti dengan sebuah chip yang berteknologi tinggi. Selain itu segala
kegiatan yang berkaitan dengan pemrosesan sebuah gambar tidak lagi menggunakan
kamar gelap dan berbagai zat kimia untuk mencuci dan mencetak foto.
A. Bagian Utama Kamera Digital
Gambar halaman 28 – 29 buku B.Inggris
1.
Lensa. Lensa pada kamera digital
hampir sama dengan lensa yang ada pada kamera format 35 mm atau juga pada
kamera kompak, yang membedakan lensa ini dengan lensa yang ada kamera pada
kompak adalah panjang fokusnya sangat pendek. Perbandingan panjang fokal lensa
kamera digital dengan lensa yang ada pada kamera kompak seperti berikut ini :
Panjang fokal lensa 6 mm pada kamera digital hampir sama dengan panjang fokal
sebesar 42 mm pada lensa kamera kompak.
2.
Flash. Flash yang terdapat pada
kamera digital merupakan flash yang telah terpasang atau menyatu dengan body
kamera (built in flash), seperti yang dapat kita temui pada kamera
kompak atau pocket. Flash yang menyatu dengan body biasanya daya
pencarnya rendah, sehingga flash yang ada pada kamera ini hanya memungkinkan
digunakan pada subye yang berjarak beberapa kaki dari kamera, yaitu sekitar 5
kaki. Penggunaan flash ini biasanya digunakan pada kondisi yang kurang cahaya
dan pada kondisi back light.
3.
Metering
dan
Sensor Fokus.
Bagian ini berfungsi untuk membantu menghasilkan ketajaman dan penyinaran yang
layak pada sebuah gambar.
4.
Self
Timer Lamp. Lampu pengatur waktu yang
akan menyala jika kita menginginkan pengambil gambar secara otomatis.
5.
LCD
Monitor.
Bagian
belakang pada body kamera yang berupa monitor, dimana berfungsi untuk
menampilkan gambar ‘hidup’. Bentuk monitor ini seperti layaknya sebuah layar TV
mini. Dengan adanya bagian ini kita dapat melihat bagaimana moment – moment
atau subjek yang ada di hadapan kita, sebelum kita memotret subjek tersebut.
Kita juga dapat menggunakan monitor ini untuk melihat kembali gambar – gambar
yang telah kita potret, atau juga jika kita ingin menghapus gambar – gambar
yang tidak kita inginkan dengan tujuan untuk meluangkan memori – memori yang
ada pada sebuah chip.
6.
Optical
View Finder.
View finder
yang ada pada kamera digital hampir sama bentuknya dengan yang ada pada kamera
kompak. Pada view finder optik ini terdapat satu atau dua lampu tambahan di
dalamnya yang berfungsi untuk menunjukan tanda penggunaan flash dan pemfokusan
subjek.
7.
Mode
Dial.
Tombol
sistem yang memungkinkan kita untuk mengaktifkan kamera, dari mulai pengambilan
gambar (sistem ‘record’ mode) hingga menampilkan gambar – gambar yang
ada dalam memori kamera (‘play’ mode).
8.
Zoom
Control.
Tombol yang
berfungsi untuk merubah panjang fokal lensa zoom, dari wide angle (W) ke
telephoto (T).
9.
Connection
Socket.
Lubang tempat kabel yang berfungsi untuk menghubungkan kamera dengan komputer.
Hal ini dilakukan jika kita akan
memindahkan gambar dari memori kamera ke dalam komputer.
10.
Mains
Socket.
Kamera digital, khususnya yang dilengkapi dengan LCD Monitor
menghabiskan tenaga baterai dengan cepat. Dengan adanya bagian ini memungkinkan
kita untuk menggunakan kamera dengan sumber adaptor, terutama apabila kita
menggunakannya di dalam ruangan.
B. Tipe Kamera Digital
Kemera
digital diproduksi dalam berbagai bentuk dan ukuran. Kamera-kamera tersebut
dapat dikelompokan ke dalam beberapa kelompok berdasarkan resolusi gambar yang
dihasilkan/ditangkap oleh sebuah kamera diantaranya:
·
Low
resolution camera (kamera resolusi rendah)
Kamera yang menghasilkan resolusi
rendah, yaitu sekitar 320 x 240 pixel. Resolusi yang dihasilkan oleh kamera ini
memungkinkan kita untuk membuat gambar yang dapat dipergunakan pada internet.
·
Medium
resolution camera
Kamera
yang menghasilkan resolusi gambar antara 640 x480 pixel (lebih dikenal dengan
VGA-Video Graphics Array Camera) hingga 800 x 600 pixel (super VGA cameras) dan
1024 x 768 pixels (XGA-Exterded GA Cameras).
Kamera
jenis ini cocok untuk menghasilkan cetakan gambar berukuran post card.
·
High
resolution cameras (kamera beresolusi tinggi)
Kamera
yang menghasilkan resolusi gambar tinggi yaitu sekurang-kurangnya 1 juta pixels.
Satuan yang biasa dipakai pada kamera ini yaitu mega pixels. Kamera jenis ini
menghasilkan gambar yang bisa dicetak hingga ukuran 8 x 10 inchi dengan
tampilan gambar dan warna yang berkualitas tinggi.
·
Kamera
Refleks Lensa Tunggal resolusi tinggi (high resolution single lens reflex
cameras)
Kamera ini menggunakan cermin
putar untuk memantulkan objek gambar pada bidang pengamatannya. Kamera ini
sudah diciptakan dalam bentuk digital. Kamera jenis ini memungkinkan untuk
membingkai subjek secara teliti/tepat.
C. Perekaman Gambar
Kita ketahui bahwa kamera digital tidak
menggunakan film sebagai media perekam gambar, fungsi film di sini telah
digantikan oleh sebuah kartu memori yang berbentuk seperti disket. Sampai saat
ini ada 3 macam kartu (film digital) yang digunakan oleh kamera digital yang
beredar di pasaran, yaitu :
1. Kartu PCMCIA (Personal
Computer Memory Card Association), atau juga dikenal sebagai kartu ATA (Advanced
Technology Attachment). Kartu ini berukuran 2,1x 3,3 inci dengan tebal
bervariasi, yan paling tebal saat ini hingga 0,5 inci. Kartu PC ini ideal untuk
perekaman gambar dengan resolusi tinggi. Berdasarkan ketebalannya, kartu kartu
PCMCIA dibagi menjadi tiga tipe. Tipe I, umum digunakan untuk menyimpan memori,
tipe II digunakan untuk fax / modem dan tipe III digunakan untuk semua rotating
hard drive. Kamera digital yang memiliki slot untuk kartu PC tipe III bisa
menerima semua tipe. Sebaliknya kartu PC tipe I tidak bisa menerima tipe II dan
tipe III.
2. Kartu CF (Compact Flash).
Kartu ini dikembangkan pertama kalinya oleh Sandisk, yang berukuran 1,7 x 1,4
inci dengan ketebalan maksimum 0,13 inci. Kartu ini didesain sedemikian rupa
sehingga memori, peranti lunak maupun kontrol mikronya ada pada kartu. Compact
Flash distandarisasi sehingga dapat digunakan oleh kamera digital lama maupun
baru, meskipun memori pada kartu bertambah besar. Keunggulan lainnya kartu ini
adalah mampu menyimpan data secara permanen hingga 10 tahun, contohnya adalah
kartu Compact Flash 128MB yang dikeluarkan oleh Delkin.
3. Kartu SM (Smart Media).
Kartu yang merupakan temuan dari Toshiba ini memiliki ukuran 1,8 x 1,5 inci,
dengan ketebalan maksimum 0,03 inci. Kartu ini cara kerjanya bergantung pada
kontrol mikro dan peranti lunak yang dipasangkan pada kamera. Kelebihan kartu
ini adalah bentuknya yang mungil dan harganya lebih murah dibandingkan kartu
Compact Flash. Kartu ini juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah
mudah terkena gangguan listrik, rentan terhadap kelembaban karena konektornya
tidak terlindungi dan kapasitas memorinya terbatas yaitu pada batas maksimal
32MB.
Gambar hal. 31 buku b.inggris
Pada kamera
digital, interval waktu antara menekan tombol bidik dan proses perekaman
gambar memakan waktu sekitar 2 detik. Interval waktu ini kadang – kadang cukup
mengganggu, jika kita akan membidik cepat atau membidik secara kontinyu. Ada dua hal yang
mempengaruhi cepat tidaknya proses perekaman gambar ini, yaitu kecepatan dari
prosesor kamera dan kecepatan menulis sebuah film digital (waktu yang
dibutuhkan untuk menyimpan imaji pada film digital). Sejalan dengan
perkembangan resolusi kamera dan memori, kecepatan menulis dari film digital
juga meningkat.
Seperti layaknya sebuah film
negatif ataupun positif yang memiliki nilai kepekaan yang dinilai dengan ISO,
CCD juga memiliki nilai kepekaan yang lebih dikenal dengan sensitifitas CCD (CCD
Sensitivity).
C. Resolusi Gambar
Resolusi
gambar adalah suatu istilah untuk menentukan atau menunjukkan detail dan
ketajaman sebuah gambar. Resolusi pada kamera digital dihasilkan atau ditentukan dengan angka
horizontal atau lebar pixels (picture element = definisi dari
dimensi gambar) dikalikan dengan angka vertikal atau tinggi, sebagai contoh :
resolusi dari dimensi sebuah gambar berukuran 1024 x 768 pixels berarti sekitar
786.000 pixels. Semakin banyak pixels yang menyusun suatu gambar, maka semakin
tinggi resolusinya.
D. Interpolasi (Interpolation)
Interpolasi
adalah pembesaran atau pengecilan data digital yang mempengaruhi kualitas
gambar. Hal ini ditandai dengan perubahan ukuran file dan dimensi pixels.
Jika kita melakukan interpolasi pada sebuah gambar, maka gambar tersebut akan
mengalami degradasi kualitas yang ditandai dengan adanya sedikit pengaburan.
Apabila kita harus melakukan hal tersebut, maka setelah itu kita harus
melakukan proses penajaman gambar dengan filter unsharp masking.
E. Kompresi Gambar ( Image
Compression)
Kompresi
gambar adalah suatu cara untuk mengurangi kapasitas suatu file pada sebuah
gambar. Hal ini dilakukan untuk memungkinkan kita menyimpan lebih banyak
gambar.
F. Format Gambar (Image
Formats)
Gambar
digital dapat disimpan menggunakan ukuran satuan file dari suatu format gambar,
yaitu TIFF (Tagged Image File Format) dan JPEG (Joint Photographic
Experts Group). Ukuran TIFF memiliki kapasitas yang lebih besar
dibandingkan dengan ukuran JPEG.
G. Transfer Gambar / Data
Keuntungan dari penggunaan kamera digital adalah
keterhubungan dengan komputer yang relatif lebih mudah. Ada dua cara untuk melakukan pemindahan data
ke komputer. Cara pertama dengan menggunakan kabel penghubung ke komputer
dengan kamera digital dan yang kedua dengan memakai semacam adaptor untuk kartu
– kartu film yang dihubungkan ke disk drive komputer, jika kita ingin
membaca data atau melihat gambar. Bentuk adaptor mirip dengan disket yang biasa
kita gunakan untuk menyimpan memori, salah satu contoh adaptor adalah
flashpath.
5.
TATA CARA MEMEGANG DAN MEMBIDIK KAMERA
Memegang
kamera saat memotret tampaknya memang sepele sehingga sering luput dari
perhatian. Banyak sekali pemotret, bahkan ada pula kalangan fotografer
profesional, yang tidak memegang kamera dengan benar.
Ada beberapa kerugian jika tidak memegang
kamera dengan benar. Kerugian tersebut antara lain adalah tidak lincah dalam
memfocus atau bergoyangnya kamera saat menjepretkan rana.
Pada prinsipnya, kamera dirancang
untuk dijepretkan dengan telunjuk tangan kanan, bukan dengan jari lain atau
bahkan dengan tangan kiri. Maka untuk pemotret dengan tangan kidal, hal ini
sedikit banyak mungkin tidak nyaman, namun harus dilawan dengan kebiasaan.
Konsentrasi tangan kanan pada
penentuan saat untuk menjepretkan tombol pelepas rana, tanagan kiri mempunyai
tugas untuk menahan berat kamera sambil memfokus. Untuk kamera saku yang ringan
dan berfasilitas otofokus, pemotretan bisa dilakukan dengan satu tangan saja.
Dan kamera saku yang beredar memang umumnya dirancang untuk bisa dioperasikan
dengan satu tangan.
Berikut
tata cara memegang kamera.
Gambar
I
Ini adalah
pose memegang kamera yang baik dan kukuh. Tangan kanan dengan jari telunjuknya
selalu siap menjepretkan pelepas rana, sementara tangan kiri menyangga berat
kamera sambil jari-jarinya selalu siap merubah titik fokus. Pemotret membidik
dengan mata kiri, sehingga otomatis mata kanan tertutup badan kamera.
.
Cara memegang yang
ini adalah variasi ini
juga variasi dari foto 1
Dari posisi dalam
foto 1 namun dengan namun
dengan lensa tele.
Kamera berposisi
vertical posisi
tangan kiri yg
Menyangga
lensa
Membuat
keseimbangan
Yg baik di
samping tetap
Lincah dlm
memfokus dan
Selalu siap
menjepretkan
Pelepas rana.
Posisi tangan
kiri yang menyangga lensa membuat keseimbangan yang baik di samping tetap
lincah dalam memfokus dan selilu siap menjepretkan pelepas rana.
Ini adalah
cara memegang kamera saku Menekan
tombol pelepas
Otofokus yg
ringan. Cukup dg rana
dg ibu jari membuat
Sebuah
tangan, kita sudah bisa memotret pegangan
pd kamera kurang
Dg baik dan
stabil. Pas&
pemotret juga kurang
Mendapatkan
Kelincahan.
Pemotretan
yang memfokus dengan tangan kanan. Cara ini membuat pemotret harus bekerja dua
kali setiap memotret, yaitu memfokus dulu, lalu tangan kanan mundur untuk
mejepretkan pelepas rana.
Kalau kita membidik dg mata kanan, kalau belum ter-
biasa
memotret dg kedua mata terbuka, mata kiri harus
dipicingkan.
Pada beberapa keadaan, memicingkan mata tidaklah mudah, juga membuat kita agak
terlambat dlm memotret adegan cepat.
6.
PEMELIHARAAN KAMERA dan LENSA
Ada istilah “merawat lebih baik
daripada memperbaiki”. Memang merawat atau memelihara suatu barang sangat
penting agar barang yang kita meliki tetap baik digunakan sehingga tidak
mengganggu kreatiifitas kita. Begitu juga dengan kamera. Kamera akhir-akhir ini
harganya terus melambung termasuk suku cadangnya. Alangkah baiknya jika kita
bisa memelihara kamera sehingga tidak terjadi kerusakan. Sebelum terlanjur
membuat kesalahan, perhatikanlah petunjuk-petunjuk dan larangan-larangan
mengenai pemeliharaan kamera dan lensa seprti diuraikan dibawah ini:
1. Jangan
sekali-kali mencoba memperbaiki kemera sendiri jika anda tidak ahli, lebih baik
serahkan perbaikannya pada orang yang telah ahli mengenai kamera.
2. Simpanlah
kamera dalam tas kamera. Tas dapat menghindari benturan langsung pada kamera.
3. Selama
mencari obyek tutuplah lensa dengan penutup yang telah tersedia. Hal ini untuk
menghindari debu dan pasir yang menempel pada lensa. Jika tidak hati-hati
membersihkannya, butir pasir atau debu dapat menggores lensa. lebih baik lagi
jika lensa ditambah filter bening.
4. Hindari
lensa dari air. Setetes air yang menempel pada permukaan lensa akan
meninggalkan bekas putih sesudah kering dan akan jelas pada foto nantinya.
Bersihkanlah lensa jika ada bekas putih tersebut.
5. Hindarkan
lensa dari jari yang berminyak. Bekas minyak akan tergambar di foto. Bila
minyak itu lama dibiarkan melekat pada lensa, lama kelamaan merusak
permukaannya.
6. Cara
membersihkan lensa. Tiup semua debu yang menempel di permukaan lensa. atau sapu
dengan kwas halus. Sesudah itu lap dengan lembut. Jangan dengan sapu tangan.
Untuk membersihakan pakai tisue lensa yang tersedia di toko kamera.
7. Lensa
bisa bulukan jika kamera terlalu lama tidak dipakai, apalagi kamera disimpan
ditempat yang lembab. Untuk menghindari letakan sebungkus silika jel di dalam
tas kamera yang berfungsi untuk menyerap air.
8. Jauhkan
kamera dari udara panas. Jangan letakan diruang bagasi mobil atau tempat
menyimpan barang dekat kemudi, atau di atas sandaran tempat duduk belakang.
3. FILM

Film yang
digunakan sekarang ini pertama kali ditemukan pada tahun 1604. Pada saat itu,
Anglo Sala seorang ilmuan Italia melakukan percobaan terhadap campuran perak
yang dicahayai dengan sinar matahari. Ilmuan ini menemukan adanya perubahan
warna dengan bereaksinya campuran perak dan sinar matahari.
Lebih dari seabad kemudian, John Henrich Schulze, seorang
profesor ilmu kedokteran University
of Adolf Jerman berhasil
membuat gambar negatif. Kekurangannya, gambar yang terbentuk tidak mampu
bertahan lama. Masalah yang dihadapi adalah belum adanya metoda untuk
menghentikan proses perubahan warna karena pengaruh cahaya.
Pada tanggal 25 Januari 1839, William Henry Fox
menerangkan proses pencetakan gambar yang dikenal sebagai sistem negatif-posistif.
Percobaan pertamannya menghasilkan gambar negatif dengan meletakan objek pada
kertas peka cahaya dan menjemurnya di bawah sinar matahari. Kertas peka cahaya
ini berasal dari kertas tulis yang dicelupkan dalam campuran garam dan air.
Setelah kering, celupan kertas dilapisi dengan perak nitrat.
Rol film pertama kali di ciptakan oleh George Eastman
yang memproduksi rol kertas tipis yang dilapisi emulsi gelatin. Dalam
perkembangannya, emulsi dipisahkan dari kertas yang tidak tidak tembus cahaya
sehingga dihasilkan film negatif yang siap untuk dicahayai.
Pada tahun 1996, lima perusahaan film dan kamera, seperti
Kodak, Fuji, Nikon, Minolta, dan Canon telah memprakarsai dan memperkenalkan
sistem film baru yang dikenal dengan advanced photo system (APS). Sistem
ini diharapkan mampu memberikan kemudahan dan kenyamanan yang lebih tinggi
daripada format film yang sangat populer saat ini (format film 35 mm). Pada
format film 35 mm yang belum digunakan terdapat bagian “lidah” yang menjulur
keluar. Hal seperti ini tidak ditemukan pada sistem APS. Selongsong sistem APS
merupakan tempat penyimpanan film yang sangat praktis. Penyimpanan film dalam
selongsong sangat menguntungkan karena film akan terlindung dari debu atau
resiko tergores.
A. Pengertian
Film
atau negatif merupakan suatu media untuk merekam gambar atau objek pada suatu
pemotretan. Film tersusun dari dua bagian, yaitu landasan dan emulsi. Landasan
adalah bagian yang mengikat dan tembus cahaya yang biasanya dibuat dari
seluloid. Seluloid ini terbuat dari plastik acetat selulosa. Sedangkan lapisan
emulsi merupakan bagian yang terpenting sebuah film. Emulsi adalah persenyawaan
kimia khusus dari butiran mikroskopik bromid perak yang direkatkan oleh
gelatine. Butiran bromid perak yang terkandung dalam emulsi tersebut peka
terhadap sinar. Butiran tersebut akan berubah sebanding dengan jumlah sinar
yang mengenainya, makin banyak sinar makin banyak perubahannya.
Proses
bekerjanya sebuah film adalah sebagai berikut, ketika film secara selektif
terkena cahaya dari objek dalam jumlah yang cukup, sebuah gambar yang
tersembunyi terbentuk atau disebut juga kesan bakal gambar potensial. Akan
tetapi kita belum dapat melihat rekaman gambar tersebut. Untuk dapat melihat
rekaman gambar diperlukan proses yang lainnya yaitu proses pencucian dan
pencetakan film. Film yang sudah berisi bakal gambar, akan tetapi sebelum
proses pencucian masih peka terhadap cahaya. Oleh karena itu kita harus
menanganinya secara berhati-hati, jangan sampai film yang berisi moment-moment
berharga dari hasil pemotretan tersebut hancur terbakar karena terkena cahaya
yang tidak diinginkan.
B. Jenis-Jenis Film
Ada dua jenis film yang
beredar di pasaran, yaitu fil negatif dan positif (slide). Film negatif terdiri
dari dua jenis, yaitu film untuk cetakan foto berwarna dan hitam putih. Film
posistif ditampilkan dengan cara diproyeksikan pada layar menggunakan
proyektor. Selain itu, film posistif pun dapat dicetak untuk berbagai
keperluan, seperti pembuatan sampul buku dan katalog.
FILM HITAM-PUTIH (Black/White Film)
Film hitam-putih
yang umum digunakan pada saat ini adalah film negatif
hitam-putih, yang kemudian diproses dan dicetak menjadi foto
hitam-putih. Popularitas jenis film
hitam putih hampir hilang oleh kehadiran
film warna, namun demikian film ini masih sering digunakan pada bidang media
cetak (Jurnalistik, penerbitan, dekorasi) dan masih sering dipergunakan oleh
para amatir untuk keperluan seni.
Keunggulan
penampilan foto hitam-putih adalah kemampuannya untuk menonjolkan karakter serta
keserasian atau kesatuan bentuk, sehingga ekspresi dan skala (perbandingan
elemen dan pembagian ruang) harus diperhatikan dengan cermat, disamping
keseimbangan nada.
Keseimbangan
nada (Tone) mulai dari nada putih, nada kelabu, sampai hitam menjadi kekuatan
penampilan foto hitam-putih. Jika suatu
gambar foto hitam putih hanya mampu tampil dengan nada kelabu saja dengan
sedikit nada hitam atau putih, maka terjadi ketimpangan nada pada penampilan
gambar, sehingga foto terkesan datar (flat). Hal ini menandakan bahwa pada saat pemotretan
atau pada saat proses pengembangan filmnya, fotografer tidak memperhitungkan
dengan baik penanganan pencahayaan dan ketelitian proses pengembangan filmnya,
otomatis hal itu akan mengurangi kekuatan penampilan foto tersebut. Jadi pengendalian keseimbangan nada harus
diperhitungkan dengan crmat pada saat kita membuat sebuah gambar foto
hitam-putih. Hal ini dapat dilakukan
dengan memperhitungkan kontras yang akan terbentuk pada film tersebut melalui
pengendalian pencahayaan, waktu
pengembangan, konsentrasi bahan kimia pengembang film, temperatur proses serta
teknik proses tambahan yang lainnya.
Melalui pengetahuan dan pengendalian yang terpadu ini, maka kita selalu
dapat menentukan dengan tepat gambar apa yang bisa diperoleh dari pemandangan
yang terhampar di hadapan, sesuai dengan imajinasi yang diinginkan. Beberapa contoh merk film hitam-putih adalah
: Fuji Neopan SS, Kodak Tri-X Pan, Ilford Pan F. Pan disini merupakan singkatan dari Panchromatic.
FILM NEGATIF WARNA (Color Film)
Film negatih warna merupakan film yang sering banyak dipakai oleh
sebagian besar para pemotret yang ada di Indonesia, baik oleh para amatir
maupun professional. Keserasian dan
keseimbangan susunan warna-warna umumnya menjadi kekuatan penampilan foto-foto
yang dibuat dengan film warna. Susunan
dan gradasi warna menjadi daya tarik pandangan yang kuat,subyek utama atau
ekspresi yang disampaikan seringkali tenggelam di tengah kecemerlangan dan
kekuatan penampilan warna itu sendiri.
Memang menurut prinsip gambar yang baik, karakter dari titik daya tarik
harus menjadi pusat perhatian pada saat pemoteretan. Tetapi jika kita menggunakan film warna, maka
karakter dari pusat pandangan masih harus ditata dalam susunan warna yang
tepat. Berhasil atau tidaknya penyajian
gambar tersebut sangat bergantung pada keserasian dan kesatuan
warna-warnanya. Karakter yang kuat
tetapi tidak didukung oleh susunan warna yang baik, akan mempengaruhi kekuatan
penampilannya. Penampilan keserasian
warna-warna tanpa disertai kekuatan karakter, juga tidak dapat tampil sebagai
gambar yang istimewa. Jadi kekuatan
karakter dan keserasian warna-warna harus tampil sebagai suatu kesatuan. Dalam proses pengembangan, film negatif warna biasa diproses
dengan bahan pengembang standar C-41.
FILM TRANSPARANSI (SLIDE WARNA/COLOR REVERSAL FILM)
Film ini digunakan untuk memperoleh gambar positif, tanpa
melalui proses negatif. Hasil gambarnya berupa gambar positif yang
tembus pandang (transparan) dan mampu memberikan hasil foto yang sangat baik.
Film jenis ini biasa dipergunakan untuk keperluan
fotografi komersial, terutama untuk membuat foto-foto presentasi perusahaan,
produk, iklan, juga terkadang digunakan untuk keperluan pers/jurnalistik dan
publikasi/penerbitan. Transparansi atau slide
hasil pemotretan biasanya mampu menampilkan gambar dengan mutu penyajian yang
sangat prima. Karena itu penggunaan
jenis film ini menjadi sangat luas, baik untuk keperluan penerbitan, brosur
atau ilustrasi iklan, dan juga untuk presentasi atau pertunjukan (slide shoew).
Hal paling pokok
yang harus diperhatikan dan diperhitungkan disini adalah pengamatan terhadap
cahaya dan efek pencahayaan. Penentuan
pencahayaan sangat bergantung pada ketelitian pengukuran cahaya serta enafsiran
pribadi fotografer, dan pembentukan gambar harus dilakukan secara cermat. Ini perlu dilakukan karena kita tidak bisa
lagi melakukan koreksi terhadap hasil pemotretan. Film jenis ini biasa diproses dengan
menggunakan bahan pengembang standar Kodak E-6, selain itu ada juga
jenis film ini yang harus diproses dengan bahan kimia khusus, seperti film
KODAKCHROME, dimana film ini harus diproses dengan bahan kimia pengembang K-14,
buatan Kodak Eastman, tidak bisa diproses dengan bahan kimia pengembang
standar slide warna.
![]() |


Berdasarkan formatnya, film dikelompokan menjadi beberapa
ukuran. Dengan adanya berbagai ukuran
film ini, akan mempermudah fotografer untuk menentukan kualitas hasil pembesaran
yang diinginkan.
Beberapa Ukuran Fllm Berdasarkan
Formatnya
Format Film
|
Ukuran/Dimensi (mm)
|
35 mm
|
24 x 36
|
6 x 4,5 cm
|
56 x 42
|
6 x 6 cm
|
56 x 56
|
6 x 7
|
56 x 70
|
6 x 8
|
56 x 76
|
6 x 9 cm
|
56 x 84
|
6 x 17 cm
|
56 x 170
|
C. Kecepatan Film
Kecepatan
film berarti kepekaan film terhadap cahaya. Kecepatan film dinyatakan dengan
ISO atau ASA.
ISO (International Standar
Organization) adalah sebuah badan yang berwenang memberikan standar untuk
kategori film-film yang digunakan di dunia fotografi. Bilangan ISO mengindikasikan
seberapa besar kepekaan film terhadap cahaya. Makin kecil angka ISO, makin
rendah kepekaannya terhadap cahaya. Makin kecil angka ISO, makin rendah
kepekaan film terhadap cahaya. Sebaliknya, semakin tinggi angka ISO makin peka
film terhadap cahaya.
Selain ISO, istilah lain dari
kecepatan film adalah ASA (American standar Association). Umumnya,
istilah ini dipakai di wilayah Amerika. Kecepatan film diukur secara aritmatik.
Untuk wilayah Eropa, kecepatan film dinyatakan dengan DIN (Deutsche Industrial
Nomen). Kecepatan film diukur secara logaritmik.
Secara garis besar, ada 4
kelompok kecepatan film. Kecepatan film tersebut dipilih bukan hanya untuk
menyesuaikan dengan kondisi pencahayaan, tetapi juga untuk mencapai efek visual
tertentu. Hal ini tergantung dari maksud dan tujuan dilakukannya pemotretan.
1. Film dengan kecepatan lambat/slow
films (25-64 ISO)
kelompok ini memberikan detil
gambar yang sangat tajam dengan butiran (grain) yang sangat halus, kontras
rendah, serta saturasi warna yang luar biasa. Film ini ideal untuk pemotretan
arsitektur dan still life
(pemotretan Objek-objek benda mati). Walaupun pencahayaan sangat terang,
pemotret harus menggunakan tripod jika menggunakan rana lambat. Cetakan foto
dari film ini dapat diperbesar sampai ukuran 50 x 60 cm tanpa terlihat adanya
butiran.
2. Film dengan kecepatan
sedang/medium film (100-200 ISO)
kecepatan film medium
merupakan kelompok film yang paling populer. Hasil cetakan tajam dengan butiran
yang halus serta saturasi warna yang sangat jenuh. Film ini sangat ideal
digunakan saat cuaca terang. Keseimbangan warna merupakan selera pribadi.
3. Film dengan kecepatan
cepat/ fast film (400 ISO)
Kualitas film ini memeilki butiran yang tidak begitu
halus, film 400 ISO telah mengalami banyak perbaikan selama beberapa tahun
terakhir. Kecepatan film yang lebih tinggi memungkinkan kamera menggunakan
kecepatan rana (shutter) yang lebih tinggi pula. Film ini mampu merekam
gerakan cepat. Film ISO 400 memungkinkan memotret dalam kondisi pencahayaan
kurang tanpa lampu kilat. Umumnya, foto-foto yang diambil dalam cahaya alam (natural
light) memberikan hasil yang lebih halus dan menarik.
4. Film dengan kecepatan
sangat cepat/ ultra fast films (di atas 800 ISO)
Film ini dirancang untuk pencahayaan rendah dengan cahaya
pemotretan seadanya. Gambar yang dihasilkan memeilki butiran yang kasar. Dalam
beberapa tahun terakhir, film jenis inipun mengalami banyak perbaikan. Film ini
tidak hanya digunakan untuk pemotretan pada pencahayaan rendah, tetapi juga
merupakan sebuah pilihan yang cukup kreatif. Warna-warna lembut dengan butiran
kasar menampilkan kesan khusus sehingga dapat digunakan pada beberapa objek
pemotretan.
D. Lapisan film berwarna
Dasar kerjanya film berwarna ialah menguraikan
warna-warni yang terdapat dalam suatu skene menjadi tiga warna dasar, yaitu
warna merah, hijau dan biru. Kemudian merekamnya kembali berupa campuran
warna-warni dasar itu menurut proporsi yang ada pada skene yang dipotret.
Lapisan film warna terdiri
dari:
-
Tiga
lapisan emulsi yang terpisah A, C, D (lihat gambar). Pada lapisan yang pertama (A) terdapat emulsi
yang peka akan biru saja. Pada lapisan emulsi yang kedua (C) terdapat emulsi
yang akan hijau, tetapi peka juga akan biru. Pada lapisan emulsi yang ketiga
(D) terdapat emulsi yang peka akan merah, tetapi peka juga akan bitu.
-
Antara
lapisan emulsi yang pertama dan yang kedua terdapat lapisan penyaring kuning
(B) untuk menghambat sinar biru supopaya tidak melewati lapisan emulsi yang
pertama.
-
Lapisan
kelima terdiri dari lapisan antihalo. Lapisan ini gunanya untuk mencegah halo,
yaitu cahaya yang memantulkan kembali dari alas emulsi, kalau penyinaran
terlalu kuat.
-
Kelima
lapisan (A, B, C, D, E) berada diatas alas berupa seluloid yang jernih.
Lapisan-lapisan itu seluruhnya hampir sama tebal, lebih tepat kalau dikatakan
hampir sama tipis dengan lapisan film hitam putih biasa.
Hal 88 petunjuk
Penampung film berwarna dengan lima lapisan di atas
alasnya
E. Lapisan Film Hitam Putih
(HP)
Kertas foto hitam
putih (HP) adalah kertas yang salah satu permukaannya dilapisi emulsi. Emulsi
ini terdiri dari dari beberapa lapisan. (1) Lapisan paling bawah adalah kertas
yang berfungsi sebagai dasar atau alas lapisan emulsi. Permukaan kertas foto HP
ada yang halus dan ada pula yang bertekstur. Warna dasar dari kertas inipun
tidak seluruhnya berwarna putih. Ada
kertas foto yang berwarna kecoklatan. Bahkan ada pula yang berwarna coklat muda
kekuningan, yang mengesankan foto kuno. (2) Lapisan di atas kertas adalah
lapisan barit. Lapisan ini berguna untuk mencegah perak bromida yang merembes
ke lapisan kertas. (3) Lapisan selanjutnya merupakan lapisan inti dari kertas
foto, yaitu perak bromida atau perak halida. Namun, lapisan perak bromida yang
ada saat ini tidak murni lagi. Selain bahan perak yang sangat mahal, teknologi
untuk menggantikan atau mengurangi perak bromida pun sudah ditemukan. Kandungan
senyawa perak bromida dikurangi dan digantikan oleh senyawa berbahan dasar
resin dan fiber. Kertas HP ini biasa disebut kertas RC (resin coated) dan fiber
base. Kelebihan jenis RC adalah kertas foto tidak akan bergelombang atau
“keriting” setelah diproses. Artinya, permukaan kertas akan tetap rata. (4)
Lapisan paling atas adalah lapisan pelindung, yang berfungsi untuk melindungi
lapisan yang ada dibawahnya.
Susunan lapisan
emulsi kertas Foto: 1. kertas, 2. lapisan barit, 3. lapisan emulsi, dan 4. lapisan
pelindung.
Macam-macam Kertas Foto Hitam
Putih (HP)
Merk Dagang
|
Produsen
|
Kodak polycontras (MG)
|
Kodak
|
P-Max art RC (GP)
|
Kodak
|
Kodabrome II RC
|
Kodak
|
Lucky
|
Tidak diketahui
|
Ilford Merit (GP)
|
Ilford
|
Ilford MG
|
Ilford
|
Chen Fu (GP)
|
Tidak diketahui
|
Sterling (GP)
|
AGFA
|
Work (GP)
|
Tetenal
|
F. Pemasangan Film
Langkah-langkah
memasang film ke dalam kamera, antara lain sebagai berikut:
1. buka Back Cover (tutup
belakang kamera), dengan cara menarik keluar knop penggulung film.
2. Masukan cassette film
dalam tempat film dalam kamera
3. Tariklah ujung film hingga
sampai pada gelondong penjepit film. Jepitlah ujung film tersebut, setelah
benar-benar yakin ujung film tersebut telah terjepit dengan kuat, langkah
selanjutnya adalah mengecek apakah lubang kecil-kecil di kedua sisi film sudah
tepat berada pada leader film, lalu tekan kembali knop penggulung film pada
posisi yang benar.
4. Gerakan engkol pengokang film
satu langkah untuk memperkuat posisi jepitan film.
5. Tutuplah back cover kamera
6. Langkah selanjutnya adalah
memutar knop penggulung film ke arah kanan, sampai terasa rata dan berhenti
tidak bisa diputar lagi.
7. Meneliti ulang apakah film
sudah terpasang dengan cara memutar selangkah engkol pemindah frame. (perhatikan
knop penggulung film, bila ikut bergerak searah putaran frame pemindah
tersebut, berarti film benar-benar sudah terpasang dengan sempurna dan siap
untuk dipakai untuk memotret.

4. TEKNIK PENCAHAYAAN
Fotografi artinya melukis dengan cahaya.
Tanpa cahaya, tidak akan ada karya fotografi. Agar sebuah foto dapat tercipta,
film yang ada di dalam kamera yang kedap cahaya harus disinari. Untuk
memperoleh pencahayaan yang tepat pada saat memotret, proses masuknya cahaya ke
dalam film harus diatur.
Dalam proses pemotretan ada istilah diafragma. Jika
diafragma bukaannya besar maka besar pula masuknya cahaya, sebaliknya, jika
bukaan diafragma kecil maka kecil pula masuknya cahaya.
Teknik pencahayaan merupakan faktor terpenting
terciptanya sebuah gambar yang berkualitas. Fotografer harus dapat mengatur
masuknya cahaya yang masuk ketika melakukan pemotretan. Ada beberapa kamera yang pengaturan cahaya
secara otomatis, sedangkan untuk manual fotografer yang harus mengatur.
A. Diafragma dan Rana
Pengaturan
cahaya dapat dilakukan dengan mengontrol bukaan diafragma dan kecepatan rana.
Besarnya bukaan diafragma menentukan jumlah cahaya yang masuk ke film,
sedangkan kecepatan rana menentukan lamanya waktu yang diperlukan untuk
mencahayai film.
Kombinasi besarnya bukaan diafragma dan
kecepatan rana
Berbagai
kombinasi dari bukaan dan kecepatan rana memeberikan pencahayaan yang sama,
misalnya pengukur cahaya kemera menunjukan kombinasi 1/125 detik, f/8. jika
mengubah bukaan diafragma satu stop lebih kecil menjadi f/11 maka kuantitas
cahaya yang masuk ke kamera akan berkurang setengah kali. Agar memperoleh nilai
pencahayaan yang sama harus diimbangi dengan menggunakan kecepatan rana lebih
lambat satu stop, yaitu 1/60 detik. Sebaliknya, jika bukaan diafragma
diperbesar satu stop menjadi f/5,6 maka kecepatan rana harus dipercepat.
B. Over dan Under
Dalam fotografi ada istilah kontras. Kontras diartikan
sebagai perbedaan gradasi antara area yang gelap (shadow) dengan area
yang terang (highlight) pada objek. Ungkapan ini seperti kurang kontras
(kontras rendah), terlalu kontras (kontras tinggi), kontras sempurna (kontras
ideal).
Sebuah film dikatakan berhasil secara pencahayaan (normal
eksposur) jika semua warna yang muncul mempunyai nada yang sama dengan yang
diharapkan. Kondisi ini terjadi jika adanya kombinasi pencahayaan yang tepat
antara kecepatan rana dan diafragma.
Sebuah film disebut over exposed (biasa disingkat over/kelebihan),
jika bagian shadow density (bagian
transparan) menerima cahaya yang berlebihan. Akibatnya, bagian ini akan
berwarna lebih pekat/hitam (tanpa detil) daripada yang diharapkan. Hasilnya,
negatif film akan hitam total karena karena kepekatan bagian ini. jika film
dicetak, akan menghasilkan warna putih bersih tanpa tekstur. Film over
terjadi akibat kurang tepatnya pilihan diafragma atau kecepatan rana sehingga
film tercahayai secara berlebihan. Hasilnya, foto cenderung memiliki
kekontrasan yang kurang baik.
Sebuah fil dikatakan under exposed (biasa disingkat
under/kekurangan), jika bagian shadow density menerima cahaya
yang kurang untuk menampilkan detil gambar. Akibatnya, film negatif akan
menjadi tipis terutama bagian shadow density. Film akan terkesan lebih
bening. Film under terjadi akibat kurang tepatnya diafragma atau
kecepatan rana sehingga film kurang tercahayai dengan baik. Hasilnya, foto
cenderung lebih gelap.
Untuk mengetahui proporsi pencahayaan yang tepat dapat
diukur dengan ligh meter. Ligh meter ada yang terdapat di bodi
kamera dan ada yang terpisah dengan kamera.
Pencahayaan yang berlebihan, pemotret dapat mengubah
diafragma menjadi lebih kecil atau menggunakan kecepatan rana yang lebih cepat.
Jika pencahayaan menunjukan kurang,
pemotret harus mengubah bukaan diafragma menjadi lebih besar atau
menggunakan kecepatan rana yang lebih lambat.
Hasil pengukuran pencahayaan menggunakan ligh
meter
FILE GBR LIGHT METER KAMERA SLR (PWR.POINT)
C. Menambah dan Mengurangi Pencahayaan
Pencahayaan
dapat ditambah atau dikurangi yang bertujuan untuk mendapatkan pencahayaan yang
pas. Untuk obyek dengan latar belakang terang, cenderung memberikan pencahayaan
kurang sehingga perlu penambahan +2 stop. Jika pengukur cahaya memberikan
kombinasi 1/125 detik, f/16 maka obyek diambil dengan kombinasi 1/125 detik,
f/8. sebaliknya, jika latar belakang gelap (misalnya foto panggung) diperlukan
kompensasi –2 stop, dari kombinasi 1/125 detik f/16 menjadi 1/500 detik f/16.
D. Ruang Tajam (depth of
field)
Ruang
tajam adalah sebuah ruang di depan kamera. Obyek akan berada di dalamnya
mempunyai ketajaman yang layaknya pada foto terekam.
Panjang ruang tajam ditentukan oleh berbagai faktor,
sedangkan lebar dan tingginya dibatasi oleh format film, seperti yang tampak di
lubang kamera. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi panjang ruang tajam
adalah bukaan diafragma dan panjang fokus lensanya. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan gambar berikut ini.
Panjang ruang tajam dipengaruhi oleh bukaan
diafragma dan panjang fokus lensa
Pada
gambar 1 terlihat perbandingan (tidak berskala) antara ruang tajam dan bukaan
diafragma. Tiga kotak di depan kamera adalah gambaran ruang tajam, sedangkan
bulatan besar di tiap kotak adalah tempat fokus lensa ditujukan. Untuk bukaan
f/5,6 terlihat bahwa besarnya ruang tajam hanya tercakup sedikit di depan dan
dibelakang titik fokus. Untuk bukaan f/11, ruang tajam lebih panjang dari
bukaan f/11.
Pada gambar 2 terlihat perbandingan (tidak berskala)
antara ruang tajam dan panjang fokus lensa. lensa 28 mm (lensa sudut lebar)
mempunyai ruang tajam yang panjang. Makin panjang lensa makin tipis ruang
tajamnya. Bahkan, pada lensa yang sangat panjang, panjang ruang tajamnya hanya
beberapa milimeter.
Selain bekaan diafragma dan panjang fokus lensa,
panjangnya ruang tajam dipengaruhi pula oleh jarak antara obyek dengan
kameranya. Makin jauh obyek, makin panjang ruang tajamnya. Lensa yang
difokuskan ke tempat yang tidak terhingga, mempunyai ruang tajam yang tidak
terhingga pula. Namun, pada pemotretan yang sangat dekat (misalnya pemotretan
mikro), ruang tajamnya hanya beberapa milimeter.
E. Bukaan diafragma
Bukaan
diafragma kecil dapat dipilih untuk memperoleh ruang tajam yang besar, pada
kondisi cahaya yang cukup terang dan kecepatan rana yang tinggi. Sebaliknya,
bukaan diafragma besar dapat dipilih untuk memperoleh ruang tajam yang sempit,
pada kondisi cahaya yang kurang terang dan kecepatan rana yang rendah.
Pemilihan bukaan diafragma dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan kepekaan film dan untuk apa foto itu diambil. Foto pemandangan
dengan tujuan untuk menonjolkan terekamnya semua obyek dengan jelas, memerlukan
ruang tajam yang besar. Lain halnya jika fotografer ingin menonjolkan obyek
dengan latar belakang yang kabur, diperlukan ruang tajam yang sempit.
F. Kecepatan Rana
Secara
umum, kecepatan rana dibagi tiga yaitu kecepatan tinggi, kecepatan lambat, dan
kecepatan sangat lambat (lambang B atau bulb). Kecepatan sangat lambat
digunakan untuk memotret obyek yang waktunya dapat ditentukan oleh pemotret.
Cara ini dapat dilakukan untuk pemotretan malam hari tanpa lampu kilat. Pada
saat tombol pelepas rana (pilihan B) ditekan, rana tetap terbuka sampai tombol
pelepas rana dilepaskan. Jadi, lamanya pencahayaan film sangat tergantung pada
pemotret.
Kecepatan lambat dan kecepatan tinggi memiki fungsi dan
kegunaan yang berbeda. Kecepatan lambat akan memberikan kesan gerak pada
beberapa bagian gambar. Kesan yang timbul dari gambar tersebut adalah suasana
dinamis yang memberikan warna tersendiri. Sedangkan kecepatan tinggi dipakai
untuk membekukan gerakan gambar.
G.Braketing
Braketing adalah suatu teknik yang
memberikan kombinasi pencahayaan yang berbeda-beda pada satu obyek, selain
pencahayaan normal. Akibatnya, ada satu
bingkai yang dijamin akan memperoleh pencahayaan tepat seperti yang
diinginkan. Teknik ini biasa dilakukan
jika obyek memperoleh pencahayaan yang tidak umum atau obyek yang kita anggap
cukup penting. Sebagai ilustrasi atau
contoh untuk memahami sistem braketing adalah sebagai berikut: seorang
fotografer memperoleh kombinasi pencahayaan 1/125 detik dan bukaan diafragma
f/16. Selain menggunakan kombinasi yang
ada tersebut, ia juga membuat kombinasi pencahayaan lain yaitu 1/125 detik,
f/22 atau 1/125 dengan bukaan diafragma sebesar f/11.
F. Pemotretan In-door
Banyak
peluang untuk membuat gambar yang baik dalam ruangan, tanpa repot-repot atau
perlengkapan yang mahal. Ada
juga pertimbangan bahwa dengan menggunakan sinar buatan pemotret menguasai dan
tidak menyerahkan nasibnya pada sinar matahari yang tidak dapat diramalkan.
Gambar potret barangkali merupakan hal yang paling umum
di antara semua foto yang dibuat dalam ruangan dan beberapa di antara gambar
yang paling wajar dan alamiah dari orang-orang dan terutama anak-anak dapat
dibuat dalam ruangan tanpa cahaya khusus.
Pemotretan dalam ruangan harus menguasai tata lampu
studio agar foto yang dihasilkan memuaskan. Penataan lampu harus sedemikian
rupa sampai dapat dibentuk dan kondisi pencahayaan yang dikehendaki.
1. Tata lampu
Pengetahuan
tata lampu ini kita kenal beberapa istilah yang sering digunakan. Istilah
seperti berikut ini:
Sinar utama : sinar yang
berasal dari lampu kilat utama.
-
Fill-In
yaitu lampu kilat yang keberadaannya digunakan untuk memperkuat sinar utama.
-
Back-Lighting
Yaitu penempatan objek membelakangi sinar atau sumber cahaya.
-
Side-Unit
yaitu sebuah rangkaian elektronik yang terdiri dari ELCO yang mampu
mengkoordinasi menyala atau tidaknya lampu kilat yang terangkai menjadi satu
sistem.
Jenis lampu
studio lighting merupakan lampu yang paling cocok untuk studio foto, karena
dirancang khusus untuk penerangan dalam studio (in-door studio).
Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam teknik memotret yang erat kaitannya dengan sistem
penataan lampu dan pengetahuan tata lampu adala sebagai berikut:
1. Penataan lampu untuk
mendapatkan efek bayangan kiri. Perhatikan sketsa gambar:
Penempatan
lampu utama berjarak 2 m menyamping kanan sebesar 300 dari arah
datangnya sinar Fill-In yang terpasang dekat dengan kamera dengan arah 450
dari garis lurus ditarik antara objek dengan kamera. Sinar diterima model
sebagian besar mengenai bagian kanan model, sehingga bagian kiri ditampilkan
gelap.
- Penataan lampu untuk penetralan bayangan
Lampu utama
dipasang dekat dengan kamera berjarak mati 4 m dari model. Lampu kilat lain
sebagai Fill-In dipasang saling menyamping dengan posisi 450
masing-masing garis yang ditarik dari objek kamera. Kedua lampu kilat sebagai
Fill-In tersebut, bertugas meniadakan efek bayangan yang ditimbulkan oleh lampu
utama.
Penerangan dasar pada pembuatan potret-sudut 45
derajat yang rangkap
3. Penyinaran Rembrandt
Cara penerangan ini, seperti yang terkandung pada
namanya, mula-mula diterapkan oleh Rembrandt, seorang pelukis, dengan hasil
yang baik dan langgeng karena menciptakan pengaruh dramatis, bahkan kesan yang
anggun. Penerangan utamanya diletakan di belakang model, model berpaling ke
samping menunjukan profilnya kira-kira 1300 dari kamera pada
ketinggian 450.
Untuk menciptakan efek penerangan ini, biasanya paling
baik ialah menyuruh model mengambil sikap kepala yang umum dan kemudian menata.
Setelah ditata pada sikap yang kira-kira benar, model dipersilahkan pindah pada
tempat yang tepat untuk diambil gambarnya.
5. FOCUSING

A.
Memfokus
Focusing
atau memfokus adalah membuat tajam suatu objek yang akan kita potret dengan
cara mengatur focusing ring (gelang focus) yang ada pada lensa kamera. Untuk memperoleh gambar atau foto yang tajam
dan jelas diperlukan ketepatan pada pengaturan fokus. Artinya, jika pengaturan
fokus tidak tepat maka foto yang dihasilkan tidak akan tajam atau buram.
Skema
fokus tidaknya gambar hasil pemotretan
Fokus yang tepat dapat
diperoleh dengan cara memutar gelang fokus pada lensa sehingga gambar yang
terlihat melalui jendela pengamat menjadi tajam. Pada beberapa kamera, fokus
tidaknya obyek foto akan tampak pada patah atau tidaknya obyek yang terlihat di
tengah-tengah lingkaran pada layar. Jika obyek masih tampak patah berarti obyek
yang akan dibidik belum fokus.
Patahan
lingkaran menunjukan fokus-tidaknya pembidikan
Beberapa macam pemfokusan dalam satu produsen bisa dikatakan satu produk puluhan jumlah
jendela bidik fokus. Jadi tergantung pemotret memakai kamera yang mana dan
jenis apa yang digunakan. Biasanya bila kita membeli produk kamera, dibuku
petunjuk ada jenis pemfokusan yang ada.
Berikut ini beberapa gambar
jendela fokus yang dikeluarkan oleh pabrik kamera merek Nikon:
Sumber:
Brosur Nikon Photographic Accessories
Ada tiga cara untuk menentukan
ketajaman atau fokus-tidaknya suatu gambar/obyek, tergantung pada merk kamera
yang kita pergunakan, yaitu:
1. Split Image, yaitu suatu lingkaran kecil,
dimana dibagian tengahnya terdapat sebuah garis (biasanya agak miring). Objek
dikatakan tajam apabila bayangan objek di atas garis tersebut menyatu dengan
bayangan di bawah.
2. Double Image. Suatu objek yang belum focus
akan tampak dobel, namun apabila obyek sudah focus (tajam) akan tampak jelas
dan tidak dobel lagi.
3. Melalui Microprisma, yaitu
suatu lingkaran kecil di tengah. Sebuah objek akan tajam apabila sudah tampak
terang dan jelas di kaca microprisma.
Dalam teknik fotografi
terdapat terdapat 4 kategori ketajaman yang dapat kita pilih, diantaranya yaitu
:
1.
Ketajaman
Optis (Optical Sharpness), yaitu suatu ketajaman gambar yang bisa
dicapai berkat kualitas lensa. Lensa – lensa yang dibuat dari kaca optis
(optical glass) bermutu tinggi, akan
menghasilkan ketajaman gambar yang senantiasa baik dan tajam, bilamana objek
yang kita jadikan sasaran tepat terukur
jaraknya, sekalipun kita membuka diafragma dengan penuh.
2.
Ketajaman
Teknis (Technical Sharpness), yaitu suatu ketajaman gambar yang diciptakan
dengan mengecilkan bukaan diafragma. Menurut teori dasar tentang sifat lensa,
semakin kecil bukaan diafragma, ruang tajamnya semakin besar. Ruang tajam yang
besar atau luas berarti juga ketajaman gambar semakin baik. Dengan demikian
sebagian dari sasaran pemotretan, yang tidak tajam atau kurang tajam saat kita
lihat melalui jendela pengamat kamera Refleks Lensa Tunggal (Single Lens
Refflect/SLR), dikarenakan jaraknya lebih dekat atau lebih jauh daripada jarak
yang terukur, dapat dijadikan tajam dengan pengecilan diafragma.
3.
Ketajaman Selektif (Selective Focus), yaitu
merupakan suatu cara untuk menonjolkan suatu objek pilihan tertentu agar tampak
mencuat/menonjol dari lingkungan yang ramai, atau supaya lebih mudah menarik
perhatian. Kiat untuk menghasilkan ketajaman selektif ini dengan cara termudah
adalah dengan memilih bukaan diafragma besar atau penuh. Hal tersebut akan
lebih dipermudah lagi apabila kita menggunakan lensa berjarak focus panjang
(lensa tele).
4.
Ketajaman
Semu (Soft Focus), yaitu tajam tapi kurang tajam (lunak). Foto dengan efek
fokus lunak ini sebenarnya tajam, karena jarak pemotretan sudah terukur dengan
benar. Ketidak tajaman tersebut adalah merupakan efek kabut, semacam penyamaran
yang diciptakan oleh lensa atau filter untuk tujuan tersebut. Maka yang
sebenarnya terjadi adalah pelunakan gambar (soft affect image). Hal
tersebut selain dapat dibuat pada saat pemotretan, juga dapat dibuat pada waktu
pencetakan. Efek pelunakan gambar tersebut tidak sama dengan ketidak tajaman
yang disebabkan sasaran yang tidak terukur dengan benar atau karena goyang (camera
shake). Oleh karena itulah disebut ‘ketajaman semu’. Foto – foto dengan ‘soft
focus’ mulai naik daun ketika telah diperkenalkan oleh studio – studio
potret yang menggunakan filter soft
untuk obyek yang berjerawat agar kelihatan tersamar.
Ada tiga macam pemfokusan
terhadap obyek yang biasa kita lakukan dalam kegiatan memotret, diantaranya
adalah :
1. Memfokus Objek Diam, dengan
cara mengatur gelang fokus sedemikian rupa sampai didapat gambar yang benar –
benar fokus dan tajam. Cara pemfokusan ini tidak terlalu sulit dikarenakan
obyek yang akan kita potret dalam keadaan diam, sehingga kita dapat dengan
leluasa mengatur pemfokusan.
2. Memfokus Objek Bergerak tanpa
latar belakang, misalnya kita ingin memotret burung yang terbang melintas tidak
terlalu jauh dengan posisi kita berdiri, dengan menggunakan bantuan skala jarak
kita bisa memperkirakan jarak burung tersebut dengan kita. Pasang jarak
perkiraan tersebut secara otomotatis pada jarak yang kita tentukan tersebut
maka objek akan menjadi fokus.
3. Memfokus Objek yang belum ada
(Trapping shot). Hal ini akan terjadi bila kita akan memotret balapan
sepeda motor. Selagi kita menunggu munculnya sepeda motor tersebut, yang harus
kita lakukan adalah memfokus suatu benda yang terdapat pada jalur yang akan
dilalui sepeda motor tersebut. Benda tersebut bisa berupa rumput, tonggak kayu
dan sebagainya. Pada saat sepeda motor tersebut melintas pada tempat yang telah
kita fokus, kita tinggal melepas tombol rana, maka gambar pembalap sepeda motor
akan baik dan fokus.
B.
Ruang Tajam (Depth of Field)
Ruang
Tajam adalah ruang atau bidang dalam sebuah foto
yang tampak tajam. Panjang ruang ketajaman ditentukan oleh berbagai faktor,
sedangkan lebar dan tingginya dibatasi oleh format film, seperti yang tampak di
lubang kamera. Faktor – faktor penting yang mempengaruhi panjang ruang
ketajaman adalah :
1. Panjang pendeknya titik fokus
suatu lensa. Prinsip yang harus diperhatikan adalah semakin pendek titik fokus
maka ruang ketajaman semakin panjang atau luas, contohnya fokus pada lensa wide
angle dan semakin panjang titik fokus suatu lensa maka ruang ketajaman
semakin pendek atau sempit, contohnya pada penggunaan lensa tele.
2. Besar kecilnya bukaan
diafragma yang digunakan. Prinsip yang harus diperhatikan yaitu semakin kecil
bukaan diafragma maka semakin luas ruang ketajamannya dan semakin besar bukaan
diafragma maka semakin sempit ruang ketajamannya.
3. Jarak pemotretan yang kita
lakukan terhadap obyek. Prinsip yang harus diperhatikan adalah semakin jauh
jarak pemotretan maka semakin luas ruang ketajamannya. Lensa yang difokuskan ke
tempat yang tidak terhingga, mempunyai ruang ketajaman yang tidak terhingga
pula. Namun pada pemotretan yang sangat dekat, misalnya pada pemotretan mikro,
ruang ketajamannya hanya beberapa milimeter.
C.
Teknik Pemotretan
1. Taken Light, adalah pemotretan yang
menempatkan objek membelakangi sinar (sinar matahari/alami dan buatan),
sedangkan posisi seorang pemotret melawan arah datangnya sinar. Efek yang
dihasilkan dari teknik adalah gambar
objek akan menjadi hitam dengan latar belakang yang terang sekali. Gambar yang
dihasilkan dari teknik ini biasa disebut dengan istilah silhouette.
2. Close-up, merupakan teknik pemotretan
jarak dekat untuk mendapatkan gambar objek setengah badan ke atas. Pemotretan
ini biasanya bertujuan menonjolkan wajah, sehingga detail dan tekstur wajah
akan tampak jelas.
3. Medium-shot, merupakan teknik pemotretan
dilakukan dengan jarak sedang. Tujuan pemotretan dengan teknik ini biasanya
untuk mendapatkan gambar seluruh tubuh.
4. Long-shot, merupakan teknik pemotretan
jarak jauh, contohnya pada pemotretan pemandangan panorama alam.
5. Panning, merupakan teknik pemotretan
yang dilakukan pada objek yang bergerak dengan cara menggerakkan kamera
mengikuti geraknya objek tersebut. Apabila moment objek tersebut pas atau
sesuai dengan apa yang akan diambil, maka kita tinggal menjepretkan rana.
6. KOMPOSISI dan ANGLE

A. Komposisi
Komposisi merupakan susunan
grafis, nada, kontras, tekstur yang diatur dalam suatu format. Komposisi
disebut juga sebagai bahasa bidang. Komposisi dalam dunia fotografi dimaksudkan
sebagai cara meletakkan obyek pada bidang gambar, sehingga diperoleh gambar
yang enak dipandang, atau dengan kata lain bagaimana gambar membagi sebuah
bidang. Komposisi merupakan pelengkap dari beberapa unsur seperti ide yang
dapat memberikan sentuhan akhir pada gambar dengan tujuan menambah presentasi yang
artistik. Selain itu juga komposisi mempunyai peranan memberi bentuk yang
paling efektif untuk menyampaikan pesan.
Kebanyakan
pemotret hanya mengetahui satu jenis komposisi saja. Segala sesuatu yang
menjadi fokus utama selalu ditaruh di tengah bidang dan apa yang dicari
haruslah tampak lengkap atau utuh, tidak boleh ada suatu potongan. Hal seperti
itu bisa kita katakan sebagai ‘cara pas foto’, sehingga apa yang kita lihat
jika kita selalu berpatokan pada hal tersebut hanyalah akan menghasilkan sebuah
pas foto bunga, pas foto gunung, pas foto rumah atau gambar yang lainnya, yang
tidak memiliki daya tarik. Untuk menimbulkan daya tarik tersendiri bagi suatu
foto, maka diperlukan suatu komposisi yang baik.
1) Petunjuk Mendapat Komposisi
Untuk
dapat memperoleh gambar dengan komposisi yang baik tidak terdapat suatu aturan
khusus atau baku,
akan tetapi yang ada hanyalah petunjuk – petunjuk yang bila dituruti umumnya
dapat memberi hasil yang lebih memuaskan. Tetapi walaupun demikian semuanya
tergantung daripada rasa seni dari pemotret itu sendiri. Berikut ini adalah
beberapa petunjuk untuk mendapatkan gambar dengan komposisi yang baik :
1. Menggunakan Pusat Perhatian.
Setiap gambar hendaknya mempunyai sebuah pusat perhatian yang akan segera dapat
menarik perhatian bagi pemandangnya. Pusat perhatian ini harus ditonjolkan,
sedangkan obyek – obyek lain hendaknya dikesampingkan. Aturan umum yang harus
dipenuhi dalam meletakkan pusat perhatian adalah jangan sekali – kali
meletakkan pusat perhatian tersebut di tengah – tengah bidang gambar. Dalam hal
ini terdapat aturan yang dinamakan ‘rule of third’. Menurut aturan ini
suatu bidang gambar dibagi menjadi tiga bagian, baik secara vertikal maupun
horizontal, dengan menggunakan empat garis imaginer yaitu a,b,c,dan
d. Pusat perhatian hendaknya diletakkan pada garis imaginer tersebut
atau pada titik perpotongannya. Pusat perhatian hendaknya menghadap ke pusat
gambar atau dalam gerakan menuju ke pusat gambar dan jangan sebaliknya. Dalam
hal gambar pemandangan alam, hendaknya garis horizon tidak diletakkan di
tengah – tengah gambar, tetapi di atas atau di bawah garis tengah tersebut.
Jika kita ingin menonjolkan keindahan langit dengan awan – awan atau gunung,
maka horizon dapat diletakkan di bawah dari garis tengah gambar, yaitu sampai
sepertiga bagian dari bawah. Jadi dalam hal ini maka langit akan menempati kurang lebih dua pertiga dari
ruangan gambar. Sebaliknya jika kita tidak ingin menonjolkan langit sebagai
pusat perhatian, maka hendaknya horizon diletakkan di atas garis tengah gambar.
Selain cara ‘rule of three’, ada juga cara lainnya untuk meletakkan
pusat perhatian dengan menempatkan pada apa yang disebut ‘titik kuat’. Titik
kuat tersebut dapat ditentukan oleh
‘empat persegi panjang agung’, ‘dua buah segi tiga’, ‘diagonal empat
persegi panjang’ dan dengan cara ‘garis pengarah’.
GAMBAR
BAGIAN KOMPOSISI (PWR.POINT)
2. Kesederhanaan (Simplicity).
Salah satu rahasia dari foto – foto yang baik adalah kesederhanaan dalam
komposisi yaitu hanya ada satu pusat perhatian yang ditonjolkan, sebagaimana
seperti yang dijelaskan pada point 1 di atas. Dengan komposisi yang sederhana
tersebut maka pemandang akan cepat menangkap makna dari sebuah foto. Sebaliknya
bila gambar tersebut terlalu ramai komposisinya, maka pemandang akan mendapat
kesulitan dalam hal mengartikan bagian mana yang perlu mendapat perhatian. Jadi
hendaknya dalam satu gambar hanya ada satu pusat perhatian yang ‘bercerita’.
3. Kesinambungan. Suatu cara
penyusunan komposisi dengan menggunakan ‘garis pengarah’, dimana obyek
ditempatkan dari pojok kiri secara diagonal. Hal ini dilakukan karena biasanya
mata manusia melihat dari kiri ke kanan, contohnya apabila kita hendak memotret
sungai, jalan raya atau pohon yang berjajar.
4. Memotret Selektif. Prinsipnya
sama dengan kesederhanaan, yaitu kita harus memilih atau menentukan obyek dan
mengambil yang pentingnya saja.
5. Get Close, yaitu mendekati suatu obyek
utama yang akan kita buat kesannya atau akan kita tonjolkan.
6. Memanfaatkan Garis – garis
Gambar. Beberapa gambar ada yang didominasi oleh garis – garis vertikal ataupun
garis – garis horizontal. Gambar – gambar yang didominasi oleh garis vertikal
akan memberi kesan suatu kekuatan atau keagungan. Gambar – gambar gedung tinggi
adalah salah satu contoh gambar yang didominasi oleh garis – garis vertikal.
Sebaliknya gambar – gambar yang didominasi oleh garis horizontal akan memberi
kesan suatu ketenangan atau perdamaian, contohnya yaitu gambar pemandangan.
7. Pembingkaian Gambar (Framing).
Untuk memberikan suatu kesan kedalaman atau kesan ruang. Maka sering gambar
diberi suatu bingkai alam. Adapun sebagai bingkai alam sering digunakan pohon
yang teletak di pinggir bidang gambar, ataupun dahan beserta daun – daunnya
yang terletak di pojok atas gambar. Bingkai yang demikian sering pula berfungsi
mengisi langit yang kosong, sehingga dapat memberi kesan yang lebih baik.
Bingkai tersebut dapat mengelilingi seluruh obyek ataupun hanya sebagian saja.
Dalam hal ini bingkai umumnya dibuat sebagai latar muka (fore ground)
yang berada dalam keadaan fokus ataupun tidak fokus sesuai dengan keinginan
atau kebutuhan pemotret dalam membuat fotonya.
8. Saat Pengambilan Gambar.
Gambar – gambar pemandangan yang diambil pada pagi – pagi hari ataupun sore
hari, dimana terdapat bayangan – bayangan yang panjang, akan lebih enak
dipandang dibandingkan dengan gambar yang diambil dalam keadaan matahari tepat
di atas kepala. Disamping itu pada setiap obyek yang akan dipotret sebenarnya
ada saat atau moment – moment yang terpenting yang dinamakan ‘peak of the
moment’ atau ‘decisive moment’, dimana pada saat inilah obyek perlu
direkam gambarnya. Pada keadaan ini maka gambar yang diperoleh akan dapat
melukiskan peristiwanya dengan jelas, gambar akan ‘berbicara’ lebih banyak dan
kadang – kadang akan memperlihatkan ekspresi tertentu.
9. Latar Belakang. Latar
belakang yang terlalu ramai hendaknya sedapat mungkin dihindarkan karena hal
ini akan dapat mengurangi perhatian dari pusat perhatian. Dengan mengatur sudut
pengambilan gambar maka dapat diperoleh latar belakang yang tidak terlalu
ramai. Cara lain untuk menghilangkan latar belakang yang terlalu ramai adalah
dengan jalan menempatkan latar belakang tersebut di luar medan tajam dari lensa yang bersangkutan,
sehingga latar belakang tersebut tampak kabur. Untuk maksud ini dapat digunakan
beberapa jalan antara lain menggunakan lensa tele yang memiliki medan tajam sempit,
mendekatkan obyek pada kamera atau menggunakan bukaan diafragma yang besar.
10. Menempatkan Indikator Ukuran. Beberapa foto
pemandangan memerlukan indkator ukuran untuk mengetahui atau memahami ukuran
yang sebenarnya dari obyek alam tersebut. Tanpa adanya indikator ukuran
tersebut maka para pemandang akan sulit sekali untuk menerka berapa ukuran
sebenarnya dari obyek pemandang tersebut. Untuk pemandangan alam biasanya
menggunakan orang, hewan atau kendaraan sebagai indikator ukuran yang memandang
atau menuju ke arah pusat perhatian.
11. Aktifitas Normal. Obyek
hendaknya baru diambil gambarnya dalam keadaan aktif normal, artinya tidak
mengerjakan sesuatu yang dibuat – buat. Dengan jalan ini maka akan diperoleh
gambar dengan kesan yang lebih hidup, kalau obyeknya berupa orang maka
gambarnya akan tampaklebih hidup jika obyek tersebut sedang mengerjakan
sesuatu.
12. Nada yang Mendukung. Di dalam
gambar yang serba gelap (low key) suatu tempat putih akan menarik
perhatian dan menjadi titik penarik. Sebaliknya suatu gambar yang serba putih (high
key) tempat yang hitam akan menjadi pusat perhatian, dimana saja letaknya
dalam ruang.
2) Unsur Desain Komposisi
Dalam menyusun suatu komposisi terdapat beberapa unsur yang
dapat ‘mendramatisasikan’ penampilan suatu gambar, diantaranya adalah :
1. Tekstur, yaitu suatu keadaan
permukaan suatu benda. Tekstur erat hubungannya dengan pengalaman akan ‘rasa’,
untuk perumpamaan misalnya perbedaan rasa yang diperoleh seseorang, ketika
terjatuh di atas hamparan rumput tebal dan ketika jatuh di atas jalan yang
berbatu – batu. Perbedaan rasa sakit yang timbul akan membentuk persepsi orang
tersebut. Gambar dengan tekstur yang kasar, seperti jalan berbatu – batu tadi,
akan merangsang ingatannya untuk lebih waspada, dibanding saat melihat foto
hamparan rumput hijau. Contoh lain, foto close-up seorang gadis cantik
dengan kulit wajah yang mulus akan lebih memberikan kegembiraan, dibandingkan
dengan foto close-up seorang pengemis dengan kulit wajah yang berkerut –
kerut. Jika kita dihadapkan pada keduanya, dan boleh memilih salah satu untuk
dikecup, kecuali ada pertimbangan lain, kita yakin, akan lebih banyak orang
yang memilih untuk mencium pipi mulus si gadis cantik tersebut. Perumpamaan
tersebut menjelaskan bahwa tekstur yang halus menimbulkan kesan yang lebih
enak, menyenangkan dan lancar,selain berkesan mantap. Sedangkan tekstur yang
kasar memberi kesan bermasalah dan rapuh.
2. Pola dan Pengulangan (pattern and
repetition) yaitu dua hal yang saling berkaitan, karena pola merupakan
hasil dari pengulangan. Sebagai contoh foto pekerja tua yang sedang menjemur
tampah- tampah, merupakan contoh tepat untuk menerangkan unsur desain yang satu
ini. Pengulangan dari sejumlah tampah yang berjajar rapi memperlihatkan pola
lingkaran atau elips yang tersusun satu di sebelah lainnya. Bayangkan kalau
foto tersebut hanya hanya berisi pekerja tua yang menjemur sebuah tampah saja,
tentu akan lebih menarik dibandingkan foto dengan lebih banyak tampah. Hal
tersebut dikarenakan jika hanya dengan satu tampah tidak menjelaskan suatu
cerita secara tuntas. Banyak kemungkinan yang timbul dari seorang pekerja pria
tua dengan keadaan seperti itu, apakah ia baru pulang dari pasar atau baru saja
membuang sampah dan seterusnya. Sebaliknya foto yang berisi pekerja tua dengan
kumpulan tampah tersebut, dapat memberikan informasi secara tuntas kepada
penikmatnya, yaitu pria tua tersebut sebagai produsen tampah yang menjemur
dahulu barang dagangannya sebelum dipasarkan. Terlihat pula disana, selain
produksinya banyak, buatannya pun rapi. Kalau foto tersebut kita kembalikan
dalam kerangka komposisinya, maka kita dapat menangkap kesan garis diagonal (imajiner)
yang dinamis. Dinamika inilah yang menambah nilai foto tersebut sehingga timbul
perasaan kagum, bahwa pria tua itu sangat produktif, selain dengan cara
tradisional, ia juga masih melestarikan nilai – nilai yang ada di masyarakat.
3. Irama dan Nada (Kontras).
Irama merupakan unsur keras – lembutnya suatu komposisi yang terbentuk,
sedangkan nada atau kontras adalah suatu keadaan gelap dan terangnya sebuah
komposisi yang tersusun. Unsur irama dan nada berperan secara berdampingan.
Pembanding yang paling jelas untuk unsur – unsur tadi adalah irama dalam seni
musik. Sebuah lagu yang mengalun dengan anggun memberi rasa tentram dan
sejahtera. Sebaliknya, musik yang menghentak – hentak memberi rasa tegang,
gembira dan bersemangat. Ada
kalanya musik diaransir atau dikomposisikan dengan nada – nada sendu, sehingga
terasa sedih dan suram. Demikian juga pada sebuah foto pemandangan yang asri,
dengan langit cerah, pohon – pohon yang berjajar rapi dan sekali – kali
diselingi semak belukar. Foto ini memberi perasaan damai sejahtera. Sebaliknya,
foto yang suram dengan kontras rendah memberikan kesan sendu dan sedih. Lain
halnya dengan irama yang kacau balau dari bangunan – bangunan yang tidak
teratur. Irama seperti ini memberikan kesan hingar bingar. Kesimpulannya, suatu
irama atau ritme yang diciptakan oleh objek foto, lalu ditempatkan ke dalam
sebuah komposisi, akan menghasilkan mood atau suasana tertentu bagi yang
melihatnya.
4. Memanfaatkan Warna. Ada banyak cara untuk
menata warna agar tercipta suatu dampak visual yang menawan, dari yang
menyentak, dimana warna yang berspektrum berlawanan diletakkan berdekatan,
misalnya merah dengan hijau. Atau memanfaatkan warna – warna senada, hijau
dengan hijau, atau warna – warna pastel untuk menciptakan komposisi yang mampu
menggugah suasana ‘mood’ yang tenang, sejuk ataupun romantis. Warna yang
mempunyai kontras tinggi, hitam dengan orange pada foto silhouette di
pagi hari, juga sebuah foto yang sangat menarik. Sangat penting untuk diingat
dalam menciptakan komposisi dengan elemen warna adalah menghindari kesan ragu –
ragu. Bila memakai kontras dalam warna, manfaatkanlah untuk mencapai dampak
maksimum, umpamanya menaruh bunga merah dengan latar belakang langit biru
legam, atau kuning di atas hijau dan masih banyak yang lainnya.
3) Dinamika Komposisi
Hal – hal yang menyangkut gerak, perasaan gerak (sense of
motion) atau arah – arah gerak kita sebut dengan ‘dinamics of
composition’(dinamika komposisi). Dasar – dasar dari dinamika komposisi
tersebut seperti sesuatu yang stabil tegak lurus, stabil simetris akan lekas
menjemukan karena tidak menarik perhatian dan tidak menggerakkan perasaan.
untuk itu dalam suatu gambar harus ada sesuatu yang menarik perhatian,
menimbulkan pertanyaan dan merangsang kita untuk berpikir, jika kita memandang
foto tersebut.
4) Bentuk Dasar Komposisi
Suatu susunan gambar yang mengelompok di tengah sering dibentuk
dalam komposisi segi tiga, atau piramida. Piramida memberi kesan ketebalan,
kedalaman dan efek tiga dimensi, disamping juga timbulnya distorsi perspektif
dengan mengecilnya benda (dalam pandangan mata) yang lebih jauh letaknya dari
kamera.
Untuk mendapatkan keseimbangan yang mutlak, tentunya tidak
sulit. Kalau kita harus menempatkan sebuah telur atau bola dalam format mana
saja, maka paling mudah adalah kita menempatkan persis di tengah – tengah
format itu. Tetapi penempatan yang sentris itu, akan menimbulkan kesan yang
simetris, kaku dan kosong. Oleh karena itu lebih baik kita hindarkan simetri
atau yang membagi bidang itu dalam kotak – kotak yang matematis, sama. Kita
atur asimetris, eksentrik, pokoknya yang mengandung variasi, sebab lebih
mengasyikkan, mengandung unsur surprise, tidak dapat ditebak lebih dulu.
5) Peranan Jumlah Obyek
Terhadap Komposisi
Konsentrasi terbesar dalam pandangan adalah satu subyek,
misalnya potret seorang manusia atau binatang. Dua subyek sudah mulai
mencecerkan perhatian. Ini masih dapat diterima kalau salah satu dari subyeknya
dominan, artinya lebih penting dari yang lainnya. Jika terdapat tiga orang, maka
ada satu yang menjadi pusat perhatian, dan yang lainnya sebagai pendukung.
Lebih dari tiga orang menjadi sukar untuk membentuk satu komposisi yang
memusat.
6) Macam – macam Komposisi
1. Komposisi Grafik, adalah
suatu gambar dimana unsur – unsur garis dapat membentuk kotak – kotak, bulatan,
segi tiga dan lain – lain.
2. Komposisi Tradisional, adalah
komposisi yang menggunakan format tinggi , dimana panjang atau tingginya lebih
besar dari tiga kali lebarnya. Dalam komposisi horizontal dimana panjang lebih
besar dari tiga kali lebarnya atau tingginya. Pengisian dari ruang ini
mengandung ciri-ciri khas, dimana dikembangkan dari abad ke abad hingga
merupakan watak yang klasik. Sifat – sifatnya adalah kesederhanaan dalam pola
gambar, ekonomis dalam detail dengan menghilangkan atau mengaburkan bagian –
bagian yang tidak esensial dalam pola gambar dan peranan garis yang menonjol.
3. Komposisi Bali, adalah
komposisi yang tidak memuat horizon sebagai perbatasan antara bumi dan langit,
seakan – akan dipandang dari posisi – posisi
tinggi, hingga pemandangan luas ke belakang. Disamping itu detail
diutarakan secara dekoratif, artinya ditarik garis – garis yang teratur dan
warna – warna diisi secara polos dalam tiap – tiap bidang.
4. Surrealisme dalam Komposisi. Surrealisme
adalah penyajian benda – benda yang hubungan satu sama lainnya tidak wajar.
Tujuan dari pada penyajian secara surrealisme tidak lain untuk menarik
perhatian dan menggugah khalayan terhadap sesuatu. Oleh karena itu gaya surrealisme
paling sering digunakan untuk foto – foto iklan, maka umumnya penempatan barang
– barang dagangannya dilakukan dalam lingkungan yang tidak wajar.
Ketidakwajaran dalam hubungan satu benda dengan lainnya tidak berarti bahwa
nilai – nilai estetika dikesampingkan. Garis, warna, pembagian bidang, irama
dan gerak merupakan unsur – unsur dari komposisi yang tetap berlaku.
5. Komposisi Modern. Merupakan
suatu komposisi yang mencapai variasi dan modifikasi dari ide yang sama dan
kelamaan variasi – variasi itu mengulang
diri. Jika hal ini terjadi maka yang disebut modern menjadi konvesionil lagi
dan timbul istilah baru. Kadang – kadang disebut kontemporer dan bergerak terus
menurut perkembangan pikiran dan daya ekspresi manusia. Sifat atau ciri dari
foto yang mengandung komposisi ini adalah simple dalam desain, sedikit detail
dan adanya nada.
B. ANGLE
Angle
adalah posisi darimana kita membidikkan kamera ke arah obyek dan mengintip
melalui jendela pengamat (view finder). Ada
beberapa macam Angle, diantaranya adalah :
1. Pandangan Sebatas Mata (Eye
Level Viewing), yaitu posisi kita memotret berdiri dan pemotretan tersebut
sebatas mata.
2. Pandangan Burung (Bird Eye
Viewing/High Angle), yaitu bidikan dilakukan dari atas, dimana kamera
diarahkan kepada obyek yang berada di bawah.
3. Low Angle camera, yaitu pemotretan dari
bawah, misalnya ketika kita memotret tugu atau bangunan yang tinggi.
4. Frog Eye Viewing, yaitu sudut pandangan yang
dilakukan sebatas mata katak, dalam pemotretan ini kamera ditempatkan hampir
sejajar dengan tanah dan diarahkan mendatar. Jika kita akan melakukan hal ini,
otomatis kita harus tiarap.
5. High Handled Position, yaitu pemotretan dengan
mengangkat kamera di atas kepala, langsung menekan tombol pelepas rana tanpa
mengamati melalui view finder. Hal ini biasanya sering dilakukan oleh
para wartawan foto jika hendak memotret seorang tokoh, dimana tokoh tersebut
dikerumuni oleh sesama rekan seprofesinya. Kondisi seperti itu membuat seorang
wartawan foto sulit untuk membidik obyek, karena terhalang oleh orang – orang
yang mengerumuninya.
7. FOTOGRAFI HITAM PUTIH

Foto Black and
White (B/W) atau lebih dikenal lagi dengan foto hitam putih memilki nilai
tersendiri dibanding foto berwarna. Foto hitam putih menurut kalangan seniman,
memilki nilai seni yang tinggi dan tidak termakan waktu. Proses foto hitam
putih masih dilakukan secara manual.
Perbedaan dan Persamaan Foto Black and White dengan Foto Color
|
Foto Black and White
|
Foto Color
|
Pemilihan Back Ground
|
Cenderung
memilih warna yang mono color, walaupun ada multi color tapi porsinya sedikit
|
Cenderung
memilih warna multi color
|
Tidak pengambilan model/objek
|
Pada
umumnya teknik pengambilan gambar kebanyakan close-up
|
Teknik
pengambilan bebas
|
Komposisi
|
Keserasian
motif, corak dan garis-garis tidak perlu diperhatikan
|
Harus
diperhatikan
|
Sama-sama menggunakan mediator film (untuk
digital, B/W & color bisa menggunakan multi media card) untuk merekam
model memerlukan teknik yang sama mengenai pencahayaan, pengambilan gambar
atau peralatan di dalam studio.
|
B. Karakteristik Film Black & White
Bahan
pembentuk film Black & White (B/W) adalah dari bahan seluloid dan bahan
pelapis, yakni emulsi film yang terdiri dari materi perak halide yang mampu
mengikat cahaya dalam bentuk gambar. Emulsi film B/W hanya mampu menyiratkan
objek dalam bentuk dua warna saja (dwi warna), yakni hitam dan putih.
Ukuran film yang
disajikan dipasaran bervariasi sekali, yakni diantaranya jenis 110, 135, 120
dan 160. Film yang banyak beredar dipasaran, ukuran 135 dan 120. keuntungan
film jenis ini, dapat dibuat pembesaran gambar sampai ukuran maximal untuk yang
berukuran besar dan minimal untuk ukuran terkecil, tanpa timbul efek buruk.
C. Teknik Laboratorium Black & White
Beberapa hal yang
harus diperhatikan untuk kelengkapan kamar gelap diantaranya:
Peralatan pokok:
a. Meja
Bentuk dan ukuran dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi tempat pemisahan alat-alat yang kering dan basah, sehingga menjadi terpelihara
keamanan kualitas dari proses pencucian dan pencetakannya. Hal ini bisa
dilakukan dengan membuat meja panjang yang dibagi menjadi dua bagian, yakni
bagian kering dan basah.
b. Alat cetak B&W
(Enlarger)
Enlarger
digunakan untuk mencetak foto dengan cara memberikan cahaya di atas kertas
negatif foto. Beberapa merek Enlarger yang beredar di pasaran.
-
Fuji Moto Enlarger -
Beta II
-
Zenit
35 mm -
Universal Alpha II
-
Axomat
II -
Oppemus III
-
Krokus
Enlarger dan dan Krokus 44 - Durst F-30
c. Bak kecil untuk bahan
kimia (chemical) dan air
Penempatan
bak bahan kimia untuk larutan pengembang (developer) dengan bak bahan kimia untuk
larutan penyetop (fixer) harus diperhatikan jaraknya, dengan tujuan agar tidak
terjadi kontaminasi di antara keduanya.
d. Lampu
Beberapa
lampu yang harus ada adalah sebagai berikut:
1. Lampu untuk alat cetak Enlarger
Kekuatan
yang umum dipakai 150 watt. Dipasaran umumnya telah tersedia lampu khusus untuk
Enlarger.
2. Lampu Pengaman
Penggunaan
lampu pengaman disesuaikan dengan kondisi ruangan. Dipasaran harga lampu
pengaman yang asli relatif mahal maka kita bisa membuat sendiri dengan cara
melapisi bola lampu dengan filter berwarna merah. Fungsi lampu pengaman, agar
kertas photo yang dikeluarkan dari kotak kertas tidak terbakar serta memberi
penerangan bantuan pada waktu kita bekerja.
e. Pinset Penjepit
Digunakan
untuk membolak-balik cetakan agar kertas yang telah mendapatkan penyinaran
tersebut mendapat porsi yang rata terendam dalam chemical.
f. Tabung/Roller tempat mencuci
film
Digunakan
sebagai tempat film yang akan kita proses menjadi sebuah negative.
gbr
D. Bahan kimia yang dibutuhkan pengembang
Ada dua cara untuk menentukan pengembang mana yang
sebaiknya dipergunakan, yang paling baik dan paling sederhana ialah membeli
pengembang yang telah dibuat oleh pabrik film ternama untuk bahan film mereka sendiri. Untuk film suatu pabrik ialah
pengembang oleh pabriknya sendiri. Ada
beberapa macam larutan pengembang buatan pabrik yang tidak menghasilkan film,
untuk dipergunakan pada segala macam film.
Beberapa macam pengembang di pasaran dalam bentuk bubuk,
lengkap dengan petunjuk untuk melarutkannya. Lepas dari banyaknya keterangan
mengenai data-data teknis, biasanya yang berminat pada petunjuk ini hanya dua
hal yang tak rumit yang perlu dimengerti oleh seorang pemula.
1. Dalam sebuah bungkus pada
umumnya terdapat dua kantong bubuk. Bungkus yang kecil hendaknya dilarutkan
dengan air hangat, jangan panas, selalu mulai dengan airnya dulu. Usahakan suhu
yang tepat dan jumlah yang tepat. Larutkan bubuknya bertahap, aduklah dengan
rata. Jangan sekali-kali menuangkan air pada bubuk. Air lebih dahulu, kemudian
bubuknya.
Jika seluruh bubuk bungkus yang kecil
telah larut, bungkus yang besar kemudian dituangkan sambil terus mengaduknya.
Setelah seluruh bubuk larut, tambahkan lebih banyak air untuk mencapai ukuran
totalnya.
2. Juga penting untuk diketahui
berapa lama bermacam-macam corak film (lamban, sedang, dan film cepat) harus
direndam dalam larutan pengembang itu. Misalnya sebuah film Ilford HP3
membutuhkan tujuh menit dan sebuah Ilford Pan F membutuhkan 4 menit pada
larutan pengembang yang sama dengan panasnya 200 C. Daftar
angka-angka pada petunjuknya akan memperlihatkan yang tepat yang dibutuhkan.
Obat fotografi
yang digunakan untuk foto hitam putih adalah sebagai berikut:
1. Obat Kertas
Developer: contoh “Super Broom” dan
“Super D” kemasan dan dalam pack. Kandungan bahan kimia dalam obat antara
lain-NASo4, dan natrium karbonat.
2. Penyetabil/Penyetop/Fixer
Contoh
yang banyak beredar di pasaran adalah “acifix”
3. Obat Film (Chemical Film)
-
Developer,
contoh “Mikro”
Mikro adalah obat
khusus untuk menimbulkan gambar pada film. Jadi tidak bisa digunakan untuk
kertas.
-
Penyetop
atau penyetabil
Yang banyak
beredar di pasaran adalah “hifo” bahan ini berbentuk kristal berwarna bening
mirip seperti pecahan kaca.
E. Memproses Film Hitam Putih
Obat
yang diperlukan:
-
Micro
Developer Film, sebagai obat penimbul.
-
Hifo,
sebagai obat penyetop dan penyetabil, agar fisik film hasil cucian tahan lama
dan tahan gores terutama pada bagian emulsi.
Gbr
1. Mengisi film pada spritual
dalam gelap atau kantong hitam. Film dipasang melingkar pada rool-tabung.
2. Dengan penutup yang dipasang
rapat dapat dibawa ke tempat terang.
3. Ukur jumlah obat film yang
dibutuhkan-ukur suhu panasnya. Micro developer satu kemasan berisi 32 gr dengan
satu liter air hangat yang bersih, yakni air yang tidak tercampur dengan
materi-materi lain seperti tanah, pasir atau bahan kotoran lain dengan tujuan
agar obat bisa larut dengan sempurna.
4. Tuangkan obat dan mulailah
mengukur waktu. Pasang penutupnya. Waktu yang diperlukan dalam pencucian dengan
menggunakan developer ini adalah ± 10 menit untuk hasil yang
baik.
5. Kocok dengan
membalik-baliknya (dalam waktu 10 menit di atas)
6. Keluarkan developer.
7. Bilas.
8. Ukur jumlah obat penyetabil
(Hifo).
9. Tuangkan obat penyetabil dan
mulai menghitung waktunya. Tutup rapat-rapat (± 10 menit).
10. Tuangkan obat penyetabil itu
ke dalam botol.
11. Bilas.
12. Keringkan dengan lap, biarkan
mengering.
E. Proses Cetak Kertas Negatif
Obat
yang diperlukan sedikit berbeda dengan obat untuk mencuci film (obat developer
film). Obat yang diperlukan untuk menimbulkan gambar pada kertas foto yang
telah disinari adalah sebagai berikut:
1. Developer
Jenis
yang banyak beredar di pasaran adalah super broom atau super D.
2. Acifik sebagai obat penyetop
gambar.
Jenis
yang dapat digunakan untuk menyetop dan menyetabilkan gambar adalah HIFO.
Caranya
larutkan 1 kemasan Super D dengan 1 liter air hangat yang bersih. Aduk sampai
benar-benar rata. Setelah itu obat tersebut siap digunakan.
MENCETAK
FILM
Alat
yang digunakan adalah alat cetak Enlarger. Cara mencetak adalah sebagai
berikut:
1. Pasang negatif film pada plat
film dalam body alat cetak. Sesuaikanlah dengan blak yang digunakan. Film yang
berukuran 135 pakailah blak yang berukuran sedang.
2. Kuncilah plat yang telah
berisi film tersebut agar kedudukannya stabil dan formatnya bagus. Karena
goyangnya film tersebut mengakibatkan buruknya hasil cetakan.
3. Nyalakan lampu, atur skala
bukaan diafragma sesuai kebutuhan.
4. Aturlah level pembesaran yang
dikehendaki, dengan cara menggerakan ke atas dan ke bawah sampai di dapat
gambar yang terfokus sistem level, dengan terlebih dahulu menekan kunci
pembebas.
Dalam mencetak
foto hitam putih, untuk memperoleh ketebalan gambar rata, baik untuk film yang
over ataupun film under ada beberapa teknik yang bisa dilakukan, di antaranya:
(1) perasaan, ini memerlukan latihan yang relatif lama. Karena hanya dengan
membiasakan diri memperhatikan negatif, kita bisa menentukan seberapa lama film
tersebut harus disinari. (2) Dengan hitungan, misalnya film-film yang normal.
Bisa digunakan hitungan pada waktu penyinaran kertas. Misalnya 1, 2, 3, 4 lima berhenti, kemudian
tutup lensa pengaman kertas.
MENCUCI KERTAS FOTO
Bayangan gambar pada kertas foto baru bisa muncul apabila
sudah dicuci. Artinya, gambar pada kertas foto yang telah disinari bisa
terlihat melalui proses cuci cetak.
Tahap pertama yang harus diperhatikan saat mencuci kertas
adalah menyiapkan larutan penghenti,
larutan penetap dan air. Proses selengkapnya dapat dilihat pada uraian berikut
ini.
1.
Proses
Penghentian
-
pindahkan
kertas (kertas negatif) ke dalam larutan penghenti menggunakan penjempit.
-
Lakukan
perendaman sekitar 30 detik (atau setelah muncul gambar)
2.
Proses
Penetapan
-
pindahkan
kertas negatif dari larutan penghenti ke dalam larutan penetap menggunakan
penjepit yang berbeda
-
goyang-goyangkan
nampan secara teratur agar proses pengembangannya menjadi stabil. Dengan
merendam kertas negatif pada larutan penetap maka unsur perak halida yang
berada pada emulsi kertas negatif tidak lagi bereaksi. Lama perendaman dalam
larutan penetap sekitar 2-3 menit. Jika kurang dari 2 menit, proses
pengembangan akan tetap berjalan. Sebaliknya, jika terlalu lama (lebih 3
menit), proses pengembangan yang telah mantap menjadi rusak.
3. Proses pembilasan
Terakhir,
pindahkan kertas negatif dari larutan penetap ke dalam air yang mengalir. Lama
pembilasan antara 15-30 menit. Kalau kurang, larutan-larutan dalam proses
pencucian akan tertinggal. Akibatnya, lama-kelamaan gambar akan pudar dan
cenderung menguning. Air sebaiknya mengalir atau sering diganti agar
bahan-bahan larutan benar-benar bersih (tidak tertinggal pada kertas negatif).
Kalau pembilasan terlalu lama, kertas menjadi mudah sobek.
PENGERINGAN
Sebelum dikeringkan, lap kertas negatif menggunakan spon
busa secara perlahan. Lakukan diruang bebas debu, lalu keringkan. Teknik
pengeringan terdiri dari beberapa cara, berikut ini.
-
letakan
kertas negatif di atas kertas koran (bagian permukaan emulsi film berada di
atas).
-
Keringkan
kertas negatif menggunakan hair-dryer
-
Gantungkan
kertas negatif pada seutas tali menggunakan jepitan.
Hal
167
Ket
fotografi
Susunan dasar kamar
gelap menggunakan ruang dapur
8. MEMBUAT KLJ

Membuat kamera dari barang bekas?
Emangnya bisa? Ya, kamera pertama kali ditemukan juga terbuat dari bahan yang
sederhana. Seperti yang telah disebutkan pada tulisan sebelumnya yang dinamakan
kamera obscura, kamera ini terbuat dari kayu.
Walaupun kamera telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat, tapi teknologi sebelumnya. Kemera yang akan kita ciptakan ini terbuat
dari bahan yang sederhana yaitu kaleng susu ukuran 800 gram. Kamera yang akan
diciptakan ini dinamakan dengan kamera Lubang Jarum (Pinhole Camera). Mengenai
sejarah pembuatan kamera ini mungkin bisa dibaca pada Bab Pendahuluan.
A. Klub Kamera Lubang Jarum Dunia
Meskipun di Indonesia belum dikenal luas, tetapi
eksistensi Kamera Lubang Jarum (KLJ) di
mancanegara tidak pudar. Malah sebaliknya, di zaman “kamera digital” inipun,
perkembangannya sangat menggembirakan. Bahkan, terdapat komonitas yang terus
menggelutinya. Terbukti dengan maraknya situs-situs di Internet, antara lain pinhole
club camera dan pinhole camera. Begitu pula dengan maraknya terbitan
majalah yang khusus mengupas perihal KLJ. Salah satunya adalah “Jurnal
Pinhole”. Tidak hanya itu, sampai detik inipun kompetisi di bidang pinhole
photography tingkat dunia masih terus berlangsung.
Bagaimana “nasib” kamera lubang jarum di Indonesia?
Mungkin tidak ada salahnya jika didirikan
klub KLJI (Kamera Lubang Jarum Indonesia), atau nama lainnya di
KPP.
B. Bagian-Bagian Kamera Lubang Jarum
·
Lensa
KLJ
Lensa
KLJ biasanya terbuat dari karton hitam yang ditempeli aluminium foil yang telah
dilubangi dengan jarum. Dalam hal ini, disebut istilah lensa KLJ fungsinya sama
dengan lensa kamera umumnya. Akan tetapi, lensa KLJ sama sekali bukan lensa
dalam pengertian ilmu fisika maupun pada kamera berlensa. Lensa KLJ adalah
tempat terdapatnya celah cahaya.
·
Celah
Cahaya
Celah cahaya dapat disetarakan dengan diafragma (aperture)
pada kamera berlensa, yaitu celah tempat masuknya cahaya dari luar. Bedanya,
pada kamera berlensa, besar kecilnya lubang diafragma dapat diatur baik secara
manual maupun otomatis. Sebaliknya, celah cahaya pada KLJ hanya berupa lubang
kecil (lubang tusuk jarum) yang tidak bisa diutak-atik lagi. Celah cahaya pada
KLJ merupakan tempat masuknya cahaya dari luar ke dalam ruang film.
Untuk membuat lubang celah cahaya pada KLJ dibutuhkan
kecermatan dan kejelian, terutama dalam menentukan diameter celah cahaya KLJ
karena besar kecilnya lubang celah cahaya sangat berpengaruh pada waktu
pencahayaan (exposure). Untuk memperoleh ukuran celah cahaya secara tepat atau
proporsional, terkadang dibutuhkan uji coba secara berulang-ulang. Perasaan si
pembuat (pemotret) lebih berperan. Melalui cara itu, niscaya akan ditemukan
waktu pencahayaan untuk masing-masing lensa atau kamera yang dibuat. Jika
lubang celah cahaya yang dibuat terlalu kecil maka cahaya yang masuk akan
sedikit sehingga waktu pencahayaan yang dibutuhkan cukup lama. Akibatnya,
gambar yang dihasilkan pun menjadi kecil. Sebaliknya, jika lubang yang dibuat
terlalu besar akan menyebabkan waktu pencahayaan semakin singkat. Pada kondisi
ini akan dihasilkan gambar yang besar.
Dengan kata lain, penetapan waktu pencahayaan konstan setiap
lensa yang ideal, lebih bersifat empiris. Bukan bersifat matematis dan tanpa
hitungan. Secara logika, lubang celah cahaya yang berbeda pula. Melalui
serangkaian percobaan akan diperoleh pengalaman. Dari pengalaman tersebut,
dapat dilakukan koreksi. Sevara umum, koreksi lebih ditujukan pada pengurangan
atau penambahan lainnya pencahayaan.
·
Ruang
Film
Ruang film adalah bagian dalam kamera. Jika kamera
tersebut dari kaleng susu, ruang filmnya adalah bagian kaleng susu itu sendiri.
Jika kamera tersebut terbuat dari dus sepatu, ruang filmnya adalah bagian dalam
dus sepatu tersebut. Fungsi film adalah tempat untuk menyimpan film. Biasanya,
film tersebut ditempatkan di bagian yang paling jauh dari posisi celah cahaya.
Jarak mempengaruhi pembakaran film. Jarak yang semakin
dekat membutuhkan waktu pencahayaan yang lebih singkat dan seluruh imaji gambar
akan tertampung oleh film. Sebaliknya, semakin jauh jarak antara film dengan
celah cahaya akan membutuhkan waktu pencahayaan yang relatif lebih lama.
·
Jepretan
Kegunaan jepretan adalah untuk menutup dan membuka celah
cahaya dengan akurasi yang cepat dan tepat. Dalam istilah KLJ, jepretan yang
dimaksud hanya sebagai istilah dan penutup celah cahaya yang terbuat dari
karton hitam atau bahan apapun yang bisa memblokir cahaya. Penggunaanya cukup
menggeser jepretan tersebut untuk masuknya cahaya.
GBR
C. MEMBUAT KAMERA LUBANG JARUM
KLJ dapat dibuat dari kaleng susu atau kotak sepatu.
Meskipun demikian bahan KLJ tidak sebatas dari kedua bahan tersebut. Pada materi
ini, bahan untuk membuat KLJ adalah kaleng bekas susu yang berbentuk silinder.
A. Bahan dan Alat
Bahan
·
Kaleng
susu 800 g (diameter 12 cm, tinggi 17,5 cm) 1
buah
·
Alumanium
foil gulung/tutup bagian dalam kaleng susu (berukuran 4,5 x 4,5 cm) 1 buah
·
Cat
semprot warna hitam secukupnya
·
Lakban
hitam secukupnya
·
Doubletape
secukupnya
·
Karton
hitam (berukuran 5 x 5 cm2) 1 buah
·
Karton
hitam (berukuran 9 x 9 cm2) 1 buah
·
Karet
gelang 2 buah
Alat
·
Cutter/tatah
dan palu
·
Jarum
jahit atau jarum pentul
·
Gunting
·
Kaca
atau mika
·
Amplas
besi
B. Cara Membuat
1) menyiapkan tabung kamera
·
Buat
lubang berbentuk segi empat (berukuran 4 x 4 cm) pada didinding kaleng untuk
meletakan lensa KLJ menggunakan cutter.
·
Haluskan
bekas potongan dengan amplas
·
Cat
bagian dalam kaleng susu dengan warna hitam, lalu keringkan. Warna hitam
berguna untuk mengurangi refleksi cahaya yang tidak diinginkan.
2) Membuat lensa KLJ
Celah cahaya
·
Siapkan
potongan alumanium foil pembungkus makanan atau aluminium tutup kaleng susu bagian
dalam
·
Lubangi
bagian tengah aluminium foil untuk memasukan cahaya. Caranya, letakan aluminium
foil di atas permukaan yang keras dan rata (misalnya kaca atau mika), kemudian
tekan dan putar jarum sampai terbentuk lubang sebesar jarum (tidak boleh terlalu
lebar)
Lensa KLJ
·
Siapkan
karton hitam berukuran 5 x 5 cm2, lalu lubangi bagian tengahnya
berukuran 3,5 x 3,5 cm2.
·
Dengan
bantuan doubletape, tempelkan aluminium
foil (yang telah dilubangi) pada karton hitam (berlubang) sehingga lensa
KLJ (sementara) sudah terbentuk.
·
Dengan
bantuan doubletape, tempelkan lensa KLJ pada bagian dalam dinding kaleng
yang berlubang. Untuk menghindari refleksi pada saat pemotretan luka tususkan
jarum harus ada di dalam ruang film.
·
Untuk
meyakinkan tidak adanya bocoran cahaya, tutup sekeliling lensa KLJ dengan
lakban hitam baik di bagian dalam maupun luar kaleng.
3) Membuat jepretan
·
Lingkarkan
potongan karton hitam berukuran 9 x9 cm2 di bagian atas lensa KLJ
·
Pasangkan
dua buah karet gelang untuk menjaga agar posisi kertas (bakal jepretan) tetap
stabil.
·
Periksa
posisi jepretan. Geser ke kanan dan ke kiri untuk menguji lancar-tidaknya
gerakan jepretan tersebut. Jika terlalu seret, ganti karet dengan yang lebih
longgar.
·
Kamera
lubang jarum siap digunakan.
D. BAHAN dan PROSES TERJADINYA GAMBAR
A. Kertas Hitam Putih (HP)
Pada dasarnya, film negatif warna atau hitam putih (HP),
film ortho maupun film positif (slide), bisa digunakan untuk pemotretan
KLJ. Uniknya, selain menggunakan film-film tersebut, kertas foto pun dapat
digunakan atau difungsikan sebagai pengganti film negatif, khususnya kertas
foto warna atau hitam putih. Pada percobaan kali ini, pemotretan menggunakan
kertas foto HP yang akan dibahas. Ragam merek, dan ukuran kertas HP di pasaran
cukup banyak, bervariasi, dan masing-masing memilki reaksi yang berbeda saat
digunakan.
Mengenai kertas HP telah
dibahas pada bab sebelumnya.
B. Proses Terjadinya Gambar
1) Fokus
kamera lubang jarum tidak memilki “lensa” maupun pengatur
jarak fokus. Hanya, terdapat celah cahaya yang besarnya selubang jarum.
Walaupun demikian, cukup meyakinkan dan mampu merekam gambar dengan baik.
Walaupun tanpa bantuan lensa, celah cahaya yang sangat kecil ini sangat
membantu dalam membangun imaji yang cukup tajam. Asalkan jarak bidiknya tidak
terlalu dekat, pasti hasilnya fokus.
2) Waktu pencahayaan
Waktu pencahayaan merupakan salah satu peristiwa yang
terjadi pada proses fotografi. Cahaya pantulan sebuah benda masuk melalui celah
cahaya ke dalam kamera atau ruang. Di dalam ruang film, cahaya pantulan ini
akan membentuk sebuah bayangan gambar. Selanjutnya, untuk mengabadikan
peristiwa ini, dibuatlah film atau kertas dilumuri bahan kimia yang bisa
bereaksi jika terkena cahaya.
·
Under
exposure
Semakin
singkat waktu pencahayaan, berarti cahaya yang masuk akan kurang atau terlalu
sedikit. Akibatnya, gambar yang dihasilkan sangat tipis (tidak jelas).
Solusinya, perlu dilakukan penambahan waktu pencahayaan.
·
Over
exposure
Sebaliknya,
waktu pencahayaan yang berlebihan akan mengakibatkan gambar yang dihasilkan
terlalu tebal (gelap). Solusinya, perlu dilakukan pengurangan waktu
pencahayaan.
E. CARA MEMOTRET
A. Memasang Kertas Negatif
Sebelum pemotretan dilakukan, kertas negatif harus sudah
terpasang di dalam kamera lubang jarum. Pemasangan kertas negatif ini harus
dilakukan di kamar gelap. Langkah-langkah pemasangan kertas negatif:
1. Buka tutup kamera, lalu
masukan kertas foto. Sebagai catatan, posisi permukaan kertas yang mengandung emulsi menghadap ke arah
lensa kamera.
2. Tutup kamera rapat-rapat dan
yakinkan tidak ada cahaya yang masuk ke dalam kamera.
B. Cara Memotret
Sebelum pemotretan, sebaiknya cari obyek yang pantas
dipotret. Jarak antara kamera dengan obyek sangat tergantung pada besar
kecilnya benda yang akan diabaikan dan bentuk kamera yang digunakan.
Saat proses pemotretan belum dilakukan dan kertas negatif
sudah ada di dalam kamera, jepretan harus pada posisi tertutup. Ketika hendak
merekam gambar (memotret), anda cukup menggeser jepretan tersebut. Selama
pemotretan upyakan posisi kamera tetap stabil. Oleh karena itu, sebaiknya
letakan pemberat di atas kamera atau ganjal sisi kamera dengan batu atau benda
lainnya.
Untuk memperoleh gambar horizontal, kamera lubang jarum
harus diletakkan pada posisi berdiri. Sebaliknya, untuk memperoleh gambar
vertikal, kamera lubang jarum harus diletakan pada posisi tidur.
Setelah pemotretan selesai, kamera dibawa ke kamar gelap
untuk melakukan proses berikutnya, yaitu cuci cetak. Langkah ini sekaligus
untuk mengecek, apakah waktu pencahayaan yang dipakai sudah tepat atau belum.
Tepat tidaknya waktu pencahayaan yang dipakai bisa dilihat dari gambar yang
dihasilkan pada kertas negatif, apakah under exposure atau over
exposure jika masih penasaran untuk memperoleh hasil yang lebih bagus,
dapat dilakukan pemasangan film baru dan mengulang pemotretan.
F. MENCETAK KERTAS FOTO
Proses cetak sama dengan proses cetak hitam putih
sebelumnya. Bedanya pada proses ini dialkukan proses selanjutnya yaitu kertas
foto yang telah dicetak diproses cetak
lagi diatas kertas foto lainnya. Tahap-tahap mencetak foto positif sebagai
berikut.
·
Letakan
kertas negatif (yang sudah dikeringkan) di atas kertas foto baru berhadapan
dengan gambar yang ada di kertas negatif dan berada dibawah kertas negatif.
·
Lapiskan
kaca bening bersih di atas kertas negatif.
·
Sinari
kertas foto secara tegak lurus. Lamanya penyinaran 1-5 detik (kekuatan sumber
cahaya 25 watt boglam bening dengan jarak sekitar 50 cm). Lamanya penyinaran di
pengaruhi oleh kualitas gambar pada kertas negatif yang dihasilkan. Jika kertas
negatif cenderung under exposure, proses penyinaran sebentar.
Sebaliknya, jika cenderung over exposure maka proses penyinarannya lebih
lama.
·
Tahap
selanjutnya sama dengan proses mencuci kertas negatif.
PERKEMBANGAN KAMERA
DIGITAL
Perubahan yang
sangat cepat dalam teknologi digital mengharuskan kita mengenali beberapa
bagian penting dari teknologi foto digital.
Salah satunya adalah kamera digital.
Uniknya, beberapa produsen di luar industri kamera turut meramaikan
pasar ini. Selain merk-merk yang sudah
lama melekat dengan pecinta fotografi, seperti Canon, Nikon, Kodak, Fuji,
Minolta, Olympus, Rollei, muncul produk lain seperti Casio, Epson, HP, JVC,
Sony, Samsung, Sanyo, Umax dan masih banyak lagi yang lainnya.
Kamera digital adalah input
terpenting dari sebuah proses fotografi digital. Bergeraknya perkembangan teknologi yang
semakin cepat menyebabkan semakin banyaknya kamera digital yang lahir dengan
kelebihan-kelebihan tersendiri. Ada beberapa kelas atau
golongan kamera digital yang perlu kita ketahui, selain beberapa model yang
telah dijelaskan sebelumnya, diantaranya adalah :
1.
Kelas Low-End. Kamera
ini digunakan untuk aplikasi yang sederhana.
Kamera digital yang termasuk kelas ini rata-rata memiliki karakteristik
resolusi rekam CCD antara 1 Mega Byte sampai 2,2 Mega Byte (MB). Resolusi tersebut memungkinkan ketahanan
gambar terhadap pembesaran cetak 3-4 R.
koneksi dengan alat elektronik lain biasanya terbatas, misalnya dengan
sistem paralel atau USB. Fitur yang
ditawarkan serba otomatis, hingga kita tidak perlu repot-repot mengatur
pencahayaan. Kamera kelas ini rata-rata
memiliki lensa zoom, mirip seperti kamera kompak analog. Ukurannya kecil dan ringan. Harga yang ditawarkan oleh kamera kelas ini
pun cukup rendah, mulai dari 900 ribu hingga 4 juta.
2.
Kelas Mid-Range. Kamera ini biasa digunakan untuk
aplikasi standar, bisnis, ataupun kantoran.
Kita bisa mengenali kamera kelas ini lewat resolusi CCD yang lebih
tinggi, antara 3 sampai 6 MB. Kamera mid
range ini juga dilengkapi berbagai fasilitas khusus, misalnya cetak langsung
dari kamera ke printer. Kamera yang
masuk ke dalam kelas ini belum sepenuhnya bisa ditukar pasang lensanya. Namun pada umumnya kamera ini dilengkapi
dengan lensa Vario, dari mulai sudut lebar hingga sudut sempit. Modus pada beberap kamera kelas ini telah
memungkinkan untuk mengatur pencahayaan secara manual, apakah itu melalui
prioritas diafragma atau prioritas
kecepatan rana. Ada pula yang dilengkapi kompensasi pencahayaan. Kamera yang masuk ke dalam kelas ini umumnya
telah dilengkapi dengan beberapa fasilitas penyuntingan sederhana seperti Contrast,
dan Brightness langsung dari kamera tersebut. Rata-rata kamera mid-range memiliki system
koneksi yang lebih cepat, yaitu USB.
Saat ini rata-rata kamera kelas mid-range, memiliki besar data yang
mampu dicetak hingga 10R. Dilihat dari
bobotnya, kamera ini pun masih cukup ringan.
3.
Kelas High-End. Kamera
kelas ini biasanya diperuntukkan bagi kalangan professional. Karakteristik kamera digital kelas high-end
antara lain kemampuannya untuk tukar-lepas lensa, mirip dengan kamera SLR
analog. Ini artinya bila kita memiliki
lensa merk ‘A’, kita tinggal membeli kamera digital merk ‘A’ juga, sehingga
lensa-lensa kita tidak akan sia-sia atau mubazir. Kamera kelas high-end memiliki resolusi
hingga mencapai 6 mega pixel. Hal
tersebut sudah cukup memadai untuk kebutuhan professional, majalah, koran,
poster dan lain sebagainya. Kualitas
yang dihasilkan oleh kamera kelas ini pun begitu prima. Fitur-fiturnya, kebanyakan dibuat persis
menyerupai kamera SLR analog, seperti bracketing, kompensasi
pencahayaan, serta bidik kontinyu.
Perbedaan mendasar antara kamera kelas high-end dan kedua kelas lainnya
(low end dan mid end) adalah kemampuan kamera membidik dengan cepat. Jeda antar pemotretan tidak mencpai 1 detik
(yaitu sekitar 0,5-0,8 detik). Fasilitas
perekam cahaya yang tersedia terus disempurnakan, dari CCD, CMOS, sampai
sekarang yang terbaru adalah sensor teknologi Foveon X3. Di Indonesia kita kenal kamera digital SLR
seperti Canon EOS 1D, Nikon D 1X, Fuji FinePix S1 Pro atau Kodak DCS 760. Kualitas lensa sebagai ‘mata’ kamera
juga sangat diperhatikan, biasanya diproduksi oleh pabrik lensa terkenal. Selain bisa menerima berbagai jenis media
penyimpan foto digital, kamera kelas high end juga bisa dihubungkan dengan
media penyimpan data eksternal. Media
ini berkapasitas sangat besar, mampu menampung data berkualitas istimewa. Umumnya jenis kamera high end menggunakan fire wire sebagai modus
transfer datanya. Sesuai kemampuannya,
kamera digital SLR harganya cukup tinggi, di atas 10 juta.
4.
Kamera digital untuk Lifestyle dan fun. Bentuk unik, stylish,
berukuran mungil/mini dan sangat mudah dibawa, merupakan ciri kamera jenis
ini. Banyak kamera yang wujudnya mini,
ada fungsi rekam-putar suara sehingga dapat digunakan untuk wawancara atau
mendengarkan musik MP3, serta fungsi-fungsi fun lainnya. Resolusi rekaman gambar biasanya tidak
terlalu besar, karena ditujukan terutama untuk sharing, misalnya lewat e-mail.
Jika dilihat dari
beberapa kelas kamera digital yang ada dan beredar di pasaran, terkadang
membuat kita bingung untuk menentukan jenis mana yang akan kita pilih. Untuk mengatasi kendala tersebut sebaiknya
kita merujuk pada kegunaan dan aplikasinya.
Bila aplikasinya membutuhkan kualitas visual prima, maka kamera mid
range atau high end bisa menjadi pilihan. Jika kualitas dan kemampuan perbesaran gambar
amat vital, maka kamera dengan kelas high end- lah solusi kita. Namun sebaliknya, apabila kualitas bukan
menjadi hal yang utama, atau sekedar senang-senang maka kamera kelas low end
pun cukup memadai.
GAMBAR KAMERA KOMPAK & SLR DIGITAL
Merk
Nikon dan Canon
![]() |
|||
![]() |
|||
Tabel Beragam Jenis Kamera
Digital
Kelas
|
Media Penyimpan
|
Modus Penyimpanan
|
Kontrol Pencahayaan
|
Lensa
|
Low-end
|
Kebanyakan memakai Smart Media dan ada beberapa yang memakai Compact Flash |
Umumnya JPEG
|
Otomatis
|
Tidak bisa ditukar pasang
|
Mid-end
|
Smart Media, Compact Flash, Micro Drive |
JPEG, beberapa TIFF atau RAW
|
Otomatis dan semi otomatis, prioritas bukaan diafragma atau
prioritas kecepatan rana, beberapa bisa manual
|
Beberapa dengan adapter bisa tukar pasang tetapi terbatas
|
High-end
|
Smart Media, rata-rata menggunakan Compact Flash, Micro Drive |
JPEG, umumnya TIFF atau RAW
|
Semi otomatis, otomatis dan manual, dapat diatur
penuh kecepatan rana dan bukaan diafragmanya
|
Semua bisa tukar pasang lensa sesuai merk
|
Lifestyle & Fun
|
Memori internal, SD memory card, Flash Memory |
JPEG
|
otomatis
|
Tidak bisa ditukar pasang
|
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
apabila kita menggunakan kamera digital, diantaranya adalah :
- Gunakan seting kualitas gambar (resolusi dan kompresi) yang terbaik di kamera tersebut. Seting kualitas gambar yang bagus pada kamera non-high end mengakibatkan waktu perekaman yang lebih lambat, sehingga kita perlu memegang kamera dengan kokoh untuk mengimbangi waktu rekam CCD tersebut. Gunakan tripod atau penyangga bila perlu.
- Pilih kamera digital dengan bit depth yang relatif baik. Bit depth menunjukkan kemampuan merekam kejenuhan (saturasi) warna subyek.
- Gunakan fasilitas White Balance. Masing-masing kamera memiliki cara pengaturan yang berbeda. Bila kita harus mengatur sendiri, atur posisinya sehingga mencapai warna putih penuuh. Gunakan kertas putih sebagai pedoman ukur. Bila fasilitas ini berupa penyesuai jenis pencahayaan (cahaya natural / daylight, cahaya tungsten dan fluorescent), aturlah pada pilihan jenis pencahayaan yang sedang digunakan untuk memotret. Fasilitas White Balance bermanfaat untuk menghindari penyimpangan warna.
- Sediakan kartu memori ekstra bila kita ingin merekam banyak gambar.
- Untuk menghemat baterai, kita bisa mematikan LCD bila tidak berada dalam angle (sudut pandang) yang sulit.
- Pertimbangkan sistem koneksi yang disediakan kamera saat memilih kamera. Ada bermacam-macam sistem koneksi yang berkaitan dengan keceepatan akses gambar : Serial, Paralel, USB (Universal Serial Bus) dalam berbagai versi (1.1 dan sekarang 2.0), SCSI, serta Fire Wire.
PERKEMBANGAN KARTU MEMORI
Melejitnya pertumbuhan kamera digital menyebabkan banyak
para konsumen bingung dengan beragam spesifikasi kartu memori atau film digital
yang dipakai untuk pemotretan. Seperti
yang telah kita ketahui, kartu memori yang dipakai pada kamera digital berfungsi
sebagai media rekam, seperti layaknya sebuah film pada kamera analog atau
biasa. Kebutuhan pasar akan kartu
memori kian hari semakin meningkat, hal itu disebabkan karena kartu ini tidak
hanya saja digunakan pada kamera digital.
Kartu ini pun dipakai untuk peralatan Audio sebagai media penyimpan file
msuik MP3, kamera video digital, telepon genggam dan sebagainya. Padahal pada awal kemunculannya, produk ini
hanya digunakan sebagai penyimpan data untuk komputer laptop. Seiring dengan adanya digitalisasi dalam
berbagai aspek, kartu memori ini akan dipakai di banyak peralatan elektronik
lainnya, yang memerlukan media penyimpan yang mudah dibawa dan dipindahkan dari
satu alat ke alat lainnya.
Jenis memori berupa kartu yang pertama kali diproduksi
sekitar awal tahun 1990 adalah PC Card yang pada waktu itu dikembangkan
untuk menambah kapasitas memori pada pada komputer notebook dan komputer
palm top. Disebut kartu, karena
memang ukurannya sama seperti kartu nama.
Sekarang penggunaan PC Card sudah berubah dan lebih dikenal sebagai
“Flash ATA Card” untuk menggantikan hard disk pada penerapan “kontrol
otomatisasi pabrik”, mesin ATM dan pada system-sistem kendali lainnya. Pada saat itu produk ini belum dipakai pada
kamera digital karena ukurannya yang terlalu besar.
Generasi selanjutnya adalah Compact Flash, yang
dikembangkan oleh pabrik SanDisk pada tahun 1994, yang menjadi popular setelah
digunakan pada kamera digital, ukuran
fisik kartu ini sekitar 50 % dari PC Card.
Bersamaan dengan kemunculan kartu CF, lahir pula kartu Smart Media,
yang nama panjangnya adalah Solid State Floppy Disk Card (SSFDC), yang
dikembangkan oleh Toshiba.
Tidak beberapa lama kemudian muncul Memory Stick
yang khusus dibuat oleh Sony untuk pemakaian peralatannya sendiri. Lalu disusul dengan beredarnya Multi Media
Card dan SD Card.
Adapun rentang kapasitas atau daya simpan yang dimiliki
kartu kecil ini rata-rata berkisar 16MB sampai 256MB. Akan tetapi di pasaran kita sudah bisa
menjumpai Compact Flash berkapasitas 1GB hingga 3GB, namun sayangnya harga
produk ini masih terbilang tinggi.
Sedangkan untuk kartu jenis Smart Media dan SD-Card yang paling besar
daya simpannya saat ini adalah 256MB dan
512MB.
Kebanyakan kamera digital memakai satu jenis media
penyimpan. Oleh karena itu kita perlu
secara cermat dan bijaksana dalam memilih memori jenis apa yang sekiranya cocok
dengan pemakaian yang kita rencanakan.
Secara “value for money”
Compact Flash masih paling murah apabila dihitung harga per
megabyte. Sekarang ini ada beberapa merek
kamera digital yang mengembangkan pemakaian dua buah media penyimpan. Keuntungannya tentu selain fleksibilitas
kepada pemakai, juga menaikkan kapasitas terpasang setiap saat.
Kamera digital manapun yang dipilih, kapasitas memori
besar sudah menjadi tuntutan, seiring besarnya file data setiap gambar. Sebagai ilustrasi kamera 2-megapixel mencapai
sekitar 1MB pada resolusi tinggi, sedangkan 3-megapixel akan membutuhkan 2MB,
sedangkan kamera 5-megapixel memakan memori sebesar 3,5MB (dalam kompresi JPEG). Berikut ini akan diperlihatkan tabel yang
berisi perkiraan jumlah foto per satu kartu memori dengan “hi-res” JPEG.
Besarnya Kartu Memori |
|||||||
Jenis kamera
|
16 MB |
32 MB
|
64 MB
|
128 MB
|
256 MB
|
512 MB
|
1 GB
|
1Megapixel
|
45
|
91
|
128
|
365
|
731
|
1462
|
2925
|
2Megapixel
|
17
|
35
|
71
|
142
|
284
|
568
|
1137
|
3Megapixel
|
13
|
26
|
53
|
106
|
213
|
426
|
853
|
4Megapixel
|
8
|
16
|
32
|
64
|
128
|
256
|
512
|
5Megapixel
|
6
|
12
|
25
|
51
|
102
|
204
|
409
|
6Megapixel
|
5
|
10
|
20
|
40
|
80
|
160
|
320
|
Selain media-media yang telah disebutka di atas, kini
muncul dua buah media penyimpan terbaru.
Produsen elektronik terkenal, yaitu SONY telah memperkenalkan Memory
Stick Duo, sementara Olympus Optical dan Fuji Photo Film bekerjasama
mengembangkan xD Picture Card.
Memori Stick Duo berukuran cukup kecil dan tipis, hanya sebesar 20x31x1,6
mm, atau kira-kira 1/3 dibandingkan dengan Memory Stick yang lama. Dan agar bisa juga dipalai menggantikan
Memory Stick yang lama, maka diberikan juga sebuah Adaptor yang berukuran :
21,5 X 31 X 2,8 mm. Kartu ini mempunyai
kecepatan tulis 1,8 MB/detik dan kecepatan baca 2,45 MB/detik. Sedangkan xD Picture Card berukuran sebesar
20 X 25 X 1,7 mm dan berat hanya 2 gram, menempatkan kartu ini sebagai kartu
yang terkecil dan teringan hingga saat ini.
Kecepatan baca kartu ini sangat tinggi, yaitu 5,0 MB/detik dan kecepatan
tulis 1,3 MB/detik untuk 16 dan 32 MB, sedangkan untuk kapasitas 64 MB dan
lebih tinggi – kecepatan tulisnya 3,0
MB/detik. Pemakaian daya listrik
juga sangat kecil, hanya 25 mW. Sekarang
sudah beredar ukuran 16, 32, 64, 128MB, 256 MB,
dan ada kecenderungan terus meningkat.
PENCETAKAN MELALUI KOMPUTER
Sebuah imagi atau gambar yang
telah kita abadikan dengan menggunakan
media kamera memerlukan beberapa proses
lagi apabila kita ingin menikmati hasil rekaman imagi tersebut. Proses tersebut diantaranya adalah pencucian
dan pencetakan.
Pada fotografi konvensional
proses pencucian dilakukan guna menimbulkan ‘bakal gambar’ pada film yang telah
terexpose, dengan menggunakan larutan kimia tertentu. Pada film negative hasil proses tersebut
berupa negative film, sedangkan pada film diapositif (slide) hasil yang
diperoleh yaitu berupa imagi positif (slide). Pada film slide, imagi yang
terbentuk dari proses tersebut dapat langsung kita lihat dengan menggunakan
Slide Projector.
Proses selanjutnya adalah
pencetakan. Pada film negative, negative yang telah terbentuk diexspose
menggunakan mesin ke atas media kertas khusus, guna membentuk sebuah gambar
yang telah kita potret. Sedangkan pada
film slide, slide yang telah terbentuk masih bisa kita cetak ke atas media
kertas, akan tetapi hal ini memakan biaya yang cukup tinggi jika dibandingkan
dengan pencetakan pada film negative.
A. GAMBAR DIGITAL
Seiring dengan pesatnya
perkembangan teknologi maka tak ayal lagi hal itu berpengaruh pada perkembangan
dunia fotografi. Kini kita bisa menemui
jenis kamera yang pengoperasiannya dilakukan secara digital penuh. Kamera tersebut lebih sering dikenal dengan
sebutan kamera digital, dimana dalam pengoperasiannya sudah tidak lagi
menggunakan film negatif maupun positif sebagai media perekam gambar. Peranan film pada kamera tersebut telah
tergantikan posisinya oleh sebuah CCD (Charge Coupling Device) yang peka
terhadap cahaya, yang dapat menghasilkan suatu gambar digital. Selain CCD, kamera digital saat ini mulai
ditunjang oleh sensor cahaya teknologi CMOS (Complementary Metal Oxide
Semiconductor) yang lebih murah.
Sistem kerja CCD pada kamera
digital yaitu mengubah gelombang cahaya menjadi gelombang elektro-magnetik dan
direkam ke media penyimpan data elektronis dalam berbagai jenis format data
gambar digital. Jenis format data gambar
digital yang paling popular antara lain :
1.
TIFF (Tagged Image File Format), yaitu
format penyimpanan gambar dengan kompresi (pengecilan), namun tanpa
menghilangkan detail pada gambar, ukuran format ini umumnya relatif besar.
2.
JPEG (Joint Photographic Experts Group),
yaitu format yang menggunakan pengecilan besar gambar dengan sedikit mengurangi
detail dan warna pada gambar.
3.
RAW, yaitu format penyimpanan gambar asli
kamera digital.
Gambar digital memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan gambar
yang dihasilkan melalui sistem fotografi konvensional, diantaranya adalah : 1)
Dapat diakses dengan cepat;
2) Memungkinkan pengolahan dan penyuntingan
yang jauh lebih terkontrol; dan
3) Memungkinkan perbanyakan tanpa penurunan
kualitas gambar bagus.
Disamping
keunggulan, gambar digital ternyata masih memiliki kelemahan, diantaranya adalah biaya output
yang masih lebih mahal dan media penyimpan yang memerlukan ruang besar untuk
menghasilkan kualitas gambar yang bagus.
B. PEMBUATAN DAN TRANSFER GAMBAR
DIGITAL
Ada dua
cara yang dapat kita lakukan dalam pembuatan gambar digital, diantaranya adalah
:
1.Cara Semi Digital. Pada
cara ini kita terlebih dahulu melaksanakan tahapan-tahapan yang berlaku pada sistem
fotografi konvensional,
dimana setelah pemotretan dilakukan, kita melakukan serangkaian proses pencucian dan pencetakan. Hasil
negative maupun cetakan berupa foto tersebut kemudian diubah menjadi data
digital dengan cara men-scan-nya, dengan menggunakan suatu alat khusus
yang bernama scanner. Pada saat
ini terdapat dua macam scanner yang beredar, yaitu scanner film
dan scanner foto. Setelah film ataupun foto tersebut di-scan, kita
dapat menyimpannya ke dalam disket ataupun ke hard disk komputer,
yang selanjutnya dapat kita olah atau koreksi kembali menggunakan software khusus
pengolah foto, seperti Adobe Photoshop ataupun Corel Photopaint.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan pada cara semi digital ini, diantaranya
adalah :
a)Bila kita menggunakan scanner film, sebaiknya
kita menggunakan film dengan kemampuan rekam yang tinggi terhadap detail dan
warna. Lebih baik lagi apabila kita
menggunakan film diapositif (slide), film format medium atau besar.
b)Bila kita menggunakan cetakan foto, lebih baik dicetak
dalam ukuran yang cukup (tidak terlalu kecil), misalnya ukuran 4R. Cetakan yang terlalu kecil dapat membatasi
ketahanan gambar terhadap perbesaran nantinya.
c)Aturlah resolusi perekaman scanner pada
resolusi yang cukup, sesuai kegunaannya nanti, misalnya untuk tampilan selebar
majalah, bisa digunakan resolusi 300 dpi.
d)Perhatikan mutu cetakan foto yang akan di-scan.
Lebih baik, kualitasnya maksimal seebelum di-scan daripada kesulitan
menyunting pada saat sudah menjadi data digital.
2.Cara Digital
Penuh. Pada cara ini
kita tidak lagi memotret dengan menggunakan kamera konvensional, akan tetapi
kita sudah sepenuhnya menggunakan kamera digital untuk merekam subyek. Keuntungan dari penggunaan kamera digital
adalah keterhubungannya dengan komputer yang relatif lebih mudah. Ada dua cara untuk melakukan pemindahan data
ke komputer. Cara pertama dengan
menggunakan kabel penghubung ke komputer dengan kamera digital dan yang kedua
dengan memakai semacam adaptor untuk kartu-kartu film yang dihubungkan ke disk
drive komputer, jika kita ingin
melihat gambar serta melakukan pengolahan ataupun pengkoreksian terhadap
gambar tersebut.
C. MENYUNTING ATAU MENGKOREKSI FOTO
1.Menyunting/Mengkoreksi dengan Adobe Photoshop
Foto atau gambar yang telah
menjadi sebuah file gambar digital selanjutnya dapat kita sunting ataupun
koreksi dengan menggunakan software khusus pengolah foto. Salah satu software pengolah foto yang
lazim digunakan untuk keperluan tersebut adalah Adobe Photoshop. Berikut ini ada beberapa cara sederhana dalam
menyunting foto digital menggunakan program Adobe Photoshop 7.
1.
Penyederhanaan
Foto Melalui Cropping. Pengaturan bingkai
gambar yang terbaik adalah saat pembidikan, sehingga gambar tidak terlalu
banyak terbuang percuma. Selain itu,
gambar lebih tahan terhadap pembesaran.
Namun, bila penyederhanaan masih saja harus dilakukan, satu hal yag
perlu diperhatikan adalah bahwa cropping harus bisa memperkuat komposisi
dan mengkonsentrasikan perhatian pada foto.
Akses fasilitas crop pada Adobe Photoshop adalah dengan meng-klik
Crop Tool atau Selection Tool option Crop (pada Adobe
Photoshop 6). Untuk seleksi foto, atur
luas bidang crop, lalu tekan Enter.

Contoh Gambar sebelum
di-Cropping

Contoh Gambar setelah
di-cropping
2.
Menetralisir Color
Cast (penyimpangan warna). Penyimpangan warna
dari sumber cahaya bisa diperbaiki di Adobe Photoshop lewat menu Image>Adjusment>Color
Balance. Atur keseimbangan warna
pada masing-masing tombol, geser sesuai modus warna yang digunakan. Lakukan penyesuaian pada ketiga area gambar
secara bergantian (Higlight, Midtone, dan Shadow).

Contoh Gambar yang
belum diseimbangkan warnanya

Contoh Gambar setelah
dinetralisir
3.
Mengatur
Kejenuhan (Saturasi) Warna. Penyesuaian ini dapat kita
lakukan dengan mudah pada program Adobe Photoshop. Aksesnya melalui menu Image>Adjusment>Hue/Saturation. Aturlah pada pilihan Saturation
dengan menggeser tombol geser (Slider).
Masing-masing warna bisa ditonjolkan dengan mengatur pilihan unsur
warna. Pilihan master mengatur
saturasi pada semua warna. Sempurnakan
dengan mengatur level, aksesnya melalui Menu Image>Adjusment>Level.
Langkah ini merupakan salah satu cara Retouching foto tanpa membuat
seleksi.

Gambar sebekum diatur
Saturasi Warnanya

Gambar setelah ditur
Saturasi Warnanya
4.
Mengatur
Kontras Foto. Cara sederhana adalah melalui menu Image>Adjusment>Brightness/Contrast. Bisa juga dengan mengatur tombol geser (slider). Lightness pilihan master pada menu Image>Adjusment>Hue/Saturation. Namun, bila kita ingin mengatur per
bagian gambar secara lebih kompleks, maka salin bagian gambar yang akan diatur
kontrasnya dan letakkan di layer terpisah.
Haluskan tepian bagian gambar tersebut dengan sapuan kuas warna gelap
dan transparansi / opacity kecil di layer mask.

Gambar Sebelum diatur Kontrasnya

Gambar
setelah diatur Kontrasnya
Demikian beberapa tips dasar penyuntingan
atau pengkoreksian foto menggunakan program Adobe Photoshop.
Selain penyuntingan dasar, kita bisa melakukan
banyak kreasi di dalam mengolah foto jika kita telah paham betul dalam
mengoperasikan software Photoshop tersebut, salah satu contoh kreasi yang bisa
dilakukan pada program Adobe Photoshop adalah penggabungan beberapa gambar
menjadi satu bagian yang utuh, seperti pada gambar di bawah ini.
|


|

|
2.Mengolah / Manipulasi Foto dengan Program Corel PHOTO-PAINT 10
Selain menggunakan program
Photoshop, gambar digital dapat diolah atau dimanipulasi dengan program Corel
PHOTO-PAINT 10. Berikut ini trik-trik
dasar mengenai pengolahan ataupun manipulasi dengan program tersebut.
1.Cropping. untuk
memilah dan mengambil bagian tertentu dari objek foto, kita dapat menggunakan Deskew
Crop Tool. Sebelum memprosesnya, objek
foto yang akan diambil sebagian gambarnya harus diaktifkan terlebih
dahulu. Untuk mengambil bagian tertentu
dari objek foto tersebut, kita harus memilihnya terlebih dahulu. Untuk itu, geser posisi kursor mouse pada
siku kiri atas dari bagian objek foto yang akan diambil lalu klik mouse dan
tahan. Geser posisi kursor mouse pada
siku kanan bawahnya. Pada saat itu,
lepas klik mouse untuk memilih bidang objek foto tersebut. Setelah bidang yang diinginkan terpilih,
system akan menampilkan delapan titik kontrol.
Melalui titik kontrol tersebut, kita dapat memperbesar atau memperkecil
bidang yang akan diproses. Untuk itu,
lakukan klik mouse dan tahan pada salah satu titik kontrolnya. Geser posisi kursor mouse searah dengan
perbesaran yang diinginkan. Setelah itu,
lepas klik mouse tadi untuk memakai ukuran bidang baru tersebut. Setelah bidang objek foto yang akan diproses
terpilih, gunakan klik mouse ganda untuk meminta sistem agar memproses. Selanjutnya sistem akan
menghapus objek gambar foto yang ada di luar bidang dan menampilkan objek foto
yang ada di dalam bidang tersebut.
2.Color Hue. Kadang kala proses pengambilan foto tidak
sempurna sehingga warna tampilannya kurang baik. Untuk memperbaikinya, kita dapat memanfaatkan
fasilitas Color Hue. Selain itu,
fasilitas ini juga dapat dipergunakan untuk mengubah tampilan warna suatu objek
foto agar terkesan lebih artistik. Kita
dapat mengakses fasilitas Color Hue melalui menu Image submenu Adjust. Pada waktu memprosesnya, sistem akan
menampilkan kotak dialog bernama Color Hue. Pada saat itu, kita dapat melakukan klik
mouse pada salah satu kotak pilihan yang disediakan untuk mengubah unsur
warnanya. Misalnya, agar terlihat lebih
merah, gunakan pilihan bernama More red.
Misalkan kita akan membuat objek foto menjadi lebih biru sebanyak 25
%. Untuk itu, ubah nilai pada bagian Step
menjadi 25. setelah itu, lakukan klik
mouse pada kotak pilihan berlabel More Blue. Untuk memakai spesifikasi
proses tersebut pada objek foto, gunakan tombol proses bernama OK. Untuk membatalkannya, gunakan tombol proses
bernama Cancel.
3.Color Tone. Kadang kala proses pengambilan foto tidak
sempurna sehingga kecerahan tampilannya kurang baik. Untuk memperbaikinya, Kita dapat memanfaatkan
fasilitas Color Tone. Fasilitas
ini juga dipergunakan untuk mengubah kecerahan tampilan warna suatu objek foto
agar terkesan lebih artistik. Kita
dapat mengakses fasilitas Color Tone melalui menu Image submenu
Adjust. Pada waktu memprosesnya, sistem
akan menampilkan kotak dialog bernama Color Tone. Pada saat itu, kita dapat melakukan klik
mouse pada salah satu kotak pilihan yang disediakan untuk mengubah tingkat
kecerahan tampilannya. Misalkan kita
akan membuat objek foto menjadi lebih kontras 50 %. Untuk itu, ubah nilai pada bagian step
menjadi 50. setelah itu, lakukan klik
mouse pada kotak pilihan berlabel More Contrast. Kemudian tekan OK.
4.Efek Khusus. Sistem CorelDRAW menyediakan
fasilitas efek khusus yang sangat berlimpah. Kesemuanya itu dikelompokkan dan diletakkan
pada menu Effects. Kita dapat
mengakses fasilitas efek khusus tersebut melalui submenunya yang sekaligus
merupakan nama kelompok efek khusus tersebut.
Sebagai contoh, misalnya kita akan memberikan efek blok kaca pada objek
foto. Untuk keperluan tersebut, gunakan
menu Effects submenu Creative dan Glass Block. Pada waktu prosesnya, sistem akan menampilkan kotak dialog untuk efek
khusus tersebut. Pada kotak dialog
tersebut, kita dapat mengubah spesifikasi prosesnya dan melihat hasil prosesnya
secara langsung. Untuk memakai
spesifikasi tersebut pada objek foto, gunakan tombol proses bernama OK. Untuk membatalkannya gunakan tombol proses
bernama Cancel. Gambar di bawah ini
memperlihatkan hasil proses pemakaian efek khusus Glass Block dengan ukuran lebar dan tinggi sebesar 20, yang merupakan ukuran
standar sistem.

Gambar Tanpa Efek Glass Block

Gambar dengan efek Glass Block
Dengan program Corel PHOTO-PAINT kita dapat memakai satu efek
khusus atau lebih. Akan tetapi, pemberian efek khusus yang terlalu
banyak dapat merusak tampilan gambar itu sendiri. Sebagai contoh, objek foto yang diproses
sebelumnya akan diberikan lipatan kecil horisontal di siku kanan atasnya. Untuk keperluan tersebut, gunakan fasilitas Page
Curl yang dapat kita akses melalui menu Effects submenu 3D
Effects. Pada saat prosesnya, sistem
akan menampilkan kotak dialog bernama Page Curl. Pada saat itu, kita dapat menentukan siku
lipatan kertas serta format lipatannya (vertikal atau horizontal).
Gambar dengan Efek Glass Block & Page Curl

D. MENCETAK GAMBAR
Gambar digital yang telah diolah terlebih dahulu
selanjutnya dapat langsung kita cetak menjadi foto. Proses pencetakan tersebut bisa kita bawa ke
laboratorium-laboratorium khusus yang telah menggunakan fasilitas digital. Seiring peredaran kamera digital kian meluas,
lab-lab yang menerima cetak digital mulai bertumbuh, meski belum sebanyak lab
cetak biasa. Lab-lab tersebut biasanya
mudah dijumpai di kota-kota besar.
Apabila kita akan mencetak di lab tersebut, biasanya kita membawa dan
menyerahkan media penyimpan gambar digital kita yang telah kita olah atau
sunting sebelumnya. Media penyimpan
tersebut bisa berupa CD, Disket, Compact Flash, SmartMedia, Zipp Disk dan lain
sebagainya.
Dunia
digital menawarkan alternatif baru. Jika dulu memiliki kamar gelap sendiri terasa
mahal, dan kita kesulitan mencari ruang, maka fotografi digital menawarkan
kamar gelap yang terang (bisa disebut kamar terang) dan minim ruang, yaitu di
komputer itu sendiri. Proses Dodging,
Burning, Sandwich dan sebagainya dapat dikerjakan dalam hitungan
menit. Jika sudah mahir hanya beberapa
detik selesai. Jika salah kita bisa
kembalikan ke semula tanpa perlu membuang bahan-bahan kimia dan kertas. Selain komputer, suatu alat yang cukup vital
dalam pencetakan melalui komputer adalah mesin printer.
Kemajuan
teknologi printer saat ini, memungkinkan kita untuk dapat mencetak foto digital
melalui printer dan bisa kita lakukan di rumah.
Kualitasnya pun tidak kalah dengan printer konvensional. Selain itu printer foto rumahan memberikan
keleluasaan waktu cetak kepada kita.
Kita dapat mencetak foto kita kapan pun kita mau, walaupun saat itu
tengah malam buta. Waktu dimana lab-lab
digital langganan kita sudah tutup.
Pekerjaan pun menjadi lebih cepat.
Tak perlu menunggu lab buka esok hari atau turut antri pesanan di
lab.
Berikut
ini ada beberapa merk printer dengan kualitas foto, diantaranya adalah :
- HiTi Photo Printer 630PL. printer foto keluaran Hi-Touch Imaging Inc. ini dapat membantu kita untuk mencetak foto sampai ukuran 4R (101,6 cm x 152,4 cm). Selembar kertas foto 4R bisa mencetak 16 gambar kecil (4 cm x 4 cm) yang bisa dimanfaatkan untuk stiker. Kecepatan cetaknya 100 detik/foto. Metode pewarnaannya memakai teknologi Dye Diffusion Thermal Transfer. Resolusi cetak yang dihasilkan 300 C 300 dpi yang setara dengan hasil cetak printer inkjet 4800 dpi. Foto yang dihasilkan juga tahan air, anti cap sidik jari dan tahan sinar Ultra Violet karena diberi lapisan pelindung pada saat pencetakan.
- Lexmark X83. printer Lexmark X83 adalah printer inkjet multifungsi. Selain menghasilkan cetakan kualitas foto, printer ini juga berfungsi sebagai mesin fotokopi dan scanner. Printer ini mampu mencetak sampai ukuran maksimal kertas A4, resolusi 2400 X 1200 dpi dengan kecepatan cetak warna 6 ppm (page per minute). Resolusi optis scanner dari printer sebesar 600 X 1200 dpi dengan 48 bit colour depth. Kecepatan cetak mesin fotokopinya sebesar 2 ppm (cetak hitam putih) dan 1,5 ppm (cetak warna).
- Kodak Profesional 8660 Thermal Printer. printer termal ini menggunakan proses pewarnaan Dye Diffusion Thermal Transfer. Resolusi yang dihasilkan sebesar 300 X 300 dpi. Ukuran cetak maksimumnya A4 + (21,6 cm X 35,6 cm). Kecepatan cetak warnanya 10 ppm. Kekuatan printer ini mampu mencetak sampai 50.000 kali pencetakan. Dapat pula digunakan pita tinta hitam putih.
- Epson Stylus Photo 2100. Printer foto ini didukung dengan system UltraChrome Ink 7 warna untuk menampilkan hasil cetakan sekualitas foto. Resolusi cetaknya 2880 X 1440 dpi dengan ukuran cetak maksimal A3+. Kecepatan cetak warnanya 23 menit untuk ukuran 20 X 25 cm.
- Hp Photosmart 7550C. Inkjet printer ini menggunakan teknologi PhotoREt 4 dengan sistem 7 warna. Resolusi cetaknya 4800 X 1200 dpi. Ukuran cetak maksimumnya A4 (210 X 297 mm) dengan kecepatan cetak warna 12 ppm. Printer ini sudah menyediakan fasilitas cetak langsung dari media rekam CompactFlash, SmartMedia, Secure Digital, Multimedia Card dan Memori Stick tanpa perlu menggunakan komputer. Tersedia juga build in LCD Monitor pada printer untuk melihat imaji pada media rekam.
- Canon S820. Jenis printer bubble jet ini menggunakan 6 tinta terpisah yaitu Cysn, Magenta, Black, Yellow, Photo Cyan dan Photo Magenta. Resolusi maksimumnya 2400 X 1200 dpi dengan ukuran cetak maksimum A4 tanpa garis pinggir. Kecepatan cetak warnanya 4 ppm.
- Canon direct Printer CP-10. Dengan alat ini kita bisa mencetak semua foto-foto favorit kita dengan cepat langsung dari Kamera digital kita. Kita tidak perlu lagi memerlukan seperangkat komputer untuk mentransfer terlebih dahulu gambar digital yang ada di kamera ke dalam hard drive. Namun sayangnya alat ini hanya bisa digunakan apabila kita memotret dengan menggunakan Digital Camera Powershot A200. Pada saat akan mencetak gambar, kita bisa memilih foto yang ingin dicetak langsung dari layar display Canon digital camera. Resolusi gambar yang dihasilkan oleh alat ini adalah 300 X 300 dpi.
Ada beberapa hal
atau tips yang harus diperhatikan pada waktu pencetakan gambar ke atas media
kertas (contoh cara pencetakan disini
menggunakan printer foto Canon S820) , diantaranya adalah :
- Aktifkan Program Adobe Photoshop 7.
- Bukalah Gambar yang akan di cetak. Buka menu File>Open>Pilih lokasi dokumen pada look in dimana file gambar yang akan dicetak berada.
- Koreksilah/olah terlebih dahulu gambar yang akan dicetak, apabila memang diperlukan. Setelah selesai maka kita langsung kita cetak, dengan cara membuka menu File>Print/ Print With Preview. Dianjurkan agar pencetakan dilakukan dengan menggunakan Print with Preview yang memperlihatkan perbandingan luas foto dengan luas bidang cetak. Bila foto melebihi bidang cetak, kita sebaiknya menyesuaikan ukurannya.
- Aturlah beberapa tab penting sebelum menekan perintah OK. Tab penting yang pertama adalah tab utama (Main). Pada Tab ini kita perlu mengatur atau menentukan : Jenis media cetak (plain paper, photo paper ro, glossy photo paper, high gloss photo paper); Kualitas pencetakan (standard, draft, custom, yaitu pilihan fast sampai fine); Color adjusment (auto dan manual).
- Mengatur tab penting yang kedua, yaitu Effect yang berisi : Pilihan Vivid photo; pilihan Image Optimizer dan pilihan Photo Optimizer PRO. Disarankan sebaiknya pada saat akan mencetak kita menggunakan pilihan Vivid photo dan Photo Optimizer Pro yang akan memberikan cetakan yang sempurna.
- Mengatur tab penting yang ketiga, yaitu Maintenance, yang berisi pilihan sistem koneksi antara Personal Computer kita dengan Printer yang digunakan (USB dan Paralel).
- Apabila kita telah mengatur bagian-bagian di atas, maka kita bisa langsung mencetaknya dengan meng-klik tombol OK.
PENCETAKAN TANPA MELALUI KOMPUTER
Adanya
proses inovasi yang terus berkembang setiap saat di bidang teknologi,
memberikan efektifitas yang begitu nyata pada diri kita di dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari. Salah satu perkembangan yang memberikan manfaat, khususnya bagi para
fotografer, baik amatir maupun professional adalah hadirnya suatu teknologi Print Image Matching (PIM), yaitu suatu teknologi yang
memungkinkan pencetakan secara langsung dari kamera digital ke printer tanpa
bantuan komputer. Selain itu, teknologi
ini pun memungkinkan kamera digital dan printer untuk mengontrol kualitas
cetak, tanpa harus melalui komputer.
PIM merupakan sebuah teknologi
hasil kerjasama Seiko Epson dengan 11 vendor kamera digital.
Cara
kerja PIM ada dua, yang pertama adalah kamera yang dilengkapi fasilitas PIM
merekam gambar dalam format JPEG sesuai dengan fasilitas pada kamera, tanpa
melalui komputer, printer langsung bisa membaca data data JPEG pada file sesuai
dengan yang direkam pada kamera, lalu bisa langsung kita cetak (tersedia software photo quicker).
Cara kedua adalah cara yang biasa dipakai yaitu data disimpan pada file,
lalu diolah melalui komputer dan dicetak.
Kekurangan teknologi ini adalah tidak menawarkan penyimpanan dalam
format TIFF (format standar untuk pencetakan), sebab data dalam format JPEG
telah dikompres, sehingga ada informasi yang hilang dan hasilnya belum
maksimal. Sedangkan kelebihan dari
printer dengan teknologi PIM (contoh : Epson Stylus 850) ini adalah printer
dilengkapi dengan tombol perintah yang mampu mengatur ruang warna, level gamma
dan reproduksi warna. Kamera digital
merekam warna dalam ruang sRGB, sementara layar komputer hanya bisa membaca RGB
saja, sehingga sewaktu hendak dicetak ada informasi yang hilang dan hasilnya
tentu akan berbeda.
![]() |
PANDUAN PRAKTIKUM

Panduan praktikum ini bertujuan agar
mahasiswa yang mengikuti dapat terarahkan dengan baik. Praktikum ini tidak
dilaksanakan dengan nomor urutan praktikum tapi disesuaikan dengan keadaan.
Setiap praktikum mahasiswa diharuskan mengisi kartu praktikum yang telah
disediakan dan membuat laporan tertulis praktikum setiap pelaksanaan praktek.
Berikut ini praktikum yang akan
dilaksanakan:
1. Memotret dengan Film Hitam
Putih (BW)
Peralatan dan Bahan : Kamera, Lensa, dan Film Hitam Putih
Waktu Pelaksanaan : Fleksibel
Lokasi : Fleksibel
Tujuan : Dapat mengekpresikan jiwa seni
melalui film hitam putih
Keterangan : Kelompok
2. Cuci Cetak Film Hitam Putih
Peralatan dan Bahan :
Enlarger, kertas negatif dan obat film
Waktu Pelaksanaan : Fleksibel
Lokasi : Kamar Gelap Fakultas Peternakan IPB
Tujuan : Mahasiswa dapat menguasai cara
mencuci dan mencetak film
hitam putih
Keterangan : Kelompok dan Individu
3. Memotret dengan Film Berwarna
Peralatan dan bahan : Kamera, lensa tele, lensa zoom,
lensa normal dan film
Waktu pelaksanaan : Fleksibel
Lokasi : Fleksibel
Tujuan : Mahasiswa dapat memotret dengan film
hitam putih dan
mengetahui
pencahayaan yang baik dengan film
Keterangan : Kelompok
4. Memotret Alam
Peralatan dan Bahan : Kamera, lensa normal, lensa tele,
lensa zoom, lensa makro,
Tripot dan
film ASA 100 dan ASA 200
Waktu pelaksanaan : Akhir UTS atau waktu UTS Fotografi
Tempat : BEBAS. Alternatif pilihan Taman bunga Nusantara- Cianjur.
Tujuan : Mengeksperesikan jiwa fotografi
melalui alam.
Keterangan : Biaya transportasi dan
biaya masuk taman bunga ditanggung
oleh mahasiswa
5. Memotret Model
Peralatan dan bahan : Kamera, lensa normal, lensa zoom dan
film warna
Waktu pelaksanaan : fleksibel
Lokasi : Taman Rektorat IPB
Tujuan : Dapat memotret dan mengetahui
perbedaan foto potret dengan
Pasfoto
dan teknik foto close-up.
Keterangan : Kelompok
6. Memotret keramaian
Peralatan dan bahan : Kamera, lensa normal, lensa tele,
lensa zoom
Waktu pelaksanaan : Fleksibel
Lokasi : Fleksibel (Jalan Raya, Pasar dll)
Tujuan : Mengetahui teknik pemotretan di
keramaian
Keterangan : Kelompok
7. Memotret IPB
Peralatan dan Bahan : Kamera, lensa normal, lensa tele,
lensa zoom, tripot dan
film
Waktu pelaksanaan : Fleksibel
Lokasi : Lingkungan Kampus IPB
Tujuan : Bisa mengenali
lingkungan IPB & Memvisualisasikannya ke
dalam media foto.
Keterangan : Kelompok
8. Memotret malam hari
Peralatan dan Bahan : Kamera, lensa normal, lensa zoom,
lensa tele dan film
Waktu pelaksanaan : Fleksibel (selepas maghrib)
Lokasi : Fleksibel (Jalan Raya)
Tujuan : Mengetahui teknik pemotretan dimalam
hari & penggunaan
fasilitas Bulb (B)
Keterangan : kelompok
9. Memotret benda-benda kecil
Peralatan dan Bahan : Kamera, lensa makro film
Waktu pelaksanaan : Fleksibel
Lokasi : Fleksibel
Tujuan : Mengetahui teknik pemotretan
benda-benda kecil dg lensa
khusus.
Keterangan : Kelompok
10. Membuat Kamera Lubang Jarum
Peralatan dan Bahan : 1 buah kaleng susu 800 g, aluminium
foil (bekas rokok),
1 kaleng cat semprot warna
hitam, 1 gulungan lakban hitam, 1 gulung doubletape, karton hitam (ukuran 30
cm), karet (secukupnya). 1 buah Cutter, 3 buah Jarum jahit, 1 buah gunting, 1
kaca atau mika (ukuran 15 cm), 1 lembar Amplas besi.
Waktu pelaksanaan : Fleksibel
Tempat :
Ruang kuliah Fakultas Peternakan
Tujuan :
Mengetahui cara pembuatan kamera lubang jarum sebagai
alternatif kamera untuk pemotretan terutama
untuk seni
Keterangan : Kelompok
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Tanpa tahun. Dinax 505 Si. PT.
Minolta. Jepang.
_______. Tanpa tahun. Nikon Photoraphic
Accessoris. Nikon Corporation. Tokyo.
_______. 1996. Komposisi. Fotomedia,
Agustus. PT. Prima Infosarana Media. Jakarta.
_______. Tanpa tahun. Pedoman Fotografi
35 mm. PT. Kodak. Jakarta.
ARPS, Ray Hayward. 1999. The Craft of
Photography. Dahara Prize. Semarang.
Drajat, Ray Bachtiar. 2001. Memotret
dengan Kamera Lubang Jarum. Puspa Swara. Jakarta.
Feininger, Andreas. 1999. The Complete
Photographer. Unsur Utama Fotografi. Dahara Prise. Semarang.
_______________. 2000. The Complete
Photographer. Segi Teknik Fotografi. Dahara Prise. Semarang.
Giwanda, Griand. 2001. Panduan Praktis
Belajar Fotografi. Puspa Swara. Jakarta.
Lezona, Daniel. 1999. The Compact and
Digital Camera Handbook. Three Rivers Press. New York.
Sundardi F. 1979. Mari Memotret Menggunakan
Kamera Foto. Erlangga. Jakarta.
Suleiman, Amir Hamzah. 1977. Petunjuk
untuk Memotret. PT. Gramedia. Jakarta.
Yanto, Sri. 1997. Profesional
Photografi. CV Aneka. Solo.
“BAGIAN-BAGIAN KAMERA SLR”
![]() |
|||
|
|||


|
|
|
|





|
|
|


Nikon F5



Komposisi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar